Di bidang hukum, AI dengan cepat dapat menemukan referensi hukum yang relevan dan merancang kontrak sederhana, sehingga para pengacara dapat lebih fokus pada isu yang lebih kompleks. Di bidang pemasaran, AI digunakan untuk mendesain konten rutin seperti brosur. Di dunia keuangan, AI meringankan analis dari banjirnya informasi pasar sehingga memungkinkan pengambilan keputusan lebih cepat dan tajam.
Bahkan, aplikasi Copilot dari Microsoft dapat menyortir e-mail masuk untuk menentukan prioritas mana yang perlu dibaca lebih dulu. AI juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam sesi-sesi pengajaran, penggunaan AI mendorong munculnya lebih banyak pertanyaan dan eksplorasi ide yang sebelumnya terabaikan.
Namun, bagi para pekerja, kecanggihan AI ini seperti hadirnya rekan kerja yang jauh lebih kompeten dan cepat dalam pengerjaan tugasnya hingga menimbulkan rasa terancam. Ketika teknologi mampu menyelesaikan banyak tugas yang dulunya hanya bisa dilakukan manusia, bagaimana nasib masa depan kita?
Kenyataannya, AI memang dapat mengotomasi sebagian pekerjaan walaupun bukan berarti menggantikan seluruhnya. Di sini, kita perlu melihat AI sebagai mitra, bukan saingan. Dalam dunia yang bergerak lebih cepat saat ini disertai dengan banjirnya informasi, kehadiran AI seharusnya membantu meningkatkan kinerja kita untuk berfokus pada pekerjaan yang lebih bermakna.
AI bisa membantu kita dalam tiga cara utama, yaitu mengurangi beban kognitif, meningkatkan kapasitas berpikir untuk tugas-tugas kompleks, serta mempercepat proses pembelajaran.
Mengeksplorasi kemampuan AI
Karena AI ini relatif sesuatu yang baru, semua kapasitas ini hanya akan berdampak positif jika kita membuka diri dan berani bereksperimen. Seorang pemimpin memiliki peran besar untuk menciptakan iklim yang kondusif agar eksplorasi bisa terjadi.
Pertama, ia perlu meyakinkan bahwa AI bukan ancaman untuk menggantikan manusia, melainkan meningkatkan kapasitas kita. Pendekatan ini bisa mengurangi resistensi dan membangun kepercayaan. Caranya dengan menunjukkan peluang-peluang baru yang bisa terbuka jika AI digunakan secara cerdas.
Setelah itu, pemimpin perlu menunjukkan bahwa penggunaan AI tidak sekadar tren, tetapi juga bagian dari upaya memperkuat daya saing dan pemberdayaan karyawan. Pemimpin memulai dengan menjadi role model, bagaimana ia menggunakan AI dalam melakukan analisis, menyusun strategi, atau memperkaya sudut pandang sebelum mengambil keputusan penting.
Pemimpin juga dapat mendorong tim melakukan uji coba proyek-proyek kecil berbasis AI, dengan semangat pembelajaran dari apa pun hasil uji coba tersebut. Singkatnya, pemimpin tidak hanya mendorong perubahan, tetapi juga menumbuhkan keberanian bersama untuk menjelajah wilayah baru yang sebelumnya terasa asing.
Bermitra dengan AI
Seorang pengusaha UMKM bekerja dengan AI dalam membuat perencanaan bisnis makanannya. Mulai dari survei pasar untuk mengetahui informasi detail mengenai target pasarnya, menyusun menu lengkap dengan simulasi penghitungan biaya bahan baku dan harga jual, sampai merancang desain pemasaran dan tempat berjualannya.
Tentunya, hasil akhir dari proses kreatif tetap berada di tangan manusia untuk memilih ide terbaik dan menyempurnakan dengan gayanya sendiri. Namun, kehadiran AI dalam proses ini dapat mempercepat inovasi melalui penyajian pilihan ide dan beragam kemungkinan yang biasa membutuhkan waktu untuk ditelusuri satu persatu. Seorang arsitek dapat menggunakan AI untuk menghasilkan sketsa awal dari rancangan yang ingin ia kerjakan untuk kemudian dikembangkan dengan sentuhan orisinalitasnya sendiri.
Inilah bentuk “manusia super” yang pandai memanfaatkan AI, tidak hanya untuk bekerja lebih cepat, tetapi juga berpikir lebih kaya. Tanpa dorongan dari AI, imajinasi mungkin bergerak lebih lambat dan terbatas. Ini berarti AI tidak menggantikan proses kreatif, tetapi memprovokasi dan memperluasnya.
Di dunia tatkala kecepatan inovasi adalah kunci, AI memberi keunggulan signifikan. Selama kita mau bereksperimen dan bermain bersama teknologi, batas kreativitas menjadi kian luas. AI bisa membuka jendela kemungkinan. Bukan untuk mengambil alih, melainkan memperluas medan bermain.
Kreativitas berbasis AI bukan tentang hasil instan, melainkan penciptaan ruang dialog antara manusia dan mesin. Kita mengajukan pertanyaan, AI menjawab. Kita merespons, AI menyesuaikan. Proses ini menciptakan ritme baru dalam berkarya yang dinamis dan tak terduga. Sama seperti berdiskusi dengan rekan kerja, AI menjadi suara lain yang bisa menyodorkan sudut pandang berbeda. Jika kita terbuka, diskusi ini bisa sangat memperkaya.
Memupuk keingintahuan
Menjadi “manusia super” tidak berarti menjadi sempurna seperti mesin, tetapi justru menjadi lebih manusia; dengan imajinasi yang lebih luas, keberanian mencoba yang lebih besar, dan kapasitas berkarya yang lebih mendalam. Di sinilah letak kekuatan kita, bukan pada apa yang bisa kita salin dari mesin, melainkan apa yang bisa kita ciptakan dengan bantuannya.
Untuk itu, kita perlu menjaga satu kemampuan manusiawi yang tidak dimiliki AI, yaitu rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu adalah bahan bakar yang membuat manusia terus melampaui batasnya. AI dapat memproses informasi lebih cepat, tapi ia tidak memiliki rasa penasaran untuk bertanya karena ingin memahami lebih dalam.
Rasa ingin tahu menjadi sebuah kekuatan strategis yang membuat kita tahan banting saat dunia berubah arah dan tetap penasaran ketika semua orang sudah menyerah. Oleh karena itu, pupuklah terus rasa ingin tahu agar kita bisa menjadi “manusia super” pada era AI dengan jeli membaca peluang, cerdas menyusun makna, dan tangguh menghadapi perubahan. Dengan AI sebagai sekutu, kita bisa memperluas beragam kemungkinan. Dari sanalah masa depan dimulai.
HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM
Eileen Rachman & Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD
EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia.