Menghadirkan lingkungan tempat tinggal yang sehat dan aman bagi anak menjadi kebutuhan bagi banyak orang. Namun, sayang, tak semua lingkungan tempat tinggal dapat mengakomodasikan kebutuhan tersebut, salah satunya kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Publik.

Jauhnya harapan akan adanya RTHKP Publik seperti taman-taman kota yang dapat digunakan secara gratis oleh seluruh lapisan masyarakat menjadi tantangan utama yang sejatinya menjadi salah satu tugas utama pemerintah.

Meski demikian, pergerakan untuk dapat menghadirkan ruang terbuka hijau bagi masyarakat bukan berarti tidak ada sama sekali. Perlahan tetapi pasti, taman-taman kota misalnya mulai ditata kembali agar dapat difungsikan secara optimal oleh masyarakat.

Ruang terbuka hijau (RTH) ditujukan untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.

Tak hanya itu, RTH berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, pengendali tata air, serta tak ketinggalan sebagai sarana estetika kota. Keberadaan ruang ini tak hanya menjadikan kota sekadar tempat yang sehat dan layak huni, tetapi juga nyaman dan asri.

Menyadari pentingnya keberadaan RTHKP Publik mendorong Indoestri Makerspace, yang kini sangat dikenal sebagai bengkel kerja kreatif, menghadirkan Proyek Tedoeh. Proyek ini merupakan sebuah proyek yang akan menghadirkan area recycling (daur ulang) untuk memaksimalkan penggunaan lahan kosong seluas 700 meter persegi di bawah jembatan layang Lingkar Luar Barat, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Selain zona daur ulang sampah, lahan akan dimanfaatkan sebagai taman bermain dan olahraga.

“Salah satu tujuan utama yang diinginkan dengan adanya Proyek Tedoeh adalah agar dapat memberikan ruang bagi masyarakat dalam berkontribusi menjaga lingkungan. Area daur ulang yang kini masih dalam tahap perencanaan, nantinya diharapkan dapat digunakan masyarakat seperti bank sampah. Jadi, masyarakat akan memilah sampah non-organik rumah tangga mereka kemudian akan menyetorkannya ke area ini,” terang Nicholas Thoe, Project Leader Tedoeh.

 

Optimalkan fungsi lahan kosong

Bukan hanya sebagai bank sampah, sesuai namanya yakni area daur ulang diharapkan juga nantinya area ini dapat digunakan oleh warga sekitar sebagai wadah untuk dapat mengolah sampah mereka menjadi produk yang dapat digunakan kembali dan mempunyai nilai jual.

“Jika nanti area daur ulang ini sudah terwujud, Indoestri akan mengadakan pelatihan tentang bagaimana mengolah barang-barang bekas atau sampah non-organik bagi warga sekitar sehingga mereka bisa mendapatkan keterampilan baru yang bernilai dan dapat bermanfaat untuk mengembangkan perekonomian mereka,” papar Nicholas.

Pembangunan taman bermain dan olahraga, khususnya bagi anak-anak dan manula, juga menjadi fokus Proyek Tedoeh. Nicholas menceritakan bahwa proyek yang mulai digagas pada awal tahun ini memang masih dalam tahap perencanaan.

“Saat ini, kami memang baru mengumpulkan data-data. Salah satunya survei ke warga sekitar tentang tanggapan mereka jika nantinya di bawah jembatan ini akan hadir sebuah area daur ulang dan taman. Dalam waktu 3 bulan ini, kami juga masih mempersiapkan berbagai macam, salah satunya surat izin penggunaan lahan ke Pemda. Setelah itu, kami akan melakukan sosialisasi ke RT/RW, kecamatan, dan kelurahan setempat,” jelas Nicholas yang juga menjadi instruktur wood working di workshop yang rutin digelar oleh Indoestri ini.

Untuk pengumpulan dana yang akan digunakan agar proyek ini berjalan, Indoestri mengumpulkannya melalui kitabisa.com dengan nama Made in Indoestri kategori medium dengan minimal pledge Rp 500.000.000. Jadi siapa pun yang ingin proyek ini benar-benar terealisasi dapat menjadi investor melalui situs web crowdfunding tersebut.

Selain Nicholas Thoe, anggota tim proyek ini terdiri dari Schrysillia, Fredi Wijaya, Yu Chi Yan, Dimas, dan Prabhaswara Putra. Mereka merupakan anak-anak muda yang tak hanya bermimpi, tetapi juga melakukan sebuah action untuk dapat menghadirkan lingkungan yang lebih layak bagi masyarakat sekitar.

Harapan lain dari Proyek Tedoeh agar kawasan di sekitar Rawa Buaya tak selalu dianggap sebagai wilayah yang gersang dan kumuh. Semoga hal ini dapat menginspirasi wilayah yang lain di Indonesia untuk melakukan hal yang serupa atau bahkan dengan ide yang lebih baik lagi demi menghadirkan RTHKP Publik yang teduh, asri, nyaman, dan aman bagi masyarakat. [ACH]

FOTO IKLAN KOMPAS/ANTONIUS SULISTYO PRABOWO.

noted: keteduhan dalam proyek tedoeh