Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas: mengantuk, lelah, mabuk, ketidaktertiban, hingga kurang terampilnya pengendara dalam mengemudi. Microsleep atau tidur singkat menjadi salah satu keadaan yang harus diwaspadai.

Becermin dari kecelakaan saat berkendara yang sedang mendapat sorotan, mengantuk menjadi hal yang perlu diwaspadai oleh setiap pengemudi. Sebab, sesuatu yang sering dianggap sepele ini berpotensi membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.

Melansir dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, 1 dari 25 pengendara dewasa berusia 18 tahun ke atas mengaku pernah tertidur saat mengemudi dalam 30 hari terakhir sebelum survei. Padahal, 1 dari 10 kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh pengemudi yang mengalami kantuk, sesuai data dari lembaga keselamatan lalu lintas AAA Foundation Amerika Serikat.

Ketika kantuk menyerang saat berkendara, microsleep sangat mungkin terjadi. Fenomena ini diterangkan sebagai episode tertidur atau kehilangan kesadaran dalam waktu yang singkat. Microsleep berlangsung saat seseorang yang mengantuk berusaha agar tetap terjaga dan tanpa sadar melanjutkan aktivitasnya, padahal sedang merasakan kantuk yang hebat.

Dalam siniar KamuSehat, dr. Santi dari Medical Center KG Media menjabarkan perbedaan antara istilah microsleep dengan ketiduran. Ia menyebut, microsleep umumnya terjadi selama 30 detik atau kurang, sementara apa yang disebut ketiduran yakni ketika otak menyadari, tubuh sedang tidur selama 1 menit atau lebih.

Tidak semua orang yang mengalami microsleep akan menyadarinya, begitu pula dengan orang yang berada di sekitarnya. Hal ini dikarenakan microsleep dapat menyerang dengan keadaan mata sedang terbuka, setengah tertutup, maupun tertutup sepenuhnya. Oleh karena itu, fenomena ini disebut berbahaya apabila seseorang yang mengalaminya sedang menjalankan alat atau mesin yang dapat menyebabkan kecelakaan atau cedera. Tidak terkecuali bagi seseorang yang sedang mengemudikan mobil dan motor.

“Karena sebagian otaknya tidur, maka bagian otak yang berfungsi untuk mengurus respons, bagian otak yang berfungsi mengurus kewaspadaan terkait juga dengan suara, itu agak ‘turun’,” terang dr. Santi.

Faktor terjadinya microsleep

Masih mengutip dari CDC, pengemudi yang berpotensi besar untuk mengalami kantuk di antaranya yang kurang tidur; pengemudi kendaraan komersial seperti truk, bus, dan traktor; seseorang yang mendapat jadwal (shift) kerja malam; seseorang yang memiliki disorder tidur yang tidak kunjung disembuhkan; serta seseorang yang mengonsumsi obat yang memicu kantuk.

Faktor utama penyebab kantuk adalah kurangnya tidur, baik secara kuantitas (berkaitan dengan durasi atau jumlah jam tidur) maupun secara kualitas (tidur yang tidak pulas dan nyenyak). Dalam keadaan mengantuk, umumnya daya tahan tubuh, kekuatan, respons, hingga kewaspadaan seseorang akan turun. Kondisi seperti inilah yang akan membuat seorang pengemudi kurang sadar akan adanya penghalang, kendaraan lain, bahkan orang yang sedang menyeberang di hadapannya hingga menyebabkan kecelakaan.

Kendati demikian, dr. Santi juga menyebut, microsleep dapat terjadi pada seseorang yang cukup tidur. Contohnya, ketika dihadapkan oleh jalanan dengan struktur yang monoton seperti jalan tol. Akibat terus menerus menghadapi pemandangan yang ‘monoton’ sejauh puluhan bahkan ratusan kilometer, seorang pengemudi pun dapat merasakan kantuk.

Menghindari microsleep

 Untuk menghindari terjadinya microsleep, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Tidur yang cukup

Sudah barang pasti, cara paling tepat untuk menghindari kantuk saat berkendara adalah dengan mempersiapkan diri melalui tidur yang cukup. Idealnya, seorang dewasa membutuhkan setidaknya 7 jam waktu tidur setiap harinya. Pastikan tidur tersebut juga berkualitas, yang berarti pulas dan nyenyak; tidak terbangun berkali-kali. Di luar itu, cobalah untuk memiliki jadwal tidur yang tertib dengan tidur dan bangun di waktu yang sama setiap harinya.

  • Hindari konsumsi alkohol dan obat yang menyebabkan kantuk

Sebelum berkendara, pastikan pengemudi tidak mengonsumsi alkohol maupun obat yang menyebabkan kantuk. Selalu periksakan kandungan dan efek samping dari obat yang dikonsumsi.

  • Jangan abaikan gejala kantuk

Seorang pengemudi sebaiknya selalu memperhatikan kondisi dirinya sendiri, salah satunya ketika mendeteksi adanya gejala-gejala kantuk. Gejala kantuk seperti sering kali menguap dan mengedip, kesulitan untuk berkendara pada jalurnya, atau sulit mengingat jalan-jalan yang sudah terlewati.

  • Tidur sejenak

Apabila sudah menyadari adanya gejala-gejala kantuk, sebaiknya hentikan dulu kegiatan mengemudi. Carilah tempat yang aman seperti rest area dan coba untuk tidur selama waktu yang singkat seperti 15-20 menit.

  • Bangun suasana

Selama berkendara, cobalah bangun suasana yang membuat pengemudi tetap terjaga. Nyalakan musik dengan beat yang cepat, setel siaran radio, atau penumpang dapat mengajak pengemudi untuk berbicara tanpa mengambil konsentrasinya secara berlebihan.

Pembahasan mengenai microsleep ini telah tersedia di episode ke-73 siniar (podcast) KamuSehat yang berjudul Kenali Tanda-Tanda Microsleep atau Kurang Tidur. Dengarkan episode selengkapnya dengan mengklik ikon di bawah atau akses https://bit.ly/Eps74Kamseh-AK.

 

Penulis: Intania Ayumirza