Belakangan ini, banyak orang merasa waswas jika terserang demam, batuk, dan sulit bernapas. Maklum saja, gejalanya mirip dengan infeksi virus korona yang tengah marak. Tidak berlebihan rasanya jika banyak orang merasa khawatir. Terlebih, untuk kasus yang lebih parah, virus ini bisa menyebabkan pneumonia, gagal ginjal, sindrom pernapasan akut, dan berujung dengan kematian.

Pada penghujung 2019 di Wuhan, China memang dilaporkan adanya kasus-kasus pneumonia berat yang belum diketahui etiologinya. Mulanya terdapat 27 kasus yang kemudian meningkat menjadi 59 kasus dengan usia 12–59 tahun. Dari hasil pengkajian dipikirkan kemungkinan etiologi kasus-kasus ini terkait Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang disebabkan virus korona dan pernah menimbulkan pandemik di dunia pada 2003.

Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) merilis jenis Betacoronavirus yang menjadi outbreak di Wuhan, yaitu terdapat 5 genom baru yang berbeda dari SARS-coronavirus dan MERS-coronavirus. Virus korona ini merupakan keluarga besar virus yang bisa menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti pilek dan penyakit serius, seperti SARS dan MERS. Beberapa virus korona diketahui beredar di peredaran darah hewan.

Pneumonia sendiri merupakan peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur atau kerusakan fisik paru. Selain itu, dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun mereka yang berusia lanjut.

Terdapat beberapa vaksin pneumonia yang ditujukan untuk mencegah pneumonia, tetapi tidak bisa mencegah pneumonia yang sedang outbreak saat ini. Vaksin yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

1. Vaksin Pneumokokus

Vaksin PCV13 ini memberikan kekebalan terhadap 13 strain bakteri Streptococcus pneumoniae, yang paling sering menyebabkan penyakit pneumokokus pada manusia. Masa perlindungannya sekitar 3 tahun dan utamanya ditujukan pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun.

2. Vaksin Pneumokokus PPSV23

Vaksin PPSV23 memberikan proteksi terhadap 23 strain bakteri pneumokokus. Vaksin ini ditujukan kepada kelompok umur yang lebih dewasa, yaitu 65 tahun ke atas. Selain itu, usia 2 hingga 64 tahun dengan kondisi khusus.

3. Vaksin Hib

Di negara berkembang, bakteri Haemophilus influenzae type B (Hib) menjadi penyebab pneumonia dan radang otak (meningitis) yang utama. Tak heran jika di Indonesia, vaksinasi Hib telah masuk dalam program nasional imunisasi untuk bayi.

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah pneumonia yang sedang outbreak saat ini mengingat belum ada vaksin untuk itu. Berikut ini beberapa tindakan yang bisa dilakukan.

  1. Jangan panik
  2. Jika mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernapas, segera mencari pertolongan ke rumah sakit terdekat.
  3. Lakukan anjuran kesehatan seperti mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun serta bilas setidaknya 20 detik dan keringkan dengan tisu—terutama sebelum memegang mulut, hidung dan mata—atau dapat juga menggunakan alkohol 70–80 persen handrub; menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin; ketika memiliki gejala saluran napas gunakan masker atau berobat ke fasilitas layanan kesehatan.
  4. Lakukan anjuran ketika melakukan perjalanan, seperti hindari menyentuh hewan atau burung; hindari mengunjungi pasar basah, peternakan atau pasar hewan hidup; hindari kontak fisik dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran napas; patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan; jika merasa kesehatan terganggu ketika berada di daerah outbreak terutama demam atau batuk, gunakan masker dan cari layanan kesehatan; setelah kembali dari daerah outbreak, konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam atau gejala lainnya dan beri tahu dokter riwayat perjalanan Anda. Tak lupa, gunakan masker untuk mencegah penularan penyakit. [AYA]