“Rautan pensilku ini dari Amsterdam, lho. Cantik kan?” pamer Nala pada Afina. Lalu, ia bercerita tentang pamannya yang baru pulang
Andini mempercepat langkah kakinya. Sepuluh menit lagi, ia harus sudah sampai di sekolah. Ia takut tidak bisa mengikuti ujian kenaikan
Pasir itu seperti berbisik. Ia seakan memandu tangan Arya. Diringi iringan suling, jemari Arya terus bergerak. Pasir-pasir itu menuruti gerak
Bima, Rafif, dan Arya memanfaatkan suasana yang cukup cerah sore itu untuk bermain sepeda. Mereka satu kelas di sebuah SD di Salatiga. Sepeda mereka meluncur mengitari jalanan di sekitar rumah.
Bima, Rafif, dan Arya memanfaatkan suasana yang cukup cerah sore itu untuk bermain sepeda. Mereka satu kelas di sebuah SD di Salatiga. Sepeda mereka meluncur mengitari jalanan di sekitar rumah.
Bima, Rafif, dan Arya memanfaatkan suasana yang cukup cerah sore itu untuk bermain sepeda. Mereka satu kelas di sebuah SD di Salatiga. Sepeda mereka meluncur mengitari jalanan di sekitar rumah.