Di rumah temannya di Jakarta, Aaron Khein yang berasal dari AS suatu kali berceletuk, “Di sini dan pada umumnya di Asia, rumah-rumah kebanyakan menggunakan lampu neon berwarna putih. Padahal, sebenarnya kita bisa lebih bermain-main dengan cahaya pada ruangan.”

Aaron memang bukan seseorang berlatar pendidikan desainer interior, pencahayaan, atau arsitektur. Komentarnya tentang gaya pencahayaan yang kebanyakan monoton hanya bersumber dari pengamatannya. Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa ia merasakan perbedaan dampak intensitas dan warna cahaya pada ruangan.

Intensitas pencahayaan amat penting diperhatikan karena tujuan ruang yang berbeda akan membedakan kebutuhan intensitas cahaya juga. Ruangan untuk suasana bersantai seperti teras, ruang keluarga, atau ruang tidur misalnya, tidak membutuhkan cahaya yang begitu terang. Sementara itu, ruang kerja, terlebih untuk pekerjaan yang membutuhkan detail tinggi, memerlukan cahaya dengan intensitas lebih tinggi pula.

Dalam bukunya yang berjudul Lighting, Imelda Akmal menjabarkan beberapa tipe penerangan, antara lain penerangan umum, accent lighting, task lighting, pencahayaan dekoratif, dan pencahayaan kinetis. Penerangan umum yang biasa disebut juga dengan ambient lighting atau general lighting berasal dari sumber cahaya yang cukup besar dan mampu menerangi keseluruhan bangunan. Untuk mengatur redup atau terangnya, kita bisa menggunakan dimmer atau tombol pengatur cahaya lampu. Penerangan semacam ini bisa diterapkan di ruang keluarga, dapur, atau ruang belajar yang areanya cukup luas.

Di dalam rumah, ada pula unsur estetika yang ingin ditonjolkan, seperti lukisan, ukiran, atau benda seni lain. Inilah fungsi accent lighting, memunculkan karakter ruang agar tampil lebih hidup dan menarik. Sementara itu, task lighting merupakan jenis penerangan yang diperlukan untuk memperjelas spot spesifik yang diperlukan dalam aktivitas, seperti belajar, bekerja, atau memasak. Jenis pencahayaan ini membantu kita lebih fokus pada aktivitas yang sedang dikerjakan dan tidak membuat mata lelah. Penerangan seperti ini cocok diaplikasikan di ruang belajar, dapur, ruang hobi, atau ruang keluarga.

Terlepas dari fungsi utamanya sebagai sumber penerang, lampu juga bisa sekaligus berfungsi sebagai elemen dekoratif. Lampu dengan bentuk tertentu yang menarik sengaja dipilih untuk menghias ruang. Agar cahaya lampu dekoratif ini dapat dinikmati dengan optimal, keseimbangan dengan elemen cahaya lainnya seperti general lighting perlu diperhatikan. Usahakan agar kombinasi keduanya mempercantik ruangan Anda.

Ada pula sumber cahaya kinetis (bergerak-gerak), seperti cahaya matahari, lilin, lentera, atau obor. Kehadirannya yang berpendar lembut dan sifatnya yang bergerak mampu menimbulkan suasana yang dramatis dan romantis. Cahaya semacam ini biasa digunakan untuk kamar tidur, teras, restoran, atau kafe tertentu. Sudah sepantasnya pencahayaan kini lebih diperhatikan. Bukan hanya sumber penerangan, cahaya berperan menciptakan atmosfer ruang. [*/NOV]

foto: Tommy Budi Utomo