Meski kakeknya seorang tukang kayu dan ayahnya kerap membuatkan desain rumah untuk teman-temannya, Toyo Ito, remaja yang hobi bermain basket, tidak menyangka akan terpikat pada perkara perancangan bangunan. Perjalanan menuntunnya menjadi salah satu arsitek paling berpengaruh di dunia. Pada 2013, ia bahkan meraih penghargaan Pritzker, nobel di bidang arsitektur.

Pritzker Prize merupakan penghargaan untuk arsitek yang punya visi dan komitmen untuk memberikan kontribusi bagi kemanusiaan dengan membangun lingkungan lewat seni arsitektur. Toyo Ito mendapatkan kehormatan sebagai penerima Pritzker pada 2013. Para juri menjulukinya sebagai pencipta bangunan tak lekang waktu yang membubuhkan dimensi spiritual pada desainnya yang puitis.

Ito menjelaskan pemikirannya tentang arsitektur. Baginya, dunia sebenarnya sangat kompleks dan beragam. Ironisnya, sebagian besar bangunan seperti ditetapkan sebagai sistem yang stabil dan kaku. Akibatnya, bangunan pada banyak kota di dunia menjadi seragam. Bisa dikatakan, pola hidup dan bekerja orang ikut terpengaruh menjadi juga homogen.

Untuk merespons keprihatinannya tersebut, dalam beberapa dekade Ito bekerja keras membuat bangunan lebih cair dan beragam. Ia membuat modifikasi kecil pada semua desain bangunannya, mencoba menciptakan keselarasan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya.

Proyek adikarya

Dalam perjalanan kariernya yang panjang, Ito telah membuat berbagai karya inovatif, meliputi rumah, perpustakaan, taman, gedung teater, pertokoan, gedung perkantoran, dan paviliun. Dalam setiap karyanya, ia selalu mencoba untuk melebarkan peluang-peluang arsitektur.

Salah satu proyek pertama Ito pada 1971 adalah sebuah rumah di daerah suburban Tokyo. Rumah yang disebutnya Aluminum House ini berdiri dengan struktur kayu yang dilapisi aluminium. Pada 1976, ia membuat rumah untuk saudara perempuannya yang baru saja kehilangan suaminya. Rumah berbentuk huruf U atau tapal kuda ini dinamai White U. Bangunan yang melengkung dengan banyak kaca ini memiliki halaman di bagian tengahnya.

Ito menjelaskan bahwa dia memang berusaha untuk menghapuskan penerjemahan konvensional atas bangunan dengan sesuatu yang minimalis. Dalam karya-karyanya yang bentuknya bisa dikatakan eksperimental, Ito membangun arsitektur yang kesannya ringan dengan sirkulasi cahaya dan udara yang lancar.

Ito menganggap Sendai Mediatheque, yang diselesaikannya pada 2001 di Sendai City, Jepang, sebagai pencapaian yang tinggi dalam kariernya. Bangunan yang merupakan perpaduan perpustakaan dan galeri seni ini memiliki 13 tiang tak seragam yang melebur dengan cair pada keseluruhan bangunan. Dengan tiang-tiang ini, Ito membuat definisi baru atas ruang interior. Bangunan ini juga memiliki ruang layanan khusus untuk orang dengan gangguan pendengaran dan penglihatan. Dengan desain ini, Ito membuat gebrakan untuk perpustakaan konvensional.

Karya lain Ito yang terkenal adalah Tod™ Omotesando di Tokyo. Struktur dan tampilan bangunan ini terinspirasi pada garis-garis bayangan pepohonan dan rantingnya di jalan-jalan. Kulit atau tampilan luar bangunan yang bercabang-cabang sekaligus menjadi penopang atau struktur bangunan. Bangunan yang dikelilingi pohon-pohon tinggi ini seolah merupakan refleksi dari lingkungan sekitarnya.

Ketika menerima penghargaan Pritzker, Ito mengamini bahwa arsitektur memang memiliki banyak batasan. Namun, ia menegaskan bahwa kita dapat membangun ruang yang jauh lebih nyaman dan indah jika sedikit saja mau keluar dari batasan-batasan itu. [*/NOV]

Galeri

noted: “melanggar batas” ala toyo ito

foto: flickr.com