Fast X, Tetap Seru, Tetap tentang Keluarga

Dominic “Dom” Toretto (Vin Diesel) dan rekan-rekannya kembali beraksi. Tetap dengan aksi laga yang seru dan memikat. Tapi, jangan tanya soal jalan cerita, karena banyak hal tidak masuk logika.

Memasuki edisi kesepuluh dalam rentang lebih dari dua dekade waralaba ini, belum termasuk spin-off tentang Hobbs & Shaw, penonton tentu sudah paham seluk-beluk kisah Dom dan teman-temannya.

Itu sudah menjadi tantangan tersendiri bagi sutradara Louis Leterrier. Bukan hanya untuk menyajikan kisah yang segar dan memikat, tetapi ia juga menerima tugas sutradara hanya seminggu sebelum produksi dimulai.

Justin Lin yang memegang lima sekuel Fast & Furious terdahulu dan melambungkan waralaba ini meraih sukses global, mendadak mengundurkan diri karena ketidaksepahaman dengan jajaran produser, terutama Vin Diesel. Padahal, Lin adalah sosok yang bertanggung jawab mengubah saga ini dari sekadar film tentang kebut-kebutan jalanan menjadi kisah pencurian dan spionase.

Pada edisi terdahulu, Lin berupaya menggali berbagai sisi yang belum dijelajahi waralaba ini sekaligus memberi sentuhan emosional dengan menampilkan seluruh tim sebagai keluarga. Menjadi salah satu penulis bersama Dan Mazeau dan Zach Dean, Lin masih mengusung tema keluarga pada Fast X. Bahkan, lebih kental lagi, karena sudah melibatkan anak Dom, Little “B” Brian, dalam pusaran cerita.

Musuh lama

Diawali adegan Dom sedang mengajari B mengemudikan mobil secara berputar-putar, citra keluarga muncul dalam adegan berulang suasana makan bersama seluruh anggota tim di halaman rumah.

Kali ini, mereka mendapat tugas dari Agensi untuk mengamankan sebuah cip komputer saat sedang transit di Roma, Italia. Dom bersama Letty (Michelle Rodriguez) kembali beraksi bersama Roman (Tyrese Gibson), Han (Sung Kang), Ramsey (Nathalie Emmanuel), dan Tej (Chris “Ludacris” Bridges).

Misi tersebut mempertemukan mereka dengan Dante (Jason Momoa) yang tak lain adalah anak dari Hernan Reyes, gembong narkoba Brasil sekaligus musuh lama yang tewas dalam episode Fast Five (2011). Ternyata, Dante ingin membalas dendam dengan cara membunuh satu per satu keluarga dan orang-orang terdekat Dom.

Dengan mengantongi sembilan episode sebelumnya, rasanya nyaris tidak ada aksi di balik kemudi yang belum dilakukan Dom dan teman-temannya. Mulai dari kebut-kebutan di jalanan, kapal, kereta api, hingga luar angkasa. Dibutuhkan aksi lain yang lebih baru yang jauh lebih seru dan menantang.

Baca juga: The Pope’s Exorcist: Sisi Lain Peperangan Melawan Kuasa Jahat

Maka, muncullah misalnya adegan kejar-kejaran dengan bom berbentuk bola raksasa yang menggelinding di pusat kota Roma menuju Vatikan. Bayangkan, apabila ini sungguhan terjadi. Tidak terbayangkan seperti apa kerusakannya.

Namun, seperti dapat diduga, Dom dapat “mengendalikan situasi” dengan korban minimal dan keluar sebagai pemenang nyaris tanpa cedera. Padahal, mobil yang ia tunggangi sudah penyok tidak keruan tertabrak dan terbanting di sana-sini.

Tapi itulah resep sukses waralaba ini. Seperti dikatakan Dom kepada Dante dalam salah satu adegan, kesalahan terbesar adalah membiarkannya masih duduk di balik kemudi. Sepertinya Dom hendak berkata, ia bisa melakukan apa saja dengan mobil. Pun kalau itu menantang akal sehat dan tak sesuai logika.