Namun, kenyataannya, sering kali orang tua hanya berfokus pada persiapan kecerdasan intelegensi dan mengesampingkan dua kecerdasan lainnya.
Padahal, dengan kecerdasan emosional dan rohaniah, si kecil akan mampu mengelola emosi dengan baik, bijak berteman dan berkomunikasi, serta memiliki sikap rendah hati.
Segudang Manfaat Menanti saat Anak Bersikap Rendah Hati
Salah satu hasil dari kecerdasan emosional dan rohaniah yang baik adalah munculnya sikap rendah hati. Menurut situs kamus Merriam-Webster, rendah hati atau humble merupakan kata sifat ketika seseorang bersikap tidak sombong dan tidak berpikir dirinya lebih baik dari orang lain.
Lebih lanjut, menurut Austin Children’s Academy, sikap rendah hati merupakan kunci kebahagiaan jangka panjang yang membantu si kecil melihat dunia yang ia pijaki dengan ketidaksombongan. Selain itu, rendah hati juga membuat si buah hati memiliki hubungan yang kuat dengan sesamanya.
Masih dalam sumber yang sama, rendah hati merupakan nilai penting yang harus ditanamkan sejak dini sehingga dapat terus tumbuh bersama anak seiring berjalannya berbagai tahapan kehidupan.
Orang tua bisa mengajarkan anak untuk rendah hati dimulai dengan memberikan contoh yang baik. Sebab, perilaku anak merupakan cerminan dari orang tua.
Kemudian, ajarkan anak tiga mantra kebaikan, yaitu tolong, maaf, dan terima kasih. Dengan itu, si kecil bisa memahami dirinya sendiri dan orang lain. Ia jadi berani mengakui kesalahan dan mengapresiasi kebaikan yang hadir untuknya.
Setelah mengajarkan anak untuk bersikap rendah hati, berbagai proses dan hasil cemerlang bagi kecerdasan emosionalnya akan muncul seiring waktu. Lantas, apa hasil yang bisa si kecil dapatkan dengan sifat rendah hati yang dimilikinya?
Melihat Dunia Lewat Banyak Kacamata
Ketika anak diajarkan untuk bersikap rendah hati, ia memandang dunia lewat kacamata yang positif. Ia tidak mudah menilai buruk sesuatu dan juga lebih bijaksana sebelum menilai. Sebab, sebelum menilai, si kecil berusaha memandang segala sesuatu melalui banyak perspektif.
Untuk memupuk hal ini, orang tua mengajak anak melihat dan berkenalan dengan orang-orang yang berbeda dengannya. Misalnya, pergi mengunjungi panti asuhan atau sekadar ke taman agar bisa berinteraksi dengan orang baru.
Dengan demikian, anak diajarkan untuk berkenalan dengan dinamika dan perbedaan yang baru sehingga bisa mengapresiasi perbedaan tersebut. Selain itu, wawasannya tentang dunia menjadi lebih luas.
Menghargai Manusia, Berapa pun Usianya
Seperti yang sudah dipahami sebelumnya, dengan sikap rendah hati, anak memiliki banyak perspektif dalam melihat dunia. Dengan demikian, anak bisa mengenal dan memahami perbedaan sehingga tak sulit menghargai orang lain.
Selain itu, rendah hati juga membuat si kecil bisa lebih tenang menghadapi masalah. Dengan begitu, ia bisa lebih bersyukur dan bijaksana untuk menilai sehingga tidak meremehkan orang lain.
Mencintai Cinta, Dirinya Sendiri, dan Yang Disayangi
Cinta adalah dasar kehidupan manusia. Terlebih, dengan sikap rendah hati, si kecil dapat lebih mengapresiasi dirinya dengan self-love. Selain itu, ia juga bisa mencintai orang lain dengan menunjukkan rasa kasih sayang.
Anak yang rendah hati menciptakan hubungan relasi yang penuh kasih, positif, dan langgeng hingga dewasa nanti.
Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Melansir artikel Austin Children’s Academy, sikap rendah hati ternyata bisa menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga terbuka terhadap ide-ide baru. Namun, orang tua juga perlu membantu si kecil untuk menjelajahi hal-hal kecil yang sedang terjadi di dunianya.
Dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan sikap rendah hati, akan hadir kecintaan untuk terus belajar memahami sekitar. Hal ini dapat mendorong tumbuh kembang anak dan kecerdasan intelektualnya.
Memahami Ego
Sikap rendah hati membantu si kecil untuk memahami ego. Ego bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi dikendalikan. Belajar kerendahan hati sejak dini membantu anak untuk menghadapi keadaan dunia yang semakin kompetitif dan tidak mengenal empati.
Selain itu, dengan rendah hati, si kecil juga belajar mengedepankan kepentingan bersama dibanding egonya sendiri. Dengan senang hati, ia mampu mendengarkan dan memahami perasaan orang lain.
Dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Siapa yang Bersuara Paling Merdu?”, Odang si burung kapodang dan Jala si burung jalak berdebat siapa yang memiliki suara paling merdu. Untuk memastikannya, mereka sepakat untuk mengadakan lomba. Akan tetapi, karena angkuh dengan suara merdu yang dimiliki, tiba-tiba suara mereka hilang.
Agar tidak sombong seperti Odang dan Jala, orang tua perlu mengajarkan anak untuk bersikap rendah hati.
Dengarkan “Dongeng Siapa yang Bersuara Paling Merdu?” dan dongeng anak lainnya dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3HMPrdu.
Penulis: Fauzi Ramadhan & Ristiana D. Putri
Baca juga : Catcalling, Pelecehan Seksual Berkedok Candaan yang Sering Dianggap Remeh.