Usai dari mendengarkan ceramah, para penonton biasanya pulang merasa lebih bersemangat selama beberapa hari dan kemungkinan juga mengingat beberapa quotes yang disampaikan ataupun anekdot-anekdot lucu yang diceritakan si pembicara. Namun, apakah performa kerja mereka berubah setelah sesi yang bergelora tersebut hingga menimbulkan dampak yang signifikan bagi organisasi? Sejauh mana kita bisa berharap terjadi peningkatan motivasi pada karyawan kita setelah mereka mendapatkan nasihat-nasihat? Apa yang sebenarnya bisa membuat seseorang bangkit dari tempat tidurnya dan bersemangat pergi bekerja, bahkan tetap menggebu-gebu meskipun harus bergadang dalam menyelesaikan proyek?
Kita sering terbenam dalam rutinitas dan merasa diburu waktu. Mulai dari bangun pagi, langsung menyiapkan anak ke sekolah sambil dikejar-kejar dengan persiapan rapat, baik yang terjadwal maupun yang tiba-tiba harus dihadiri segera. Jam kerja pun dihabiskan dari rapat ke rapat, dari satu proyek ke proyek berikutnya sampai hari berakhir dengan badan yang sudah lelah dan otak pun tidak mampu lagi untuk berstrategi, apalagi memikirkan inovasi-inovasi.
Dalam rutinitas seperti ini, individu akhirnya merasa sulit mengkaji apa yang membuat dia bersemangat dan apa yang membuat dia seperti mati rasa dalam pekerjaannya. Ia tidak lagi memiliki bayangan apa sasaran awal yang ingin dicapainya ketika awal bekerja dahulu. Apa cita-cita yang pernah dicanangkannya. Kita semua sering melihat bagaimana para pelari jarak jauh yang sudah hampir menyerah kelelahan biasanya akan bersemangat kembali dan menambah kecepatan manakala mereka melihat bendera finis sudah melambai-lambai di kejauhan. Sasaran yang jelas dapat memberi tenaga tambahan bagi mereka yang kelelahan sekalipun.
Motivasi dan sasaran seperti dua sisi dari sekeping koin. Dua-duanya saling memengaruhi. Apa pun sasaran Anda, apakah jabatan tertentu, prestasi, mengembangkan keterampilan baru, atau menulis buku, semuanya membutuhkan disiplin dan motivasi untuk mencapainya. Jadi, apakah motivasi itu?
Motivasi bisa digambarkan sebagai suatu tenaga yang mendorong kita untuk meraih sesuatu. Dorongan inilah yang memberikan kita tenaga untuk terus maju dan tidak berhenti sampai kita mencapai sasaran tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, ada dua tipe motivasi. Tipe pertama adalah ekstrinsik, berhubungan dengan hal-hal di luar diri kita yang mendorong kita mencapai sasaran, seperti gaji, bonus, beasiswa ke luar negeri, ataupun hadiah liburan.
Tipe kedua adalah motivasi intrinsik, yang berasal dari dalam diri sendiri. Sering kali motivasi pribadi ini tumbuh sejak masa muda dan merupakan obsesi individu. Bila ambisi pribadi ini terkontrol dan diarahkan pada hal-hal yang tepat, tentunya akan menjadi dorongan yang positif.
Kedua jenis motivasi ini dapat membantu kita mencapai cita-cita. Yang eksternal lebih bersifat jangka pendek, sementara yang internal biasanya lebih jauh ke masa depan. Bagi mereka yang ingin membangun bisnisnya sendiri, ada baiknya mereka bertanya apakah motivasi internal yang melatarbelakanginya cukup menjadi kekuatan yang dapat mendorong kita untuk berkembang dan terus maju dalam situasi yang sangat sulit. Tentunya faktor-faktor motivasi eksternal seperti memenuhi kebutuhan hidup, keharusan melanjutkan bisnis, menggaji karyawan pun juga bisa memacu kita untuk berjuang. Namun, dalam kesulitan berkepanjangan, biasanya kekuatan motivasi internal yang dapat mengangkat kita kembali dari keterpurukan.
Terampil menetapkan sasaran
Motivasi yang naik turun bisa menyebabkan disengagement, kelelahan, sampai tingkat stres yang meningkat. Akibatnya, kita dengan mudah terjerat pada pusaran negatif yang beredar, sampai kehilangan sense of purpose. Ini sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita perlu berlatih bagaimana mempertahankan motivasi diri agar dapat memperbaharui sense of purpose kita dan menemukan versi sukses yang berbeda.
Banyak individu yang tidak terbiasa menetapkan sasaran. Sebaliknya, ada individu yang selalu menetapkan sasaran untuk setiap hal kecil sekalipun. Usia berapa ia akan meraih gelar magisternya ataupun perusahaan seperti apa yang akan menjadi tempatnya bekerja nanti. Sasaran tersebut akan merangsang individu untuk memfokuskan upayanya mencari keterangan yang lebih terperinci agar ia sukses mencapai sasarannya. Kuncinya adalah penetapan sasaran dengan cermat.
Untuk itu, sasaran haruslah SMART (specific, measurable, attainable, relevant, dan timebound) sehingga jelas baginya apa yang akan dia capai, tindakan apa yang akan diambil, bagaimana dan kapan keberhasilannya bisa diukur. Semakin cocok sasaran tersebut dengan nilai pribadinya, semakin besar energinya untuk berusaha mencapainya. Kejelasan tersebut membantu kita mendeteksi seberapa besar peluang untuk mencapai sasaran tersebut dan mungkin juga memperbaharui sasaran bila perlu tanpa harus kehilangan motivasi.
Sasaran harus realistis sesuai dengan kemampuan kita karena kegagalan menimbulkan kekecewaan. Akan tetapi, sasaran yang terlalu mudah pun kurang mendongkrak rasa bangga ketika tercapai. Sampai titik tertentu, tidak ada salahnya juga kita me-reward diri sendiri.
Jaga state of mind
Dalam keadaan terhambat, bagaimana kita bersikap akan menjadi kunci. Kita perlu meyakini kekuatan resilience kita, bagaimana bangkit kembali setelah jatuh. Rasa tidak percaya pada kemampuan diri dan kebiasaan melakukan negative self talk akan melemahkan energi dan mental kita.
Faktor-faktor eksternal, seperti kepemimpinan yang buruk, beban kerja yang tidak realistis, minimnya penghargaan, sampai pada politik kantor serta konflik yang tidak terselesaikan juga dapat menumbuhkan rasa tidak nyaman dan membuat kita patah semangat. Namun, dengan menganalisis kembali apa sasaran sebenarnya yang ingin kita capai dan mengapa hal itu penting bagi kita, dapat mendorong kita untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi hambatan-hambatan eksternal tersebut. Bila yakin segala hal telah diupayakan, tidak ada salahnya kita juga berani untuk memilih lingkungan kerja yang lebih suportif, yang mendukung pencapaian cita-cita kita.
Eileen Rachman & Emilia Jakob
CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING
Baca juga : Pemimpin Modern