Perempuan identik dengan belanja. Namun, posisi mereka lebih sering sebagai konsumen. Kini, mereka lebih berpotensi besar menjadi pemasok utama produk barang dan jasa. Seperti apa peluang perempuan di bidang ini?

“Meski perempuan mengendalikan lebih dari 20 triliun dollar AS dalam pembelanjaan konsumen setiap tahun, ironisnya hanya 1 persen dari usaha yang dimiliki atau dipimpin perempuan yang bisa jadi pemasok dalam memenuhi kebutuhan barang atau jasa tersebut,” ungkap Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Suryani SF Motik.

Suryani menjelaskan, kecilnya jumlah pemasok dari perusahaan perempuan bukan karena jumlah pengusahanya yang sedikit, melainkan rendahnya akses bagi pengusaha perempuan untuk masuk ke pasar mata rantai pasok. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan dalam Diskusi Peluang dan Tantangan Mata Rantai Pasok yang Inklusif dan Berkelanjutan dalam Women’s Business Forum 2017.

Diskusi yang yang digelar baru-baru ini di Jakarta menghadirkan sejumlah panelis, antara lain Manager SheTrades, Project Economic Empowerment of Women in the Indian Ocean Rim Association- IORA (ITC) Michelle Kristy,VP Corporate Communcications Hypermart PT Matahari Putra Prima Roy N Mandey, dan General Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati.

Women’s Business Forum yang diselenggarakan atas kerja sama antara International Finance Corporation (IFC), anggota dari Kelompok Bank Dunia, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), International Trade Center, dan Indonesia Global Compact Network (IGCN) ini juga merupakan peringatan Hari Perempuan Sedunia.

Roy mengungkapkan, peluang perempuan yang ingin memasukkan ke pasar ritel sangat terbuka, tetapi terlebih dulu harus melalui sejumlah persyaratan dari perusahaan ritel. Sementara itu, Michelle menuturkan, peluang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memasuki pasar global juga terbuka dengan standar kualitas tertentu.

Acara ini dihadiri oleh berbagai UMKM dari berbagai daerah, seperti Jabodetabek, Yogyakarta, Bandung, dan Bali. Acara ini diharapkan dapat membantu meningkatkan wawasan, menjalin jejaring, dan mencari peluang usaha dengan lebih dari selusin perusahaan besar di Indonesia. Di antaranya adalah Sarinah, Hypermart, Ranch Market, Unilever, Adaro Energy, Wardah, dan Martina Berto.

“Kami sangat berharap adanya kebijakan perusahaan atau pemerintah yang peka terhadap aspek gender dalam pengadaan barang dan jasa, baik yang dilakukan oleh korporasi maupun oleh pemerintah,” kata Suryani. [*/MIL]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 2 April 2017

Foto Shutterstock.