Masih banyak orang membuang sampah dan mengganggapnya tak berguna. Atau, sejumlah pihak hanya sibuk memikirkan solusi menangani masalah sampah dari sisi teknologi. Namun, ada suami-istri yang mempunyai pemikiran lain tentang cara menangani masalah sampah. Setidaknya, mereka berhasil mengundang berkah melalui sampah.

Bayangkan jika sampah hanya dibiarkan terus menumpuk, polusi udara yang kian parah dan menyebabkan lingkungan tidak sehat. Suami-istri ini mengumpulkan sampah, memilahnya, membersihkannya, kemudian mengolahnya menjadi barang lain yang bernilai ekonomi.

Selain bernilai ekonomi, kegiatan mereka dapat mengurangi masalah sampah. Apa yang mereka lakukan membuat masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka mulai memperlakukan sampah rumah tangga dengan cara yang lebih benar. Tidak dibuang begitu saja.

Bersama-sama berada dalam paguyuban lingkungan indah, Jali Two, sang suami yang bernama Edy Suryanto mengelola Kelompok Usaha Bersama (Kube) bernama Harapan Ibu Bank Sampah. Sementara itu, Aan Rianawati, istrinya, mengelola Kube Akasia I yang mengolah sampah, terutama kemasan plastik, menjadi produk-produk fashion, seperti tas dan dompet. Usaha Kube Akasia I diberi nama Trashion.

Sampah bernilai

Cepat dan tanggap bereaksi, itulah kesan pertama saat berkunjung di Kube Harapan Ibu Bank Sampah. Kube ini berlokasi di Cibubur, Jakarta Timur. Kube yang diketuai Edy ini telah berdiri sejak 2012.

Ia dan rekan-rekannya memang mempunyai tujuan yang sama, yakni menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka membangun bank sampah ini dari semangat yang luar biasa dengan memulainya dari nol.

“Kami benar-benar memulainya dari nol. Tanpa modal. Kami melakukan survei ke lapak-lapak untuk mengetahui berapa harga jual botol plastik bekas, bekas air minum kemasan, kaleng bekas, dan lain-lain. Meski tanpa modal, kami berupaya mencari dana bantuan,” terang Edy

Beruntung saat itu ada salah satu provider telekomunikasi yang bersedia memberikan bantuan dana kepada mereka. Saat itu, bantuan yang diterima sebesar Rp 10 juta. Dari dana itulah mereka mulai mendirikan lahan yang kini digunakan untuk bank sampah.

Bagi mereka, bank sampah menjadi penyemangat untuk terus menjaga kebersihan lingkungan. “Sejak ada bank sampah, warga mulai mau untuk mengumpulkan sampah-sampah kering,  seperti plastik, besi, dan karton bekas. Kemudian, mereka kumpulkan sampah tersebut ke sini. Ditimbang dan mereka akan mendapatkan nilai jual dari sampah-sampah yang mereka setorkan tersebut. Tiap jenis sampah ada harganya,” papar Pelindung Harapan Ibu Bank Sampah Mardjuki.

Layaknya sebuah bank, warga yang menyetorkan sampahnya menjadi nasabah dan memiliki buku tabungan sampah. Puluhan warga di RT 004/RW 02, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, telah menjadi nasabah bank sampah ini sejak pertama kali dibentuk pada 2012.

“Bahkan ada nasabah bank sampah yang telah mempunyai jumlah rekening sampah Rp 2 juta. Belum diambil sampai sekarang. Mungkin sebentar lagi, pas sudah mau dekat Lebaran,” ujar Edy tersenyum.

Meski telah berjalan tiga tahun, tetap tak mudah mengingatkan masyarakat untuk mengumpulkan sampah dengan cara yang benar. Padahal, sampah akan lebih tinggi nilainya jika masyarakat membersihkannya terlebih dahulu.

”Misalnya botol plastik air mineral, akan lebih tinggi nilainya jika mereka bersihkan terlebih dahulu. Kemudian pisahkan tutup dan badan kemasannya,” terang Edy.

Bagi Edy, sampah dapat mengajarkan banyak hal. Pertama, mengajari manusia untuk menjaga kebersihan. Kedua, sampah dapat meningkatkan nilai ekonomi. Ketiga, sampah seharusnya dapat mengubah mindset orang bahwa itu bukan sesuatu yang harus dijauhi, tetapi jadikan sebuah tanggung jawab agar dapat diolah kembali menjadi lebih berguna.

Dari bank sampah, bergulirlah program bernama Trashion. Sebuah usaha mengolah kemasan plastik bekas menjadi tas, payung, dompet, bahkan busana jas. Sebagai bagian dari solusi penanganan sampah kering kemasan, kegiatan ini berupa kegiatan daur ulang.

Melalui pendekatan pemberdayaan perempuan, Aan mengajak para ibu di lingkungan tempat tinggalnya untuk menjadi pengusaha mikro dengan mengelola sampah plastik kemasan. Para kader sebelumnya telah dibekali berbagai keterampilan dan keahlian tentang cara mengolah sampah plastik menjadi lebih bermanfaat.

Apa yang dilakukan oleh Edy melalui Kube Harapan Ibu Bank Sampah dan Aan melalui Kube Akasia I membuat sampah tidak terbuang percuma. Diolah dengan tepat, sampah dapat menjadi lebih bernilai. Hal ini juga menjadi salah satu langkah untuk mengurangi sampah dan mengusahakannya menjadi berkah. [ACHDIYATI SUMI]

noted: mengundang berkah dari sampah

foto: iklan kompas/anton sulistyo prabowo