Stigma negatif kerap menempel pada kata networking. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah bagian dari basa-basi dan mulut manis yang rasanya tidak tulus, eksploitatif karena ada maunya, sampai ke cari muka karena kegiatan ini hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang “pintar bicara”.

Ada juga yang mengatakan bahwa kegiatan ini khusus buat orang yang memang senang bergaul sehingga si introvert kerap menjadikannya sebagai alasan untuk tidak melakukan networking. Benarkah demikian?

Pada zaman pandemi ini, banyak orang yang tiba-tiba menjadi pedagang. Banyak di antara mereka yang mengawali bisnisnya dengan berjualan kepada teman sekitar yang kemudian berkembang dari mulut ke mulut hingga menjadi besar dan stabil. Demikian pula kita melihat suksesnya negosiasi antarlembaga, sering dilatarbelakangi oleh perkawanan beberapa contact person sehingga perundingan akhirnya berjalan lancar. In today’s world, networking is a necessity.

Banyak riset membuktikan bahwa orang dengan network yang bermutu lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan kesempatan bisnis. Hal ini dikarenakan mereka akan lebih mudah memperluas dan memperdalam pengetahuannya, lebih kreatif, dan pada akhirnya bisa lebih sukses.

Belajar mencintai “networking”

Keengganan orang melakukan networking ini mungkin juga disebabkan ketidakpahaman akan arti dari networking yang sebenarnya. Networking is a deliberate activity to build, reinforce and maintain relationships of trust with other people to further your goals. Networking sebenarnya adalah pertemanan biasa yang memang kita upayakan dengan sungguh-sungguh sehingga pada saat diperlukan bisa membantu memperlancar keperluan kita.

Penelitian menunjukkan, keengganan terhadap kegiatan networking ini bisa kita tanggulangi. Pertama, apa pun karakteristik pribadi kita, bila merasa bahwa berkawan dan membuka hubungan dengan orang lain akan membuat kita berwawasan lebih banyak, kita pasti termotivasi untuk berhubungan dengan siapa pun.

Kedua, kita bisa mulai menjalin hubungan dengan orang yang ternyata memiliki minat yang sama dengan kita sehingga pembinaan hubungan tidak akan terasa berat. Brian Uzzi, seorang ahli dari Northwestern University, menyebutnya sebagai shared activities principle, yaitu kolaborasi dan hubungan yang langgeng biasanya terjadi pada mereka dengan minat yang sama dan membentuk hubungan tolong-menolong.

Ketiga, pada prinsipnya, memberi adalah suatu kenikmatan. Kita bahagia bila bisa memberi. Namun, kita sering tidak tahu apa yang bisa diberikan pada orang lain. Hal yang bisa kita berikan atau tawarkan tidak harus berupa material. Bisa pertolongan, informasi penting, ataupun memperkenalkan kontak yang kita punya. Bila terbiasa memberi, kita akan tampil sebagai pribadi yang lebih percaya diri. Siap memberi ini akan sangat memudahkan hubungan interpersonal kita dan membuat kita menikmatinya karena membangun rasa positif terhadap diri sendiri.

Keempat, bila sering merasa bahwa networking adalah kegiatan yang mengarah kepada hal yang negatif, kita perlu menggali untuk menemukan tujuan lebih mulia yang bisa dihasilkan dari networking ini. Ketika melihat manfaat networking ini demi kebaikan perusahaan, demi kebaikan negara, atau bahkan kepentingan umat manusia, kita akan melihat pertemanan ini sebagai hubungan yang konstruktif.

Baca juga :

Sasaran professional networking

Seorang yang sudah melakukan networking dengan baik bisa memiliki banyak kemudahan dalam upaya berbisnis ataupun berorganisasi. Ia akan menjadi top of mind, orang pertama yang diingat ketika seseorang sedang mencari referensi atau orang yang tepat untuk dihubungi. Ia juga bisa menjadi rekan yang paling potensial untuk diajak berbisnis bila seseorang sedang mencari prospek.

Selain itu, dalam jaringan profesi yang baik, kita bisa mendapat akses untuk belajar, terutama hal-hal yang tidak dipelajari di akademi namun praktis terjadi di lapangan. Selain itu, dengan memiliki network yang baik, kita dengan mudah dapat menghubungi orang yang belum kita kenal, tetapi merupakan temannya teman dari seseorang dalam jaringan kita. Kemungkinan menemukan mentor di dalam pergaulan ini, juga berbagai kesempatan, kemungkinan dan tren yang ada di industri pun semakin besar.

Bagaimana cara membangun dan memelihara “network”?

Tidak ada jawaban tunggal, jitu, dan benar tentang bagaimana melakukan networking secara profesional. Kita pasti tahu bahwa bersikap open mind, ramah, dan engaged dengan orang yang sedang dihadapi, baik di seminar, konferensi, maupun online, pasti memberikan manfaat. Kita tidak boleh membisu, menjadi pajangan, ataupun hanya berani berbicara dengan kelompok kita sendiri.

Orang yang masih malu-malu untuk menyapa orang asing atau memulai membuka hubungan dengan orang lain akan tertinggal pada zaman yang sangat mementingkan hubungan interpersonal ini. Untungnya media sosial bisa membantu orang-orang yang masih merasakan kecanggungan bertemu muka ini. Dengan adanya media sosial, kita bisa menyapa orang dengan lebih mudah dan membuka hubungan.

Salah satu kiat agar networking tetap bisa kita mulai adalah mencari orang asing yang memang menarik minat kita. Orang yang kita kagumi, bahkan bisa kita jadikan mentor. Kita bisa memulai undangan untuk minum kopi bersama dengan manfaat pick their brain over coffee. Jangan lupa bahwa kita pun perlu memiliki sesuatu untuk ditawarkan, baik itu berupa pertolongan, informasi, maupun kontak yang bisa kita tawarkan juga secara timbal balik.

Kita pun bisa memaksimalkan network yang sudah dimiliki dari awal, seperti teman, keluarga, dan teman almamater. Dari sini, kita bisa terus mengembangkan jaringan kita dengan orang-orang baru. Your network is your networth – Porter Gale.

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING