Banyak orang menjuluki tahun 2024 sebagai tahun politik. Tahun politik yang mengakibatkan banyak pihak merasa waswas dengan apa yang akan terjadi selanjutnya tergantung oleh siapa pemimpin yang akan terpilih nanti. Akankah ada perubahan kebijakan-kebijakan yang sudah berjalan saat ini? Persiapan apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi sehingga organisasi dapat tetap bertahan bahkan terus melaju?

Begitu banyak pertanyaan besar yang menghadang kita memasuki tahun baru ini. Akibatnya, banyak yang bersikap wait and see dalam situasi yang serba tidak pasti ini.

Dunia internasional pun tidak sedang baik-baik saja. Krisis di mana-mana. Perang berkepanjangan tanpa titik terang menguras emosi kita melihat penderitaan para korban.

Organisasi-organisasi besar pun tidak luput dari krisis. Ratusan ribu tenaga kerja di bidang teknologi mengalami pemutusan hubungan kerja sepanjang tahun 2023. Padahal, kita melihat teknologi adalah bidang yang paling menjanjikan untuk masa depan. Situasi ini tentunya menumbuhkan kecemasan pada karyawan yang masih bekerja, seolah-olah nasibnya berada di ujung tanduk.

Beginilah suasana hati kita ketika memasuki tahun 2024, seolah memasuki lorong yang gelap yang sudah dikenal sebagai situasi versatile, uncertain, complex, and ambiguity (VUCA). Kita tidak dapat memilih situasi yang kita harapkan.

Pilihan yang kita punya adalah bagaimana kita akan bereaksi menghadapi situasi ini. Apakah kita akan mengeluh dan menyalahkan keadaan atau kita belajar melihat dari sisi yang lebih positif bahwa ujianlah yang akan membuat kita naik kelas? Pada masa yang tidak jelas, mereka yang kreatif akan tampil sebagai pemenang.

Tak ada jalan lain bagi kita selain terus menerjang segala hambatan dan memasuki 2024 dengan penuh keberanian. Ketika memasuki lingkungan yang gelap, bukankah tindakan terbaik kita adalah saling berpegangan tangan dan menguatkan? Di samping saling menjaga emosi dan motivasi untuk maju terus, kita pun perlu berbagi informasi sehingga setiap orang dapat membayangkan posisinya masing-masing.

Bagaimana dengan pemimpin yang membawa tim untuk berjalan dalam kegelapan ini? Pemimpin perlu jeli menentukan arah langkah, bersiap dengan segala kemungkinan sambil tetap menjaga kekuatan energi sepanjang jalan.

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang oleh pemimpin untuk membawa organisasi maju menembus ketidakpastian ini.

Pertama, kesejahteraan mental dan fisik manusia yang menjadi tanggung jawab kita adalah prioritas utama. Tanpa happiness, kita akan sulit sekali menggerakkan produktivitas. Dalam kondisi pasar yang tidak menentu dan membawa keraguan, engagement adalah kunci agar kita memiliki kekuatan untuk menyatukan derap kita dalam berjalan bersama.

Banyak yang mengira bahwa untuk mencapai engagement, kita harus melakukan banyak kegiatan bersama. Pada kenyataannya, hal ini belum tentu membawa kita pada hasil yang diinginkan. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda-beda tentang apa yang dapat membuatnya bahagia.

Pemimpin perlu jeli melihat apa yang dicari dan dibutuhkan setiap individu. Namun, it takes two to Tango, individu perlu memberikan masukan yang konstruktif kepada pimpinan untuk menjaga barisan tetap kompak dan bertenaga.

Kedua, keberanian kita untuk mengakui bahwa pemimpin tidak selalu memiliki jawaban atas semua masalah. Pemimpin perlu memiliki kerendahan hati untuk menerima bahwa dirinya tidak lagi menjadi yang paling benar.

Menghadapi ketidakjelasan beragam masalah baru dan tidak terprediksi, tugas pemimpin bukanlah memberikan jawaban, melainkan mengajak anggota timnya untuk bersama-sama melihat apa yang mereka ketahui dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan pengetahuannya.

Kejujuran sangat penting di sini sehingga setiap orang memahami bahwa apa pun solusi yang dilakukan adalah untuk kepentingan organisasi, bukan karena agenda pribadi salah satu pihak. Hanya dengan transparansi seperti ini, anggota tim akan meningkatkan akuntabilitas dan kepeduliannya. Pemimpin yang biasa berfokus pada big picture perlu menekankan pada tim bahwa sekecil apa pun informasi ada kemungkinan berguna bagi organisasi dalam menyusun strategi.

Ketiga, memberikan wewenang kepada anggota tim untuk mengambil keputusan. Dengan memangkas birokrasi dan mengizinkan anggota tim untuk memikul bertanggung jawab lebih besar, gerak kelompok dalam menghadapi perubahan yang cepat ini pun akan lebih lincah.

Tugas pemimpin adalah menjaga konteks agar organisasi tetap berjalan dalam arah yang benar untuk mencapai visinya. Rayakan keberhasilan-keberhasilan kecil tim untuk mendorong mereka lebih percaya diri dan lebih berani lagi untuk mengambil risiko menjadi lebih kreatif.

Perbanyak pertanyaan

Kenyataan yang paling sering kita hadapi tetapi tak pernah kita yakini sepenuhnya adalah bahwa banyak masalah yang memang tidak bisa kita kendalikan. Konflik geopolitik, inflasi, nilai tukar, dan permasalahan ekonomi makro lainnya yang memang selalu di depan mata.

Namun, bila hanya berfokus pada hal-hal tersebut, kita akan kehabisan energi. Kita perlu mengubah fokus pikiran dan tenaga kita pada hal-hal yang dapat kita kendalikan.

Seperti kata Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, “Once you shift your focus to what truly matters and what you actually have control over, you unlock tremendous benefits and opportunities—for yourself, your company and your career.

Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong rentang kendali menjadi lebih besar. Apa yang bisa kita lakukan dengan cara berbeda? Hal apa yang paling dibutuhkan orang-orang saat ini? Bagaimana kita dapat membuat impact yang lebih besar dan bernilai?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu akan membuat kita selalu menangkap kesempatan di depan mata. Hal inilah yang kerap dilakukan oleh inovator-inovator dunia, seperti Zoom, Uber, dan WhatsApp.

Menjaga sikap mental untuk berdisiplin dan memiliki daya lenting yang tinggi dapat mendorong tumbuhnya ide-ide cemerlang dalam situasi disruptif sekalipun.

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM

Baca juga: IQ Versus Sikap Kerja