Ketaktersediaan rumah bagi para tunawisma telah menjadi masalah global. Di Jakarta saja, angkanya lebih dari 25 ribu. Beberapa negara mengembangkan solusi untuk mengatasi persoalan ini.

Di Utah, AS, pemerintahnya mencanangkan Rencana Aksi Sepuluh Tahun untuk Mengentaskan Ketidakpunyaan Rumah. Program yang dimulai sejak 2004 ini dilakukan dengan konsisten. Utah mengurangi jumlah tunawisma dengan memberikan rumah untuk mereka. Namun, rumah itu bukan sekadar hibah. Ada semacam timbal balik agar para tunawisma juga berlatih untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri.

Program yang dibuat ini bernama Housingworks. Tujuannya, memberikan rumah dengan biaya terjangkau bagi para tunawisma. Pemberian ini tak cuma-cuma, para tunawisma harus bekerja. Mereka akan diberi apartemen pribadi dan bebas mengakses apartemen tersebut, tetapi juga harus mengikuti pelatihan pekerjaan dan pelayanan sosial yang disediakan pemerintah. Mereka juga diberi pekerjaan dan 30 persen penghasilan dari pekerjaan tersebut digunakan untuk membayar sewa.

Di apartemen yang disediakan, tunawisma boleh tinggal secara permanen asal bertanggung jawab atas kebutuhan pribadi serta memelihara hubungan baik dengan penyewa lain dan pihak manajemen gedung. Dengan strategi ini, Archdaily mencatat Utah telah menekan jumlah tunawisma sebanyak 69 persen pada 2011.

 

Rumah “billboard”

Cara yang berbeda digagas di Slowakia. Beberapa arsitek dan desainer dari Project Gregory melihat potensi lain billboard dan berniat mengoptimalkan fungsinya. Di kota-kota besar, billboard marak di pinggir-pinggir jalan. Dengan struktur yang kuat, seharusnya billboard juga mampu menahan beban yang besar. Oleh karena itu, mereka mengembangkan ide tentang ekstensi billboard. Tidak sekadar beriklan, konstruksi billboard yang kokoh juga akan dijadikan penopang bangunan semacam rumah panggung mini.

Untuk mewujudkan gagasan ini, struktur billboard digarap dengan tidak main-main. Untuk mencapai level billboard tersebut, ditambahkan serangkaian tangga kecil dari bawah. Tangga itu menghubungkan tanah dengan bangunan yang terpasang di belakang billboard.

Rumah mini ini dibangun dengan material kayu yang kokoh tetapi tak seberat bata maupun beton. Interiornya dibagi menjadi dua ruang, yang pertama terdiri atas dapur, meja bekerja kecil, dan tempat tidur yang sekaligus berfungsi sebagai ruang penyimpanan. Ruangan kedua berisi kamar mandi, toilet, dan bak cuci. Biaya operasional rumah bagi para tunawisma diambil sedikit dari biaya pemasangan iklan di billboard.

Meski sekarang model ini baru direncanakan untuk dibangun di Slowakia, Project Gregory mengatakan bahwa ide ini bisa digunakan di mana saja. Bagaimana di negeri kita? Solusi alternatif yang lebih kreatif harus segera diimplementasikan untuk mengatasi masalah sosial, khususnya di bidang hunian. [*/NOV]

foto: projectgregory.com