Pada awal 1990-an, pada beberapa rumah di desa-desa, masih kerap ditemukan setrika besi yang bagian dalamnya berongga. Sebelum mulai menyetrika, ada rangkaian lain yang harus dilakukan. Membakar dan mengipas-ngipas arang agar menjadi bara. Bara itu lantas dimasukkan ke dalam setrika, mengantarkan panas pada pelat besinya.

Betapa rumit proses menyetrika waktu itu. Namun, setrika model wadah besi itu ternyata sudah merupakan generasi lanjutan dari versi-versi sebelumnya. Konsep menghaluskan kain dengan benda panas yang datar pertama kali digunakan bangsa Tiongkok, satu abad sebelum Masehi.

Sebenarnya, yang dilakukan orang-orang Tiongkok waktu itu adalah memanfaatkan benda yang ada untuk keperluan baru. Yang disebut setrika kala itu adalah panci atau wajan besi dengan pegangan panjang yang diisi dengan air panas atau arang. Benda tersebut kemudian ditekankan ke atas kain.

Seperti dilansir Martha Stewart Living, kata iron (setrika dalam bahasa Inggris) berawal dari sadirons atau sad irons, sebutan setrika yang muncul pada abad ke-17. Setrika ini dibuat dari lempengan baja tebal yang dipanaskan di atas api. Bagian atas besi ini diberi pegangan yang juga terbuat dari logam. Karena logam juga terasa panas ketika digunakan, orang masa itu melapisinya dengan kain tebal. Pada 1870, seorang ibu rumah tangga di AS, Mary Florence Potts, menemukan pegangan yang dapat dilepas, membuat tugas menyetrika lebih mudah.

Selain besi, ada pula yang menggunakan batu seperti di Italia atau terakota di Timur Tengah, Perancis, dan Belanda. Kata setrika dalam bahasa Indonesia kita serap dari bahasa Belanja strijkijzer yang berarti menghilangkan kerutan pada baju dengan alat yang dipanaskan.

Selanjutnya, setrika dibuat dengan wadah yang dapat diisi dengan batubara panas. Inilah yang paling dekat dengan setrika arang yang kita kenal. Setrika ini terbuat dari besi yang kokoh. Awalnya, beratnya mencapai tiga kilogram. Waktu itu, menyetrika bisa menjadi amat melelahkan. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak setrika menggunakan bahan bakar seperti kerosene, etanol, dan gas.

Hidup jadi terasa lebih mudah ketika Henry W Seeley dari New York memperkenalkan setrika listrik pada 1882. Alat ini jauh lebih praktis dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Tapi, setrika yang sudah ketinggalan zaman ternyata bukannya tak berguna. Saat ini, kelangkaan dan keunikan modelnya justru menjadi daya tarik yang membuat benda ini diincar. [*/NOV]

foto: shutterstock

noted: kilas balik “penggilas” kain