Ketika banyak orang berbicara tentang konsep besar gaya arsitektur klasik untuk perumahan di pinggiran Jakarta atau gaya Mediterania untuk gedung perkantoran di pusat kota, sadarlah kita bahwa arsitektur sudah lari terlalu jauh dari rumahnya. Rumah, bagi arsitektur, adalah kondisi geografis, sosial, sekaligus budaya tempat bangunan akan didirikan.

Bukan karena pandangan kelokalan yang sempit kita tak semestinya mengadaptasi begitu saja beragam gaya arsitektur dari benua lain, melainkan pertama-tama karena gaya tersebut memang kurang sesuai dengan Indonesia. Bangunan di negeri yang berlimpah sinar matahari, bercurah hujan tinggi, dan rawan gempa tektonik maupun vulkanik ini punya caranya sendiri untuk merespons lingkungan. Seperti yang pernah dikatakan arsitek Josef Prijotomo, arsitektur sejatinya harus mengungkapkan ciri-ciri kesetempatan.

Pada saat orang-orang ribut soal penanganan bencana alam, misalnya, kelompok masyarakat tertentu sudah lebih awal menyiapkan tindakan preventif. Hal itu datang dari kearifan leluhur, bentuk rumah panggung.

Di Kampung Naga, Tasikmalaya, rumah-rumah panggung berbahan utama bambu, kayu, dan ijuk rapi berdiri. Dengan material itu, bobot rumah menjadi lebih ringan. Konstruksi rumah panggung pun cocok dibuat di atas tanah labil rawan longsor Tasikmalaya. Ketika pada 2008 gempa bumi dan tanah longsor terjadi di Tasikmalaya, rumah adat Kampung Naga tetap kokoh.

Di daerah dengan banyak rawa seperti Kalimantan atau Belitung, rumah panggung dibangun agar tetap aman meski didirikan di atas air. Di pinggir pantai, desain ini menghindarkan rumah terkena limpasan ombak saat laut pasang. Rumah panggung juga cocok untuk daerah dengan kondisi geografi berbukit-bukit dengan hutan lebat. Selain dapat menyesuaikan kontur tanah yang tidak rata, tiang-tiang penyangga rumah berfungsi menghindarkan penghuninya dari serangan binatang liar.

Selain itu, rumah panggung unggul dalam hal sirkulasi udara. Pada rumah biasa, ventilasi kita temukan pada dinding, di bidang vertikal. Namun, pada rumah panggung, bidang horizontal kolong adalah peluang untuk membuat interior rumah lebih sejuk. Angin bisa menerobos di sela-selanya. Apalagi jika bahan lantai adalah kayu yang memiliki sedikit celah. Yang juga tak bisa ditampik, dari sisi estetika, rumah panggung juga tampak apik. Menciptakan keselarasan dengan lingkungan sekitarnya. [NOV]

noted: menimbang kembali rumah panggung

foto: shutterstock