Perusahaan-perusahaan tambang dan minyak yang dahulu sangat berjaya, saat ini perlu mencari inovasi pada energi terbarukan. Bila dahulu banyak perusahaan yang bertahan 50, 70, bahkan hingga lebih dari 100 tahun, pada masa sekarang, begitu banyak perusahaan berguguran setelah 10–15 tahun saja.
Jadi, tidak ada yang memungkiri perlunya melakukan perubahan. Namun, kenyataannya perubahan tidak semudah membalik telapak tangan. Manusia sering merasa bosan dan ingin mengalami perubahan, tetapi begitu sulit untuk mengubah dirinya sendiri. Ketakutan terhadap “the unknown” pun begitu besar, membuat perubahan semakin dijauhi lagi.
Pertanyaannya, bagaimana melanggengkan perusahaan menghadapi masa depan yang mungkin tidak terbayang oleh kita dari masa sekarang? Pemimpin macam apa yang mampu menavigasi tantangan sebesar ini? Bagaimana cara mendisrupsi industri tanpa terkena disrupsi? Bagaimana gesit pada masa depan, tetapi tetap berjaya pada masa sekarang?
Kita membutuhkan pemimpin yang bisa mengeksploitasi sumber daya saat ini dengan mengoptimalkan operasional yang berjalan sekaligus mengeksplorasi kesempatan-kesempatan lain yang nantinya membentuk bisnis model baru. Sambil memastikan prestasi pada masa ini, berpikir keras dan merancang masa depan.
Kekuatan mengembangkan dua pendekatan sekaligus inilah resep sukses pada masa depan. Seorang ahli menyebutkan, pemimpin yang sanggup melakukan pendekatan sekaligus ini disebut pemimpin ambidextruous.
Ambidextruous (ambideksteritas) atau dalam bahasa Indonesia disebut kekikanan adalah kemampuan individu untuk menggunakan kedua tangan sama terampilnya. Hanya 1 persen dari populasi dunia yang secara alamiah memiliki keterampilan ini.
Atlet yang ambidextruous dapat menggunakan bagian tangan yang menguntungkan baginya dan mengecoh lawannya yang hanya memiliki kekuatan di salah satu tangan saja. Diteliti dari lukisan-lukisannya, Leonardo da Vinci diyakini dapat memanfaatkan kedua tangannya dengan baik. Ia terlahir kidal, tetapi berlatih menggunakan tangan kanannya.
Istilah inilah yang kemudian digunakan untuk merujuk pada para pemimpin yang terampil menguasai dua pendekatan yang berbeda.
Sam Sterling, Managing Director Strategi AKQA, perusahaan desain dan inovasi yang memasarkan berbagai merek terkenal, membuat studi terhadap 16 perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Tujuannya untuk melihat aspek apa yang membuat perusahaan dapat bangkit kembali lebih cepat ketika mengalami hambatan.
Kesamaan yang ditemukan dari perusahaan-perusahaan ini adalah kemampuan mereka untuk mengoptimalkan aset saat ini sambil terus mengeksplorasi kesempatan-kesempatan pada masa mendatang. Mereka begitu gesit dalam mengidentifikasi pasar yang sedang berkembang, masuk ke kelompok-kelompok pelanggan baru, dan mengembangkan proses-proses baru.
Dua panah pemimpin
Kita sering kali mengelompokkan pemimpin dalam dua kelompok besar, yaitu people leader atau task leader karena kecenderungan seseorang untuk lebih kuat di salah satu aspek. Namun, sebenarnya, manakah yang lebih dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif?
Konsultan Zenger Folkmann dalam penelitiannya terhadap 4.900 pemimpin menemukan bahwa 32 persen dari mereka yang dinilai memiliki kompetensi driving for result yang lebih tinggi daripada building relationship dikategorikan sebagai high potential. Sementara itu, hanya 27 persen dari yang memiliki kompetensi building relationship yang lebih tinggi daripada driving for result yang masuk kategori high potential.
Namun, ternyata 46 persen dari mereka yang kuat dalam dua kompetensi ini termasuk kategori high potential. Menurut Zenger, kekuatan dari kombinasi dua kompetensi ini adalah pencapaian target yang didapatkan dari hubungan baik yang mendorong para anggota tim bekerja lebih keras.
Sama halnya dengan dikotomi kepribadian introver-ekstrover. Mereka yang introvert secara alamiah terlihat lebih dapat berempati dan aktif mendengar. Sementara itu, para ekstrover tampil memukau dalam memengaruhi orang lain.
Namun, ekstrover biasanya lebih dominan dan tidak memedulikan orang lain. Sementara itu, introver sulit tampil mengambil peran. Individu yang dapat memadukan kedua kekuatan kepribadian ini dengan memahami orang lain tentunya akan lebih kuat dalam menginspirasi dan memengaruhi pihak lain untuk berubah.
Di sinilah seni kepemimpinan perlu diasah, bagaimana bermain tarik-ulur dalam memberikan keleluasaan, tetapi juga kuat menentukan arahan.
Melatih keterampilan ambidextruous
Menjadi ambidextruous berarti kita harus berhenti mengatakan “ini bukan gaya saya”. Namun, justru siap membuka diri, melakukan eksplorasi baru. Kita harus berani mempertanyakan pendapat dan asumsi kita sendiri. Mendisrupsi diri dengan mengajukan pertanyaan what if, why not kepada diri sendiri.
Setiap kali kita merasa telah menemukan ide atau strategi baru yang terbaik bagi diri atau organisasi, tantang diri untuk mengembangkan lima kemungkinan lain yang dapat menunjukkan bahwa ide tersebut tidak tepat. Dengan cara ini, kita berusaha memperluas area pemikiran kita dengan hal-hal yang di luar batas pemikiran kita sebelumnya.
Kedua, bangun visi yang bersifat “exploit and explore”. Tantang diri dan anggota tim untuk senantiasa memikirkan cara-cara mengurangi biaya dan melakukan efisiensi dalam bisnis utama, sekaligus mendorong diri untuk menemukan kesempatan-kesempatan baru di luar model bisnis saat ini, untuk diterapkan pada masa depan. Ajak tim berdiskusi mengenai kekhawatiran dan ketakutan mereka menghadapi konflik yang mungkin terjadi dalam proses menjalankan dua pendekatan yang berbeda ini.
Ketiga, hindari keseragaman. Model exploit and explore tentu akan menghasilkan strategi yang berbeda. Dalam mengeksplorasi, kita mendorong tim untuk mau mengambil risiko, berpikir kreatif dengan tujuan pengembangan dan inovasi. Sebaliknya, ketika sedang melakukan manuver eksploitasi, kita perlu melakukan efisiensi dan menghitung efektivitas. Memaksakan strategi yang sama pada dua kebutuhan berbeda hanya menimbulkan kekacauan.
Jika ingin menjadi pemimpin yang kreatif, inovatif, dan efektif, Anda harus mengembangkan keahlian ganda. Hal ini tidak mudah, tetapi merupakan jalan yang lebih kaya untuk meraih kesuksesan pada masa-masa yang penuh gejolak dan oportunistis ini.
Eileen Rachman & Emilia Jakob
HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM
Baca juga: EX: Employee Experience