Sampai beberapa waktu lalu, hari yang menggelap mendatangkan kesulitan bagi banyak orang di berbagai desa di Kenya. Seiring dengan terbenamnya matahari, para petani mulai khawatir tentang ternaknya yang rawan dimangsa dubuk (hyena) dan macan tutul. Anak-anak harus menyalakan lampu minyak untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

Suku Maasai yang tinggal di daerah tersebut memang belum merasakan beragam kemudahan hidup karena listrik belum masuk ke desa mereka. Hidup menjadi semakin rentan karena ancaman binatang buas lebih sulit diminimalisasi. Kerap terjadi, banyak orang Maasai harus berjalan berkilometer jauhnya hanya untuk mengisi ulang daya ponsel mereka.

Namun, sebuah proyek baru yang digagas Green Energy Afrika telah menyalurkan energi ke 2.000 rumah di desa-desa di Kenya. Kabar menggembirakan lain, ini bisa terjadi karena perempuan-perempuan tangguh yang memasarkan instalasi tenaga surya dengan harga terjangkau. Lebih dari 200 perempuan Maasai merupakan ujung tombak revolusi tenaga surya ini.

Perempuan-perempuan yang telah diberi pelatihan instalasi tenaga surya ini oleh Green Energy Africa ini membeli panel-panel surya dengan potongan harga khusus. Mereka lantas mendistribusikannya ke rumah-rumah dari desa ke desa dengan keledai. Mereka hanya mengambil profit sekitar 3 dollar AS atau sekitar Rp 40 ribu untuk satu unit panel surya.

Seperti dilansir situs Voiceofarica.co.za, para perempuan ini mengakui dampak listrik tenaga surya begitu luar biasa bagi kehidupan mereka. Jackline Naiputa, yang pada 2014 kehilangan 10 ekor kambing karena dimangsa binatang buas, mengatakan dulu anak lelakinya harus berjaga di dekat kandang sepanjang malam untuk mengawasi ternak. Sekarang, dengan lampu tenaga surya yang tergantung di sekitar rumah dan kandang ternak, mereka bisa tidur tenang di dalam rumah mereka yang hangat. “Cahaya itu membuat dubuk tak berani mendekat,” ujar Naiputa.

Selain menghemat pengeluaran penduduk desa, peralihan ke listrik tenaga surya juga membantu mengurangi penebangan pohon. Di Desa Kajiado misalnya—karena kayu-kayu dijadikan bahan bakar untuk penerangan—menurut National Environmental Management Authority, hanya satu persen area yang masih ditumbuhi rerimbunan pohon. Tenaga surya juga membantu penduduk hidup lebih sehat karena tak harus menghirup asap yang timbul dari api, sumber penerangan mereka sebelum listrik, setiap malam. [*/NOV]

noted: Tenaga Surya di Desa-desa Kenya

foto: developmentdiaries.com