Permukiman padat penduduk mudah ditemukan di kota besar seperti Jakarta. Rumah-rumah berdiri berimpitan, dari pinggir jalan raya hingga berjubel di gang-gang sempit. Kendaraan bermotor yang lalu-lalang di sekitar permukiman kian memperparah keadaan. Udara menjadi pengap dan kotor.
Rumah di perkampungan padat penduduk biasanya memiliki sedikit ventilasi udara. Akibatnya, bagian dalam rumah terasa panas. Bagaimana caranya agar rumah seperti itu dapat memiliki lebih banyak ventilasi?
Idealnya, ukuran untuk jendela rumah, yakni sepertiga dari total luas dinding ruangan. Jadi, bila ukuran ruangan 3 m x 3 m, luas jendela minimal adalah 4 meter persegi. Namun, untuk kasus tertentu, seperti kondisi di atas, memang sulit untuk membuat jendela.
Ada dua usulan jalan keluar yang dapat dilakukan. Pertama, menggunakan exhaust fan. Ini merupakan alat elektronik yang bekerja untuk mengisap udara di ruangan dan membuangnya ke luar. Dengan exhaust fan, udara di dalam rumah dipaksa mengalir ke luar. Dalam kasus rumah yang terlanjur diimpit tembok tetangga, penggunaan exhaust fan dapat dipasang pada plafon. Exhaust fan hanya membantu mengatasi masalah udara. Adapun untuk pencahayaan dapat memasang genting transparan di atap rumah.
Kedua, jika memungkinkan, bongkar salah satu ruang dan ubah menjadi taman atau bukaan di tengah rumah. Biarkan bagian atap taman ini terbuka sehingga cahaya dan udara dapat masuk dengan leluasa. Ruang mana yang harus dibongkar tergantung kondisi. Namun, sebaiknya pilih ruangan yang bersentuhan dengan banyak ruang di rumah sehingga dari taman itu cahaya dan udara dapat disebarkan ke seluruh ruangan.
Jika memungkinkan, disarankan juga agar angin yang masuk ke dalam rumah didinginkan dulu. Caranya dengan membuat teduhan dan bayangan di depan bukaan yang ada di rumah. Teras, overhang panjang, atau kanopi misalnya, akan sangat bermanfaat. Meletakkan beberapa pot tanaman gantung di muka bukaan juga bisa membantu pendinginan udara. [*]