Media sosial adalah salah satu bagian dari dunia maya. Kini, banyak orang yang sangat bergantung pada media sosial, antara lain untuk berkomunikasi, bertransaksi, atau sekadar menghibur diri. Bahkan, media sosial dapat memberikan segudang manfaat, seperti meningkatkan kebahagiaan, meredakan stres, hingga menjaga kualitas hidup.
Meskipun begitu, media sosial tetaplah bagian dari dunia maya yang berbeda dengan dunia nyata. Media sosial dengan segala keuntungannya tidak akan pernah bisa menggantikan komunikasi dalam kehidupan nyata karena bertatap muka adalah suatu elemen fundamental bagi kehidupan manusia.
Apabila tidak digunakan dengan bijak, media sosial juga bisa menimbulkan dampak buruk bagi penggunanya, seperti meningkatkan kecanduan bermain gawai, hilangnya privasi, menurunkan interaksi tatap muka, hingga fenomena perundungan daring yang disebut cyberbullying.
Menurut situs United Nations Children’s Funds (UNICEF), cyberbullying adalah perundungan yang dilakukan menggunakan teknologi digital. Perundungan ini bersifat agresif dan konstan terhadap seseorang yang lemah.
Motif dari perundungan bermacam-macam, di antaranya untuk menakuti dan mengintimidasi, memancing amarah, mempermalukan korban, atau hanya sekadar iseng.
Fenomena cyberbullying ini juga diperparah dengan situasi media sosial yang dapat bersifat anonim sehingga perundung memiliki kesempatan untuk menyamarkan identitas aslinya. Dengan demikian, perundungan daring dapat dilakukan secara masif dan tidak terdeteksi sehingga efektif untuk menyerang target yang dituju.
Cyberbullying bisa terjadi kepada banyak orang. Hal ini dibuktikan melalui data pada artikel Kompas bahwa setengah dari pengguna internet di Indonesia ternyata pernah menjadi korban perundungan di media sosial atau cyberbullying.
Dampak dari perundungan ini pun bisa dikatakan sangat serius, bahkan bisa memengaruhi psikologis dan kehidupan sehari-hari korban. Korban bisa saja terdampak secara mental, emosional, hingga fisik. Bahkan, jika cyberbullying ini sudah terlampau ekstrem, tidak menutup kemungkinan korban akan mengalami gangguan mental hingga nekat melakukan bunuh diri, seperti tragedi Amanda Todd yang terjadi pada tahun 2012.
Menurut TriCity News, Amanda Todd adalah seorang minor korban kekerasan seksual dan cyberbullying yang viral karena mengunggah video sembilan menit mengenai self-harm, perundungan, dan bunuh diri akibat kejadian yang dialaminya. Tragisnya, Todd kemudian nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di rumah.
Tragedi Amanda Todd adalah saktu bukti dampak buruk dari cyberbullying. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk melawan cyberbullying ini agar tidak ada lagi peristiwa serupa? Simak dengan saksama tips berikut.
Pahami Media Sosial dan Segala Efeknya
Agar dapat melakukan tindakan preventif dari cyberbullying, seseorang harus bisa memahami bagaimana media sosial bekerja. Dengan demikian, pemahaman tersebut akan membawa seseorang lebih bijak sebelum mengunggah teks, foto, atau apa pun di media sosial.
Katherine Timms dalam artikel Health & Care Professions Council memberikan tips dalam menyikapi media sosial dengan cara think before you post. Dengan berpikir sebelum mengunggah, seseorang akan lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Ia akan berefleksi dan sadar akan dampak yang dihasilkan apabila nekat mengunggah konten tak senonoh.
Beristirahat dari Media Sosial
Media sosial itu ibaratnya seperti dua mata pedang yang tajam bagi penggunanya. Akan tetapi, mata pedang ini tidak serta merta merusaknya jika digunakan dengan baik dan tepat. Apabila media sosial telah membuat seseorang kelelahan secara psikologis dan fisik, beristirahatlah sejenak dari media sosial.
Dengan demikian, untuk sesaat pengaruh-pengaruh buruk itu bisa kita lepas. Selain itu, dengan beristirahat, kita juga bisa memfokuskan diri dengan memaksimalkan kegiatan di kehidupan nyata, seperti berolahraga, berkomunikasi secara langsung, dan lain sebagainya.
Melaporkan Cyberbullying yang Dialami atau Disaksikan
Melansir situs UNICEF, jika seseorang merasa sedang dirundung, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mencari bantuan dari sosok yang bisa dipercaya, seperti orang tua, guru, atau orang dewasa.
Selain itu, kita juga bisa melaporkan perundung melalui fitur keamanan pengguna yang tersedia di media sosial. Jangan lupa, kumpulkan bukti-bukti pendukung sehingga proses pelaporan dapat diterima dan ditindaklanjuti.
Namun, apabila tindakan cyberbullying semakin ekstrem, jangan takut untuk menghubungi layanan darurat seperti polisi. Apabila korban mengalami gangguan psikologis yang serius, segera temui psikolog atau psikiater agar dampak dari cyberbullying dapat teratasi dan dipulihkan.
Dalam episode perdana siniar Tinggal Nama, kisah Amanda Todd diangkat melalui audio drama yang menceritakan kejadian riil dari cyberbullying yang diterimanya. Dengarkan “Kisah Tragis Amanda Todd” dan kisah-kisah misteri lainnya dalam siniar Tinggal Nama di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3INZUp1 .
Penulis: Fauzi Ramadhan & Ikko Anata
Baca juga : Kejanggalan Investigasi Mayat Balita Tanpa Kepala di Samarinda.