Secara praktis, karantina dan isolasi mandiri sama-sama mengacu pada tindakan memisahkan diri dari orang lain. Yang membedakan adalah penyebab dan tingkat risikonya.
Isolasi adalah ketika kita memiliki gejala Covid-19 atau dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil tes, lantas harus memisahkan diri dari orang lain agar tidak menulari mereka. Ini juga termasuk orang yang tidak bergejala tetapi positif Covid-19.
Karantina berarti pemisahan diri dari orang lain karena kamu punya risiko tinggi terpapar Covid-19. Misalnya, lantaran tidak menerapkan protokol kesehatan di tempat yang berisiko atau baru kembali dari bepergian. Ini adalah langkah antisipasi agar apabila kamu terpapar virus pun, kamu tidak menyebarkannya kepada orang lain.
Baca juga:
Cara Mencuci Pakaian Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri
Cara Aman Membeli Makanan secara Daring Selama Pandemi Covid-19
Berapa lama karantina dan isolasi mandiri?
Isolasi disarankan dilakukan selama minimal 10 hari setelah gejala pertama kali terasa atau hasil tes positif. Sementara itu, karantina disarankan selama 14 hari.
Infeksi dari SARS-CoV-2 dimulai dari terpaparnya seseorang oleh virus ini. Ketika kita terpapar, ada periode inkubasi yang biasanya 2–4 hari, tetapi bisa jadi lebih lama. Setelah itu, apabila tubuh terinfeksi, gejala biasanya baru terasa.
Setelah beberapa hari tubuh bergejala dan prognosisnya baik, gejala akan semakin ringan dan virus dalam tubuh sudah tidak terlalu menular. Setelah 10 hari sejak gejala dimulai, virus biasanya sudah tidak menular.
Itulah alasan mengapa isolasi dilakukan setidaknya selama 10 hari. Meski begitu, untuk memperkuat keyakinan bahwa seseorang sudah tidak menularkan virus, isolasi bisa dilakukan 14 hari. Infografik di bawah ini dapat membantu memahami perbedaan karantina dan isolasi mandiri.
Baca juga:
Kenali Perbedaan Gejala Covid-19, Pilek, dan Flu
5 Hal yang Harus Diperhatikan setelah Vaksinasi Covid-19
