Gempa bumi akan senantiasa membayangi negara-negara dalam kawasan cincin api. Oleh sebab itu, masyarakat harus senantiasa waspada dan segera mentradisikan budaya antisipasi. Salah satunya dengan memperhatikan model bangunan rumah.
Seperti diungkapkan dalam www.ilmusipil.com, hal yang paling penting saat membangun rumah, yakni memastikan detail penempatan dan pembuatan sengkang (ring pada balok) harus benar. Ini untuk mendirikan rumah tahan gempa. Jika posisi sengkang benar, dapat mencegah rumah roboh atau hancur saat digoyang gempa.
Secara sederhana, kerapatan antarsengkang dapat diatur sekitar lima sentimeter. Namun, rumus yang benar yakni batu yang terdapat dalam beton seharusnya tak bisa lolos. Jika ukuran batu atau kerikil sekitar dua sentimeter, kerapatan sengkang harus tak lebih dari dua sentimeter.
Teknik lain untuk mendirikan rumah tahan gempa adalah sistem baut. Maksudnya, semua bagian disambung dengan baut sehingga dapat dibongkar-pasang dengan mudah. Model seperti ini dikembangkan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), Solo, Jawa Tengah. Pada rancangan ATMI, rumah didesain bermodel panggung dengan fondasi setempat atau umpak dari beton. Kemudian dihubungkan dengan baut ke struktur utama yang terbuat dari baja antikarat.
Dinding bagian bawah dibuat dari pelat setebal satu milimeter dan dilapisi powder painting untuk mencegah karat. Sementara dinding bagian atas berupa humanboard, yaitu campuran serat kayu dengan semen dengan ketebalan tertentu. Komposisi semen yang banyak bisa meningkatkan ketahanan dinding terhadap api. Bisa juga menggunakan dinding campuran antara stereofoam dan semen sehingga tahan guncangan.
Adapun bagian atap menggunakan seng yang dilapisi aluminium agar tahan karat. Sementara itu, untuk kusen pintu dan jendela memakai aluminium yang ringan dan tahan karat.
Ada cara lain lagi untuk membangun rumah tahan gempa, yakni dengan membentuk balok beton fleksibel. Tatkala terjadi guncangan, struktur balok beton fleksibel itu dibebaskan bergerak, tetapi lapisan dinding ditahan tidak bergerak agar tidak retak. Pada prinsipnya, bangunan tahan gempa memakai material ringan tetapi kuat. Jika guncangannya amat kuat dan meruntuhkan bangunan, material ringan diharapkan tidak mencederai secara serius. [*/TYS]
foto: shutterstock