Kita sering berpikir bahwa resep sukses sebuah perusahaan adalah produk yang keren, strategi bisnis yang kuat, dan manusia-manusia yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Namun, ternyata dalam implementasinya, banyak hal yang tidak berjalan lancar.

Mulai dari kerja sama antardivisi yang tampak alot sehingga respons terhadap pelanggan pun terhambat; hingga pengambilan keputusan yang tidak jelas dan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian masalah di lapangan.

Semua itu dapat mendatangkan frustrasi pada suasana organisasi dan mungkin membuat kita berpikir, apakah telah terjadi kesalahan dalam memilih dan menempatkan orang, sehingga pemimpin di organisasi ini tidak dapat menampilkan kinerjanya? Kondisi seperti ini mungkin menjadi masalah di banyak organisasi ketika strategi yang hebat tidak disertai dengan eksekusi yang mulus.

Dalam berorganisasi terkadang kita lupa bahwa eksekusi adalah hal paling utama yang harus diperhatikan, sebagus atau sekuat apa pun barisan yang kita punyai. Bayangkan, tentara dengan senjata paling canggih tetapi bergerak ke berbagai arah sehingga tidak mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. Di sini, terlihat betapa pentingnya kemampuan untuk mengontrol seluruh sumber daya yang dimiliki, menggerakkan, dan memastikan semua bergerak ke arah yang sama.

4 jangkauan pemikiran

Empat hal yang harus berada dalam jangkauan pemikiran setiap pimpinan kerja agar pencapaian kinerja dapat optimal adalah kontrol, akuntabilitas, pengaruh, dan dukungan. Apa saja sumber daya yang saya miliki dan dapat saya manfaatkan dalam penyelesaian tugas dan pencapaian target saya? Apa ukuran keberhasilan dari kinerja saya? Dengan siapa saya harus bekerja sama agar kinerja dapat tercapai? Dukungan apa yang saya butuhkan dalam pencapaian kinerja ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu tampak sederhana. Namun, apakah kita sudah dapat memberikan jawaban yang mendalam dari pertanyaan itu sehingga bisa memastikan kinerja akan berjalan sesuai strategi yang disusun?

Kontrol

Hal pertama yang perlu disadari setiap pekerja apa pun levelnya adalah apa saja sumber daya yang bisa dia kelola dan kontrol untuk membantunya mencapai target kinerja. Sumber daya baik berupa aset maupun manusia. Jangkauan kontrol ini akan berbeda tergantung dari level jabatan serta strategi perusahaan.

Para manajer toko retail tentunya tidak bisa mengontrol jam operasional, harga, maupun promosi barang yang mereka jual karena semua ini sudah diatur dari kantor pusat. Harga seluruh barang yang dijual di bisnis retail harus sama di cabang mana pun mereka berada, selama masih di kota yang sama. Jenis barang pun biasanya diatur oleh bagian pembelian langsung dengan para produsen barang.

Namun, mereka dapat mengontrol jumlah dan jenis stok yang dibutuhkan untuk ada di toko agar dapat mencapai target penjualan. Mereka juga dapat mengontrol sikap dan perilaku dari para petugas dalam melayani pelanggan. Sementara para pimpinan divisi di kantor pusat dari bisnis retail tersebut yang memiliki kontrol terhadap distribusi, promosi, dan kontrak pembelian produk dengan para pemasok. Setiap perubahan strategi bisnis akan berdampak terhadap perubahan tanggung jawab kontrol ini sehingga jangkauan kontrol masing-masing pemangku jabatan juga harus senantiasa ditinjau ulang.

Akuntabilitas

Kontrol berkaitan dengan sumber daya yang kita kelola. Namun, keberhasilan kinerja tidak selamanya berasal dari bermacam sumber daya yang dapat kita kontrol secara langsung. Misalnya, bila kita bertanggung jawab pada kepuasan pelanggan. Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pelanggan tidak selamanya dipengaruhi produk yang kita sajikan, atau kualitas manusia yang melayani. Namun, bisa saja tergantung pada kecepatan dan kemampuan kita membaca kebutuhan pelanggan.

Dalam organisasi, kita memang perlu bisa mengukur jangkauan akuntabilitas individu. Ukuran ini bisa dilihat secara kualitatif maupun kuantitatif. Setiap individu dalam organisasi akan lebih mudah mengatur kinerjanya jika sudah ada kesepakatan dengan atasannya, mengenai kualitas yang harus ia tampilkan dan kuantitasnya.

Jangkauan akuntabilitas ini sering diukur dengan sistem key performance indicator (KPI) ataupun key result area (KRA).

Pengaruh

Dengan kesadaran bahwa kunci sukses keberhasilan kinerja tidak selamanya berasal dari sumber daya yang dapat kita kontrol, seorang individu perlu memperluas rentang pengaruhnya untuk mencapai kesuksesan. Ia harus cerdik membangun hubungan untuk dapat memperoleh data atau informasi baru yang mungkin hanya beredar dari mulut ke mulut, tapi sebenarnya dapat ia gunakan sebagai “senjata” untuk kesuksesan proyeknya. Hubungan yang baik juga dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan agar berjalan lebih lancar.

Semakin kompleks akuntabilitas seseorang, ia semakin butuh peningkatan rentang pengaruhnya bila ia ingin mencapai kesuksesan. “Silo-silo” antardivisi harus diatasi agar tidak menjadi batu sandungan dalam jalan kesuksesan. Semakin luas rentang pengaruh yang dimiliki seseorang, semakin tinggi probabilitasnya mencapai sukses.

Dukungan

Memang ada pekerjaan-pekerjaan mandiri yang tidak terlalu membutuhkan dukungan orang lain, seperti trader bursa saham yang hanya perlu peduli pada pekerjaannya sendiri. Namun, hampir sebagian besar organisasi memiliki rantai pelayanan yang cukup panjang sehingga perlu adanya kerja sama dari berbagai divisi yang berbeda.

Untuk memastikan memiliki dukungan yang dibutuhkan dalam proses kerja nantinya, kita perlu mencanangkan tujuan bersama. Tujuan bersama ini perlu sering diingatkan kembali sehingga tetap berada di lingkungan yang suportif dan bisa mencapai tujuan bersama.

Bila setiap individu dalam organisasi memahami pentingnya keempat hal tadi dalam pekerjaan mereka dan melakukan penyesuaian terus-menerus terhadap keluasan jangkauan dari keempat hal ini, organisasi niscaya akan menjadi lebih dinamis dan fleksibel dalam menghadapi tuntutan disrupsi.

 

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING

Baca juga : Batu Sandungan Pengembangan Pribadi

Organisasi yang People Centric