Perpaduan senja dan gerimis memberikan alasan tepat untuk sejenak bernaung di tempat yang nyaman. Suatu kebetulan yang baik, sore itu hujan turun rintik-rintik dan kami sedang berada di bilangan Cipete. Di balik rimbunnya pepohonan, sebuah kafe di pinggir jalan menawarkan kehangatan. Toodz House.

Kehangatan tersebut barangkali muncul dari suasana kafe yang homey. Begitu memasukinya, kita tahu, ini tempat yang menyenangkan untuk mengobrol, bahkan bekerja, berlama-lama. Di terasnya, orang-orang sedang asyik bercengkerama, beberapa membuka laptop di atas meja. Selain karena makanan dan minumannya, orang-orang merasa betah berada di sini karena penataan interiornya yang apik.

Bagian muka Toodz House menggambarkan selera pemilik kafe pada barang-barang lawas. Kotak surat dari kayu dan besi bergambar bunya menyambut setiap tamu dengan tulisan welcome. Di atasnya, terpampang angka 79, nomor rumah yang kemudian dijadikan kafe ini. Di teras berlantai abu-abu, kursi-kursi rangka kayu dengan alas duduk dan sandaran anyaman bambu tertata rapi. Jam dinding besi tua dengan langgam lengkung dilekatkan di dinding. Lampu meja dengan kaki-kaki yang juga membentuk lengkungan diletakkan di sudut.

Gaya khas rumah lama itu tampak pula pada teralis jendela yang menghadap ke teras depan. Tidak bermotif garis vertikal atau horizontal seperti yang diminati rumah minimalis zaman sekarang, teralisnya berbentuk bulatan bertumpuk berwarna putih gading.

Harum aroma kopi meruap begitu kaki melangkah masuk ke dalam. Meja kayu di salah satu sudut menjawab dari mana aroma itu berasal. Di atas meja itu, mesin dan stoples-stoples berisi biji kopi dari penjuru Indonesia tertata rapi. Menguatkan karakter kafe ini sekaligus menjadi elemen dekorasi yang bagus.

Di ruangan bagian dalam, dominasi warna cokelat tua berpadu apik dengan hijau, kuning, oranye tua, dan putih. Sofa-sofa dengan meja kayu di tengahnya dipenuhi sejumlah anak muda yang asyik berbincang. Pajangan menghiasi dinding. Kaleng biskuit dan pot tanaman yang ditaruh di atas rak, nampan kayu yang digambari peralatan makan, serta bingkai-bingkai berisi foto atau lukisan.

Tak akan lelah menyapukan pandangan ke seluruh ruangan atau mengamati detail kafe ini satu per satu. Tempat ini menjadi salah satu contoh kafe yang mempertimbangkan desain interiornya dengan matang. Menjadikannya memikat.

Kami memilih duduk di tempat semacam teras samping. Kayu yang disusun vertikal membatasi ruangan itu dengan halaman. Dari sela-selanya, cahaya matahari yang redup menerobos masuk. Menutup sore di kafe yang manis. [NOV]

noted: Penataan Interior Daya Pikat Toodz House