Jika Yori Antar sepakat dengan almarhum Romo Mangunwijaya bahwa perlu ada “taksu” yang mengiringi kata arsitektur, pada bangunan kantornya ia telah mengunjukkannya. Bangunan yang berdialog dengan penghuni dan lingkungan yang melingkupinya. Yang tidak menjadi penakluk, melainkan bagian dari alam sekitarnya.

Bagi Romo Mangun, tugas yang diembankan pada kata arsitektur belum cukup untuk mewakili pekerjaan arsitek yang sesungguhnya. Arsitektur lebih sering dikaitkan sekadar dengan bangunan, padahal arsitek juga bertugas memberi roh pada bangunan. Maka, ia menyebut taksu, kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk mencipta dengan segenap hati.

Di kantor PT Han Awal & Partner Architects yang didirikan Yori ini, kegenapan hati dalam merancang bangunan begitu terasa. Suasana kantor kebanyakan yang formal dan kaku tidak akan kita temui di sini. Secara umum, bangunan ini memiliki banyak ruang terbuka. Suara gemericik air dari kolam di taman tengah mudah tertangkap telinga, juga sesekali kicau riang burung.

Bagian depan kantor menjadi pengingat akan keragaman arsitektur Nusantara. Maket rumah-rumah tradisional, termasuk rumah adat mbaru niang dari Kampung Wae Rebo, Flores, dipajang di sini. Tak akan bosan Yori bercerita tentang betapa arifnya masyarakat lokal yang telah membangun dengan cara yang bersahabat dengan alam, jauh sebelum wacana tentang bangunan ramah lingkungan digembar-gemborkan.

Pada mbaru niang, tampak bahwa masyarakat menyesuaikan bangunan dengan cara hidup dan iklim. Atap daun lontar berbentuk kerucut menyelimuti rumah dari bawah hingga pucuknya. Memang, cahaya matahari sulit menerobos ke dalamnya. Namun, itu tak menjadi masalah karena sepanjang pagi hingga sore warga beraktivitas di luar rumah. Pada malam hari, api yang dinyalakan untuk menghangatkan sekaligus menghasilkan asap yang dapat mengawetkan atap lontar. Begitu efisien tanpa tergantung dengan banyak peralatan.

Lantas kita eling, bangunan tak perlu begitu megah hingga semua elemen yang kita perlukan untuk menunjang kebutuhan hidup dimasukkan ke dalam rumah. “Di iklim yang tropis, kita tidak butuh menutup diri kita sedemikian rupa dengan bangunan karena cuaca tak pernah seekstrem negara empat musim,” tutur Yori.

Hal tersebut juga tertuang dalam bangunan kantornya yang menyisakan banyak ruang terbuka. Teras untuk mengobrol santai di samping kolam renang, ruang kebugaran tak berdinding yang menghadap kolam renang, dan taman atap (roof garden).

Berbagai sudut menggambarkan betapa personalnya kantor ini. Di ruang semacam galeri, ada foto-foto karya arsitek ternama dunia, termasuk Antoni Gaudi yang disukai Yori. Pada ruang makan, terpampang foto-foto perjalanan Yori serta foto distorsi wajah karyawan-karyawan yang bekerja di sana.

Dengan energi yang dihadirkannya, bangunan kantor ini telah memanusiakan manusianya. Menawarkan tempat yang bukan hanya nyaman untuk bekerja, melainkan juga untuk selalu kembali dan mencipta. [NOV]

noted: Kantor yang Bangkitkan Energi Mencipta