Suatu kali, arsitek Jepang Baba Masataka berjalan-jalan di pusat perbelanjaan Mitsukoshi di Tokyo, Jepang. Ia melihat sebuah bangunan tua yang tak lagi terpakai dan ditinggalkan. Ia memutuskan untuk menyewa bangunan yang dianggap usang dan tak layak huni tersebut. Dalam benaknya, ia sudah merancang konsep baru untuk bangunan tersebut.

Baba lalu merenovasi dan mengalihfungsikan bangunan tersebut menjadi sebuah toko. Alih-alih menggunakan pintu masuk konvensional, Baba memilih tirai dari vinil transparan untuk sisi depan bangunan. Orang-orang yang lewat lantas penasaran, mencoba melongok, dan kini kerap berhenti sejenak untuk menyapa yang ada di dalam kantor.

Baba Masataka adalah arsitek yang mendaur ulang banyak bangunan yang tak lagi digunakan di Jepang dalam proyek yang disebutnya R-Project. Ia juga sempat ke Jakarta untuk berbagi ide dan cerita dalam seminar yang diadakan Atap Jakarta, organisasi yang menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk mencari kemungkinan hunian masa depan di Jakarta.

Terkait dengan renovasi bangunan, arsitek Ahmad Djuhara yang merupakan salah satu inisiator Atap Jakarta mengungkapkan pendapatnya,”Merenovasi dalam terminologi saya adalah memberi nyawa baru atau me-renew, membuat sesuatu jadi lebih baru dari segi fungsinya, cara menggunakan yang baru.”

Bagi Djuhara, merenovasi lebih dari sekadar mendandani penampilan luar meski ia tak menampik bahwa bangunan yang direnovasi butuh tampak lebih segar. Menurutnya, renovasi memerlukan sesuatu yang lebih esensial, yang berkontribusi pada perbaikan kualitas hidup. Yang dilakukan Baba Masataka menjadi contoh nyata.

“Renovasi itu menyangkut mengganti atau mengubah sesuatu yang lama. Bangunan juga bisa di-reduce, reuse, dan recycle. Tidak usah selalu beli tanah, gedung kosong bisa diubah. Asal ada atap, kita bisa misalnya membuat pabrik menjadi housing. Banyak terobosan yang bisa kita lakukan, yang memberi alternatif strategi baru untuk kebutuhan perumahan,” tutur Djuhara.

Lebih lanjut, Djuhara juga mengatakan bahwa paradigma lama yang menganggap lebih baik membangun baru karena merenovasi butuh lebih banyak biaya harus diubah. Asal menemukan konsep yang tepat, renovasi bisa murah, efektif, dan memenuhi tujuannya. Perspektif ini memberi kita ruang berpikir kreatif tentang penggunaan ruang dan bangunan untuk beragam kebutuhan. [NOV]

foto: shutterstock