Namun, ada kemampuan yang terkadang dianggap sepele padahal tak kalah penting, yaitu mendengarkan. Di masa kini, mendengarkan adalah kemampuan yang sulit dimiliki. Pasalnya, arus informasi yang semakin cepat membuat atensi kita jadi lebih mudah teralihkan.
Padahal, dalam siniar Obsesif bertajuk “Pemimpin Wajib Jadi Pendengar Yang Baik” dengan tautan akses dik.si/ObsesifS8EP6, dielaskan kalau pemimpin yang bijak harus mau mendengarkan anggota timnya, serta selalu berusaha untuk membangun konektivitas terhadap lawan bicara.
Besarnya Manfaat Mendengarkan Bagi Pemimpin
Mengutip BetterUp, mendengarkan merupakan kemampuan untuk membangun kepercayaan dan menumbuhkan loyalitas seorang pemimpin. Kemampuan ini nyatanya mampu membuat eksistensi orang lain dan perkataan mereka sama pentingnya bagi seorang pemimpin.
Sayangnya, banyak pemimpin tidak pernah belajar bagaimana cara mendengarkan secara efektif. Menurut penelitian Profesor Harvard Business School, Raffaella Sadun dan Joseph Fuller, perusahaan semakin mencari pemimpin yang mahir mendengarkan dengan empati, menerima masukan, dan mengerahkan anggota timnya untuk mencapai tujuan bersama.
Itu sebabnya, pemimpin yang memiliki kemampuan ini lebih cenderung diminati, terutama di organisasi besar dan perusahaan atau proyek multinasional. Perusahaan-perusahaan tersebut menilai keterampilan sosial lebih penting daripada kemampuan operasional dan administratif yang lebih kaku.
Pasalnya, saat ini, para petinggi perusahaan menghadapi dunia kerja yang lebih kompleks karena didorong oleh perkembangan teknologi. Itu sebabnya, mereka harus mampu mengordinasikan tim dengan latar belakang berbeda untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah.
Menumbuhkan Kemampuan Mendengarkan Aktif
Para pemimpin zaman dulu mungkin memiliki penasihat atau juru bicara untuk menentukan suatu hal. Namun, pemimpin masa kini berbeda karena mereka harus turut berperan bersama anggota timnya agar keputusan yang dipilih tak keliru. Bahkan, kini, kita tak heran jika melihat lowongan yang kualifikasi utamanya adalah mampu berkomunikasi dengan baik.
Kemampuan ini tak hanya serta-merta mampu bertutur dengan baik, melainkan juga harus mampu mendengarkan. Pasalnya, komunikasi harus memiliki lawan bicara yang berbeda. Artinya, selain kita, lawan bicara pun juga akan menyampaikan pendapatnya. Di sinilah peran mendengarkan berfungsi.
Pemimpin yang tak mampu mendengarkan secara aktif akan membuat anggota timnya kehilangan rasa percaya. Pasalnya, mereka tak dipersilakan ruang untuk menyampaikan masalahnya dan lebih dulu dihakimi.
Namun, jangan khawatir karena ternyata kemampuan ini juga bisa diasah. Pertama, tumbuhkanlah ekosistem mendengarkan. Mengutip Harvard Business Review, langkah ini bermula dari diri sendiri. Misalnya, saat anggota tim sedang menyampaikan masalahnya, dengarkan dengan saksama. Jangan menyela apa yang ia bicarakan.
Jika ada keinginan untuk menyela, tahan keinginan itu dengan mencatat poin-poin pentingnya. Dengan mencatat, pikiran untuk menyela akan terdistraksi dan kita jadi mengumpulkan sumber permasalahannya terlebih dahulu sebelum memberi masukan.
Lantas, bagaimana cara lainnya untuk menjadi pemimpin yang aktif mendengarkan? Dengarkan jawaban lengkapnya dalam siniar Obsesif episode “Pemimpin Wajib Jadi Pendengar Yang Baik” dengan tautan akses dik.si/ObsesifS8EP6 di Spotify.
Tak hanya itu, di sana, ada pula beragam informasi menarik seputar dunia kerja untuk para fresh graduate dan job seeker, loh. Jadi, akses sekarang juga siniar dan playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kamu tak terlewat tiap episodenya!
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya.
Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion