Salah satu masalah besar tata ruang perkotaan adalah menyusutnya ruang-ruang publik. Taman atau tempat berkumpul tergusur, digantikan pusat perbelanjaan, gedung-gedung tinggi apartemen, ataupun perkantoran. Tergugah oleh hal ini, Ho Chi Minh City di Vietnam menghadirkan ruang publik dalam bentuk yang atraktif.

The Chapel, bangunan di bagian pinggir Ho Chi Minh City, menjadi oase yang menjawab krisis kota akan ruang publik. The Chapel yang dirancang A21 Studio ini diperuntukkan sebagai ruang komunitas. Di sinilah bisa terjalin interaksi antarmasyarakat. Anak muda merupakan target pasar utamanya. Ruang ini bisa digunakan sebagai tempat konferensi, pernikahan, pameran, atau sekadar ruang menghabiskan sore.

06

Ruang kosong yang berada di atas tanah seluas 10 x 20 meter ini memanfaatkan material bangunan sebelumnya, seperti baja berwarna putih dengan modul 40 x 80 milimeter dan 40 x 40 milimeter sebagai penopang yang ringan. Lembaran baja digunakan sebagai dinding penutupnya. Struktur ini lantas diperkuat dengan kolom-kolom baja yang menyerupai ranting pohon.

Bagian depan dan belakang gedung terbuka menghadap taman. Lapisan-lapisan kain semacam tirai yang berwarna-warni memercikkan cerah cahaya matahari dalam beragam warna. Menciptakan atmosfer yang cerah dan hangat pada interior. Seperti pelangi, ada warna-warna yang membias pada langit-langit dan dinding.

The Chapel memenangi World Architecture Festival 2014 untuk Building of The Year. Tim juri yang terdiri atas Richard Rogers, Rocco Yim, Julie Eizenber, Enric Ruiz Geli, dan Peter Rich berpendapat bahwa proyek ini memadukan sejarah dan modernitas, menciptakan dialog di antaranya. Bangunan ini memberikan sumbangsih besar untuk permasalahan urban dengan penggunaan material yang minimal. Penggunanya akan merasakan efek ketenangan dari warna dan cahaya yang terdapat di dalam The Chapel. [*/NOV]

noted: kembalinya ruang publik lewat the chapel

foto: dok A21 Studio