Dispepsia juga biasa dialami anak-anak. Gejalanya pun juga sama seperti orang dewasa, antara lain perut yang terasa penuh dan kembung, ulu hati tak nyaman, dan ada sensasi perih di lambung. Masyarakat awam lebih mengenal gangguan ini sebagai maag.

Namun, anak-anak mungkin belum mampu secara jelas mengungkapkan ketidaknyamanan yang dialaminya sehingga ia lebih rewel, sering bersendawa, dan kerap buang angin. Beberapa sumber mengungkapkan, setidaknya 70 persen penyebab maag adalah gangguan fungsional yang pemicunya tidak diketahui secara pasti.

Bahkan, jika dilakukan pemeriksaan, kerap menunjukkan hasil yang baik-baik saja. Pemeriksaan menggunakan endoskopi, CT scan, maupun USG biasanya tidak menunjukkan kelainan.

Penyebab

Salah satu penyebab gangguan fungsional ini adalah persoalan psikis. Mungkin si kecil memiliki masalah di sekolah, di rumah, dan sebagainya. Kondisi psikis yang terganggu dapat mengacaukan sistem biokimiawi tubuh atau neurotransmiter di serabut-serabut saraf pencernaan sehingga merangsang keluarnya asam lambung dan menimbulkan persepsi nyeri di otak. Sakit maag karena gangguan fungsional biasanya sering kambuh atau berulang, dan bisa berlanjut hingga dewasa.

Ada juga kelainan organik atau pencernaan (gastrointestinal) seperti infeksi Helicobacter pylori. Maag yang disebabkan infeksi ini dapat diketahui dengan pemeriksaan endoskopi yang menunjukkan adanya luka/ulkus di usus. Pemeriksaan endoskopi tergolong invasif, yaitu dengan memasukkan alat dan mengambil jaringan untuk diperiksa lagi di bagian patologi anatomi untuk mengetahui jenis kuman yang menyerang.

Pemeriksaan non-invasif biasanya menggunakan urea breath test (UBT). Caranya, urea yang sudah dilabel dengan radioaktif akan diminumkan dan nanti ditiupkan ke sebuah alat penampung. Bila tampak adanya peningkatan kadar urea, berarti terdapat kuman Helicobacter pylori, karena bakteri ini adalah penghasil urease atau pemecah urea menjadi karbon dioksida.

Kuman Helicobacter pylori masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman. Proses terjadinya infeksinya tidak seketika, tetapi bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Itulah sebabnya, maag tergolong penyakit kronis bukan akut. Maag yang disertai luka diatasi dengan pemberian antibiotik, serta obat penurun asam lambung selama 1-2 minggu.

Atur pola makan

Untuk mencegah anak agar tidak terkena maag, perlu diatur waktu makannya dengan baik. Pengosongan lambung dilakukan dalam waktu empat jam, jadi anak mengonsumsi makanan setiap empat jam.

Selain itu, latih si kecil makan atau minum dalam porsi kecil tapi sering. Dengan pola makan frequent small feeding, lambung akan terbiasa “terjadwal” memproduksi dan mengeluarkan asam lambung sehingga kembali berfungsi normal. [*]

Baca juga : Waspadai Beberapa Gangguan Ini pada Mata Anak