Kebahagiaan adalah hal yang mutlak dan penting dalam suatu hubungan. Namun, menjalin suatu hubungan yang bahagia tidak terjadi begitu saja tanpa usaha berarti. Usaha ini dimulai dengan mengenali diri sendiri.

Terkait hal itu, beberapa waktu lalu, Kognisi mengadakan webinar bertajuk “How to Increase Happiness in Relationship without Losing Ourselves” bersama narasumber Doan Simanullang selaku Head of Media Academy KG Media.

Tidak adil jika menginginkan hubungan yang bahagia dengan orang lain, tetapi tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan diri sendiri karena tidak dapat mengenali dan memahami kebutuhan diri. Untuk itu, Doan meminta para peserta untuk mengidentifikasi dan mengenali diri sendiri, di antaranya hobi, cita-cita, dan atribut lainnya mengenai diri.

“Diri Anda adalah apa yang Anda yakini tentang diri Anda,” ujar Doan. Mengidentifikasi diri sendiri menghasilkan bagaimana kita mendeskripsikan diri, baik positif maupun negatif.

Deskripsi diri, tidak dapat hanya diulas sendiri. Terdapat beberapa kontributor media, sekolah, orangtua, teman, dan lain-lain yang ikut serta menggambarkan diri kita. Jika deskripsi diri positif yang tidak rasional dapat membuat diri menjadi narsistik, deskripsi diri secara negatif yang tidak rasional dapat membuat percaya diri rendah. Kedua hal ini disebut disfungsional deskripsi diri bila tidak dapat diidentifikasi dengan baik.

Penerimaan diri tanpa syarat

“Penerimaan diri mengacu pada hubungan yang dimiliki seseorang dengan dirinya sendiri. Dapat dijelaskan sebagai penerimaan diri meskipun ada kelemahan atau kekurangan,” papar Doan. Melalui metafora kereta belanja, Doan menjelaskan bagaimana kita menyadari identifikasi diri dengan menentukan atribut diri yang sesuai dengan diri sendiri sehingga kita dapat menerimanya.

Selanjutnya, Doan meminta para peserta untuk mengekspresikan apa yang ingin disampaikan pada diri sendiri bahwa bentuk penerimaan diri yaitu penerimaan tanpa syarat. Selain itu, Doan  menjelaskan mengenai bentuk penerimaan diri dengan menerima kekurangan atau kelemahan diri. Dalam budaya Jepang, hal ini dapat dijelaskan melalui filosofi kintsukuroi, yaitu teknik reparasi keramik atau tembikar menggunakan emas.

“Bagian yang rusak tidak disembunyikan, tetapi malah ditonjolkan dan justru membuat keindahan tersendiri dari barang tersebut,” jelas Doan. Menerima kekurangan dan kelemahan diri akan membuat kita lebih berharga.

Hubungan positif yang memberikan berbagai manfaat hidup

Hubungan sosial yang positif dan suportif sering dikaitkan dengan kepuasan hidup yang lebih tinggi, fungsi tubuh bekerja lebih baik, sering mengalami emosi positif, dan jarang mengalami emosi negatif. Begitupun sebaliknya, jika kita memiliki hubungan sosial yang negatif, dampak yang diberikan juga negatif.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah menemukan bahwa memiliki tiga sampai empat hubungan dekat akan lebih sehat, lebih sejahtera, dan lebih banyak terlibat di tempat kerja. Namun, bagaimana membangun hubungan yang positif?

Doan menuturkan mengenai rekening bank emosional. Bagaimana menabung interaksi positif akan membangun dan memperbaiki kepercayaan sekecil apa pun interaksi itu, seperti menepati janji. Kemudian tentang empati, yaitu kemampuan melihat situasi dari perspektif orang lain. Oleh karena itu, ketika membangun hubungan dengan orang lain melalui empati, dapat menyesuaikannya dengan nilai dan kebutuhan diri sendiri maupun orang lain.

Doan juga membahas mengenai bahasa cinta. “Terdapat lima bahasa cinta, yaitu memberikan kata-kata penuh afirmasi, menghabiskan waktu yang berkualitas bersama, melakukan tindakan konkret, pemberian hadiah, dan sentuhan fisik,” tutur Doan.

Memahami bahasa cinta dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan dalam membangun suatu hubungan.

Pada sesi terakhir, Doan memaparkan beberapa langkah dalam mendesain hubungan yang kita inginkan, yaitu sebagai berikut.

1) Memulai hubungan dengan mental yang kuat dengan kita tidak merasa terancam atas orang lain karena merasa aman dengan nilai diri yang sudah dibangun dan telah mengetahui cara mengatasi kesepian serta berpikir untuk bermanfaat bagi diri maupun orang lain.

2) Menanyakan pertanyaan sepele atau basa-basi.

3) Mendengarkan dan merespons orang lain secara sadar.

4) Membuka diri sendiri apabila sudah menerima diri sebelumnya.

5) Menjalin hubungan pertemanan sehingga terjalin hubungan yang baik dan penting.

6) Menginvestasikan pengalaman dengan orang lain.

Kognisi merupakan platform berbasis edukasi persembahan Growth Center by Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya dapat ditemukan di akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!

Penulis: Riska Krisnovita, Editor: Jihan Aulia Zahra.