Desember 2019 lalu, warga Samarinda dikejutkan dengan penemuan mayat balita tanpa kepala di anak sungai Jalan Antasari. Selain kepala, organ dalam lainnya, seperti jantung dan paru, juga dinyatakan hilang. Balita naas bernama Yusuf (4) itu ditemukan setelah menghilang selama 16 hari.

Sebelumnya, ia dititipkan oleh kedua orang tuanya di PAUD Jannatul Athfaal. Kini, kedua penjaga sekaligus pengasuh bernama Tri Supramayanti (52) dan Marlina (26) ditetapkan sebagai tersangka karena lalai dalam menjaga Yusuf. Marlina pun mengaku, “Waktu saya tinggal ke toilet itu, tidak sampai 5 menit begitu pulang, sudah. Yusuf sudah tidak ada.”

Kanit Reskrim Polsek Samarinda Ulu, Ipda Muhammad Ridwan, mengatakan keduanya dikenakan pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan nyawa orang meninggal. Keduanya pun terancam hukuman lima tahun penjara.

Dalam kanal siniar Medio, Aiman Witjaksono, jurnalis KompasTV turut menginvestigasi kasus ini. Menurutnya, ada beberapa kejanggalan yang tak diperhatikan dengan benar. Bersama ayah korban, iaa lantas menelusuri parit yang diduga menjadi tempat pertama kali balita ditemukan. Untuk mendapatkan bukti-bukti kuat, disusurinya aliran hingga ke sungai kecil yang berarus cukup deras.

Aiman Menemukan Adanya Kejanggalan

Paman korban memberikan keterangan, parit itu dekat dengan taman kanak-kanak. Potensi jatuh pun sangat minim karena arusnya kecil sekali. Bahkan, saat musim hujan, arusnya juga tak terlalu deras. Menurutnya, “Tidak mungkin jatuh dari parit tersebut sejauh enam meter karena tubuhnya (Yusuf) kecil dan paritnya sempit.”

Selain itu, kejanggalan lain juga terletak pada penemuan jasad korban. Diketahui, seluruh organ dalam dari tubuhnya hilang tak bersisa. Akan tetapi, organ luarnya utuh. “Ada terdapat kejanggalan Saudara, karena korban saat ditemukan organ dalamnya hilang. Namun, organ luarnya, utuh,” ungkap Aiman.

Pun saat menyusuri daerah parit, tidak ditemukan jejak sisa-sisa organ lainnya. Tak ada tanda-tanda kalau tubuh korban terkoyak oleh binatang buas atau terjerat sesuatu yang tajam. Dari sini, ia pun mulai mempertanyakan: bagaimana bisa tubuh korban organ dalamnya hilang tapi organ luarnya utuh?

Kedua orang tua korban memberikan pernyataan kalau anaknya sangat penakut. Ia bahkan takut dengan air, terlebih kondisi tanah yang becek. Anehnya, kalau mendengar keterangan polisi, seakan-akan Yusuflah yang menghampiri parit saat cuaca sedang hujan. Sepatunya pun masih ada di loker PAUD itu. Artinya, sebelum kejadian, korban pergi tanpa menggunakan alas kaki.

Namun, keterangan dari para penyidik, Yusuf dikatakan meninggal karena tenggelam. Hal itu dibuktikan dengan penemuan diatom atau ganggang air dalam sumsum tulang pahanya saat pemeriksaan kamar asam. Sementara itu, polisi juga masih tak yakin apakah ia berjalan sendiri ke parit atau hilang diambil orang.

Dicurigai Mengarah ke Kasus Penjualan Organ Tubuh

Melihat kejanggalan-kejanggalan yang sangat kontradiktif, dicurigai Yusuf merupakan korban dari kejahatan lain. Aiman pun mendapat keterangan dari salah seorang wali murid bahwa ia melihat korban dibawa oleh seseorang dengan menggunakan motor.

“Lalu salah satu wali murid tempat penitipan anak melihat bahwa korban dibawa seseorang dengan menggunakan motor. Nah, ini ada informasi, tapi informasi ini direvisi karena tidak yakin.”

Meskipun begitu, pada akhirnya, pernyataan itu tak bisa digunakan sebagai barang bukti yang kuat. Tak adanya CCTV membuat investigasi semakin sulit karena tak ada bukti konkret bagaimana cara Yusuf keluar dari tempat penitipan anak itu.

Lelaki berusia 43 tahun itu pun berspekulasi, kejadian yang menimpa Yusuf ini adalah petunjuk dari kasus penjualan organ tubuh. Ia pun mengungkapkan, “Pernah juga ada kasus serupa yang kemudian saya investigasi di Sukabumi, Jawa Barat.”

Kejadian ini dicurigai serupa karena saat ditemukan, korban juga kehilangan organ dalamnya. Meskipun begitu, sampai sekarang kasusnya belum jelas. Polisi pun juga memberikan keterangan bahwa melalui autopsi, tak ditemukan ada tanda-tanda bekas kejahatan yang menimpa bocah malang itu.

“Yang ada adalah kecelakaan di mana anak tersebut datang, kemudian jalan, dan kemudian jatuh di parit, dan kemudian ditemukan beberapa belas kilometer dalam kondisi yang tadi saya sampaikan; tidak utuh kembali,” tutupnya.

Penjelasan seputar kejanggalan investigasi seputar penemuan mayat balita tanpa kepala bisa kalian dengarkan melalui siniar Aiman Witjaksono episode keempat di Spotify dan juga di YouTube Trusty Official. Segera dengarkan agar tak ketinggalan episode-episode terbaru yang berisi fakta-fakta menarik dan eksklusif seputar investigasi Aiman.

 

Penulis: Alifia Putri Yudanti & Brigitta Valencia Bellion

Baca juga : Distorsi Komunikasi dalam Genggaman Teknologi yang Tak Disadari.