Memiliki tempat tinggal atau ruang kerja yang luas sehingga dapat menghadirkan taman di dalamnya menjadi keinginan banyak orang. Namun sayang, di kota-kota besar seperti Jakarta, keinginan itu seolah harus padam sebelum memendar karena keterbatasan lahan.
Ibu Kota telah menjadi rimba beton. Ribuan bangunan berdiri berimpitan, hampir tak menyisakan lahan hijau untuk sekadar mengistirahatkan mata. Kalau pun masih ada lahan hijau yang terselip, untuk mendapatkannya tentu butuh perjuangan keras dan biaya selangit.
Padahal, lahan hijau di lingkungan tempat tinggal dan kerja menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi. Dengan adanya lahan yang dapat digunakan untuk menata taman, sebenarnya itu bisa membantu penghuni atau pekerja untuk meredakan stres. Bahkan, beberapa orang berpendapat, tinggal atau bekerja di lingkungan yang hijau dapat membuat diri menjadi lebih produktif seirama dengan meningkatnya kreativitas.
Itu pula yang dirasakan oleh Rangga Kuzuma. Pria berusia 27 tahun ini memilih indoor gardening untuk menjadi solusi dalam menyiasiati lahan di lingkungan tempat tinggal dan kerjanya yang tak cukup luas untuk menghadirkan taman. Namun, ia berprinsip, sesempit apa pun lahan yang ada, tanaman menjadi benda penting sebagai penyegar udara.
Kurangnya ruang hijau membuat Rangga mencoba untuk menciptakannya sendiri. Terlebih lagi mengingat dirinya tinggal dan bekerja di tempat yang sama. Ini memudahkan Rangga untuk bisa bereksperimen di indoor gardening dengan leluasa.
“Kenapa harus tanaman? Tanaman sudah pasti memiliki seribu satu manfaat yang mungkin terlalu banyak untuk dijelaskan satu persatu. Tapi yang pasti, tanaman untuk indoor gardening misalnya, bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi tingkat stres yang tinggi bagi kita yang tinggal di kota besar seperti Jakarta,” katanya.
Indoor gardening
Indoor gardening adalah tata ruang hijau sebagai ruang yang berisi elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape) yang terdapat dalam sebuah ruang atau hunian. Fungsinya, selain untuk estetika, juga sebagai suplai oksigen.
Softscape terdiri atas jenis tanaman yang digunakan. Selain tanaman, air termasuk softscape yang bisa dihadirkan pada taman. Sementara itu, hardscape terdiri atas bebatuan yang sering dipakai sebagai pendukung keindahan taman.
Untuk membuat sebuah indoor gardening, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperlukan. Antara lain konsep desain yang sesuai lokasi, pemilihan jenis tanaman yang tepat, dan cahaya yang cukup (bila memakai tanaman hidup yang bervariasi).
Houseplant, kaktus, skulen, dan airplant (tanaman udara) adalah jenis tanaman yang sering Rangga pakai untuk menghiasi tempat tinggal dan kerjanya. “Awalnya sulit menjaga tanaman-tanaman ini untuk tetap tumbuh dengan subur di dalam ruangan. Tapi seiring berjalannya waktu, saya pun belajar banyak dan mulai mengetahui bahwa setiap tanaman memiliki perawatan yang berbeda. Saat ini, kurang lebih ada sekitar 200 pot yang ada di dalam rumah saya dengan jenis tanaman yang berbeda-beda,” ungkap pria yang bekerja di bidang multimedia dan video production ini.
Perawatan mudah
Houseplant adalah tanaman hias yang adaptif pada kondisi di dalam ruangan. Mereka ditanam pada wadah tertentu dan biasanya kelompok ini pertumbuhannya relatif lebih lambat. Kelompok ini dapat berupa tanaman bunga atau tanaman hias daun. Contohnya, lidah mertua (Sansevieria spp).
Untuk perawatan, imbuh Rangga, sebagian besar houseplant cukup dengan penyiraman yang dilakukan hampir setiap hari. Ia menyarankan, ketika kita akan pergi ke luar rumah untuk waktu yang lama, sebaiknya mengganti media tanam dengan mengunakan tanah daripada sekam karena kandungan air pada tanah lebih lama mengering. Lalu, sebaiknya kita menggunakan pot berbahan plastik atau keramik karena kandungan air pada pot akan tahan lebih tahan lama ketimbang pot tanah liat atau terakota.
Untuk jenis tanaman kaktus dan skulen lebih praktis. Kita hanya perlu menyemprot sesaat sebelum berangkat kerja karena jenis tanaman ini bisa bertahan hingga dua minggu setelah disemprot. Rangga sendiri lebih memilih untuk menyemprot daripada menyiram karena kaktus dan skulen tidak membutuhkan banyak air. Sementara untuk tanaman jenis airplant biasanya direndam di air selama 10 menit di pagi hari sebelum ia pergi beraktivitas.
“Sangat penting juga untuk memperhatikan letak tanaman. Sangat disarankan untuk meletakkan tanaman di area yang cukup terang, tetapi tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sekali-kali juga sebaiknya keluarkan semua tanaman ke bagian teras rumah agar tidak terlalu lembab. Hal ini untuk menghindari membuat tanaman menjadi busuk,” terang Rangga yang mengidolakan Summer Rayne Oakes, seorang environtmentalist asal New York, AS, yang menerapkan konsep urban jungle.
Ketertarikan Rangga dengan tanaman pun semakin berkembang ketika berjumpa dengan rekan-rekan yang memiliki hobi yang sama. Bersama Kitty Manu, Rangga menjalankan sebuah toko bunga yang cantik di Cipete, Jakarta Selatan, bernama Lots of Flowers (LOF). [ACH]
foto: Egbert Siagian
noted: Taman Pot di Dalam Rumah