Sebagian masyarakat Indonesia mungkin masih mempercayai dukun sebagai salah satu tradisi pengobatan untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Terlebih penyakit tak kasat mata yang belum bisa dijelaskan secara medis.

Pakar antropologi Universitas Sebelas Maret, Nurhadi, menjelaskan praktik perdukunan merupakan bagian dari masyarakat yang sudah ada sejak lama. Di masa lalu, dukun dipandang sebagai sosok yang dapat mengatasi masalah dalam masyarakat. Dalam hal ini, dukun dipercaya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan pasien.

Salah satu tokoh bernama Kitty dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kitty Senang Pergi ke Dukun [Pt.2]” dengan tautan akses dik.si/TNS5E6 juga kerap mengunjungi dukun. Namun, apa tujuannya pergi ke dukun?

Jenis Dukun di Masyarakat Nusantara

Melansir dari National Geographic Indonesia, sejarawan Universitas Islam Negeri Raden Mas Said, Martina Safitry, menjelaskan secara etimologi dukun berakar dari bahasa Persia yang disebut dehqhan atau dehqn yang berarti orang desa dengan pengetahuan, kecerdasan, dan keahlian khusus.

Martina mengklasifikasikan ada tiga jenis dukun di masyarakat Nusantara. Pertama, dukun kaum priyayi yang cenderung menerapkan berbagai ilmu spiritual seperti puasa panjang dan meditasi dan mengklaim kekuatannya bersikap spiritual.

Selanjutnya, dukun kaum santri yang biasanya menggunakan ayat-ayat suci dan menuliskannya di kertas.

“Dukun kaum santri dan pengobatannya dilakukan berdasarkan pengetahuan medis ilmiah yang sebenarnya telah ditemukan jauh sebelum orang Eropa menemukannya,” ungkap Martina.

Terakhir adalah dukun abangan. Dukun jenis ini biasanya cenderung menekankan pada teknik yang rinci seperti mantra, jimat, ramuan herbal, dan sejenisnya.

Dari Ahli Medis menjadi Ahli Magis

Sebelum awal abad ke-20, dukun adalah profesi yang dicari untuk pengobatan, termasuk oleh bangsa Eropa ketika berkoloni di Nusantara. Profesi ini dinilai sebagai saingan dokter karena harganya yang lebih terjangkau.

Antropolog Belanda, Leendert Theodorus Maijer, ketika tiba di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 juga mengamati profesi ini. Maijer menjelaskan bahwa dukun memiliki pengetahuan anatomi tubuh manusia dan fungsi organ. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mendiagnosis penyakit dan penanganannya.

Pergeseran definisi justru terjadi pada tahun-tahun setelahnya. Apabila merujuk pada Kamus Baoesastra Djawa Karya W.J.S Poerwadarminta yang terbit pada 1939, dukun didefinisikan sebagai pemberi mantra sehingga terlihat dominasi makna magis terhadapnya.

Lantas, mengapa masyarakat Indonesia mempercayai dukun sebagai ahli magis?

Menurut Abidin dalam Membongkar Dunia Klenik dan Perdukunan Berkedok Karoma, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mayoritas masyarakat Indonesia masih sangat mempercayai dukun sebagai ahli magis.

  1. Kebudayaan Indonesia yang secara garis besar berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme.
  2. Akidah agama yang tidak dipegang secara erat, serta jauhnya mereka dari ilmu agama dan ulama.
  3. Rasa tidak sabar dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara instan.
  4. Dianggap sebagai jalan alternatif yang menjanjikan.

Selain itu, menurut Nurhadi, keberadaan dukun tetap eksis karena sebagian masyarakat masih menjadikan mereka sebagai sandaran untuk mengatasi masalah.

Lantas, bagaimana dengan kelanjutan kisah Kitty? Apa yang ia cari ketika pergi ke dukun?

Temukan jawabannya dengan mendengarkan audio drama siniar Tinggal Nama episode “Kitty Senang Pergi ke Dukun [Pt.2]” dengan tautan akses dik.si/TNS5E6.

Dengarkan juga kisah-kisah seru dan mencekam lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/TNS5E6.

Penulis: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata