Tujuan membangun karisma kepemimpinan adalah menyelaraskan persepsi orang lain tentang jati diri terbaik kita. Ini dianggap menumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan para pengikut akan kemampuan kita untuk membawa mereka mencapai visi dan misi organisasi.
Namun, di tengah dinamika dunia yang makin cair dan tak terduga (pandemi, perang, krisis iklim, hingga ledakan teknologi), definisi leadership presence mengalami transformasi besar. Banyak pemimpin yang bekerja dari ruang kerja di rumahnya, kafe, bahkan tempat liburan. Karisma seorang pemimpin sekarang bukan lagi soal jas mahal dan cara berjabat tangan.
Kita lihat Mark Zuckerberg dan Steve Jobs yang tampil dengan kesederhanaan busananya. Leadership presence saat ini adalah bagaimana kita bisa tetap “hadir” meskipun tidak terlihat secara fisik. Gaung dan kehadiran tetap terasa di kalangan para pengikut.
Pada era hybrid dan remote, pemimpin tak bisa mengandalkan tatapan langsung untuk membangun pengaruh. Pemimpin harus “hadir” dalam suara, cara mendengarkan, dan cara merangkul emosi untuk membuat setiap orang merasa “dekat” meskipun jauh secara fisik. Bagaimana ia dapat memperlihatkan rasa percaya diri dan ketegasan, tetapi juga inklusivitas dan rasa hormat.
Gravitas
Dalam konteks kepemimpinan, gravitas atau “kekuatan tarik-menarik” merujuk pada kemampuan pemimpin untuk menginspirasi orang lain dengan kekuatan karakternya. Kepercayaan diri dan ketegasan masih menjadi kekuatan yang berkontribusi pada gravitas, tapi inklusivitas seperti menghormati keberagaman, mendengarkan, menunjukkan keaslian dirinya menjadi dimensi karisma yang juga penting.
Menunjukkan inklusivitas tidak hanya mempekerjakan orang dengan latar belakang yang beragam dan memberi setiap orang kesempatan yang sama untuk naik jabatan, tapi juga memastikan bahwa setiap individu merasa dihargai dan didukung.
Jorgen Vig Knudstorp memilih untuk mendengarkan sebelum mengambil keputusan besar ketika ia memimpin LEGO. Ia melakukan blusukan ke konferensi dan komunitas pengguna untuk memahami persepsi dan kebutuhan pelanggan LEGO. Balok-balok klasik LEGO kembali lahir dari kehadiran yang penuh perhatian untuk mendengar, bukan dari ruang rapat para eksekutif elite.
Unilever mengirim para pemimpinnya untuk mengalami langsung beragam kehidupan pelanggan mereka. Dari rumah sakit, pedalaman, sampai tempat penampungan tunawisma. Untuk memperdalam kemampuan mendengar dengan empati, tanpa prasangka dan asumsi.
Tiger Tyagarajan, CEO Genpact, menciptakan ruang interaksi fisik secara berkala untuk memastikan karyawan yang memilih bekerja remote tetap mendapat akses kesempatan yang sama.
Komunikasi
Komunikasi verbal dan nonverbal ketika menyampaikan ide dalam rapat, rasa percaya diri dan ketenangan di bawah tekanan, serta berinteraksi dengan orang lain akan menentukan kesan terhadap kepemimpinan kita.
Komunikasi tidak hanya untuk menyampaikan pesan, tetapi juga bagaimana membuat pesan dapat menyentuh dan menggerakkan pendengar, bagaimana menyusun narasi yang informatif dan menginspirasi. Ketika ingin bicara mengenai transformasi organisasi, tidak cukup bila kita hanya menyampaikan mengenai perubahan yang akan terjadi.
Jelaskan mengapa perubahan ini perlu dilakukan, kaitannya dengan visi, misi, dan nilai-nilai organisasi, serta bagaimana perubahan ini akan berdampak secara pribadi pada diri kita dan setiap insan di organisasi. Kita harus memahami bagaimana kata-kata dan tindakan kita diinterpretasikan oleh para pendengar yang menjadi pengikut kita.
Baca juga: FOBO, Takut Tersisih pada Era Nyaman
Waspadai kebiasaan yang sering dimaksudkan untuk menunjukkan kerendahan hati seperti, “mohon maaf bila bahasa Inggris saya kurang baik,” atau “ini mungkin ide yang bodoh….” Ini justru dapat menurunkan kredibilitas.
Tanpa perlu menggunakan slide powerpoint yang meriah, Steve Jobs berdiri di atas panggung dengan latar belakang kosong dan gaya pakaian minimalis mengisyaratkan kesederhanaan yang menjadi nilai perusahaannya, simplicity.
Emosi dikelola, keaslian ditampilkan
Pemimpin yang berkarisma tidak berarti tanpa emosi. Justru sebaliknya, emosi yang tepat pada momen yang sesuai memperkuat pesan dan membangun koneksi. Kita bukan robot, melainkan manusia yang sadar dan bisa menavigasi gelombang emosi dengan elegan.
Pemimpin yang bisa menahan diri, tetap tenang saat situasi menekan, akan jauh lebih dipercaya. Bukan karena mereka pura-pura tenang, melainkan mereka tahu kapan harus merespons dan bagaimana menyampaikan emosinya dengan jujur tanpa meledak-ledak.
Mereka tidak memanipulasi emosi, tapi mengelolanya, tetap menampilkan prinsip dan nilai-nilai dirinya tanpa memaksakan ke orang lain. Keberanian menunjukkan siapa dirinya dengan tetap menjaga kendali, menjadikan hadir begitu kuat.
Pemimpin yang dirasakan, bukan hanya dilihat
Sheryl Sandberg ingin dikenal sebagai pelatih bagi perempuan yang ingin meraih ambisi dan impian mereka ketimbang sebagai COO Facebook. Lewat media sosial, ia menyampaikan nilai dan visinya mengenai kisah perempuan tangguh. Namun, semua ini tidak bisa satu arah. Pemimpin perlu membuat keseimbangan antara kehidupan digital dan kehadiran fisik.
Ia harus mampu menjangkau melalui kanal digital sekaligus tetap menciptakan ruang untuk koneksi nyata. Pemimpin yang hanya aktif di media sosial tanpa membangun hubungan nyata akan tampak kosong. Sebaliknya, yang hanya mengandalkan tatap muka bisa kehilangan relevansi di dunia digital.
Kabar baiknya, karisma kepemimpinan bukanlah bakat bawaan. Ia bisa dipelajari, diasah, dan dikembangkan. Tidak semua orang harus sempurna di semua aspek. Upaya menguasai panggung bisa dikatakan usang. Yang lebih penting adalah membangun kepercayaan. Bagaimana menampilkan versi terbaik diri kita secara konsisten, jujur, dan terhubung.
Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita cukup sadar, cukup kuat, dan cukup hadir untuk membuat orang lain percaya: kita adalah pemimpin yang patut diikuti. Ketidakhadiran fisik menjadi norma baru serta menekankan pada kehadiran emosional dan komunikasi yang bermakna.
Dan, untuk menjadi pemimpin seperti itu, satu hal yang perlu terus diasah bukanlah gaya, melainkan niat. Niat untuk hadir, secara utuh dan sadar.
HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM
Eileen Rachman & Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD
EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia.