Virus korona terbukti sangat berbahaya. Informasi mengenai angka penularan, kematian, kesembuhan, dan penyebarannya, terasa bagai bom waktu bagi kita semua. Beragam cerita yang menyentuh hati banyak kita dengar berkaitan dengan virus ini. Antara lain meninggalnya dr Li Wen Liang, tenaga kesehatan yang memperingatkan publik tentang bahaya virus korona.

Almarhum gugur saat menjalani perawatan, merawat pasien virus korona dengan gigih, sebelum akhirnya didiagnosis penyakit yang sama. Ada juga rekaman video seorang perawat yang tidak boleh bersentuhan dengan putrinya. Keduanya menangis dari jarak jauh, sang putri hanya boleh meletakkan antaran makanannya untuk kemudian dijangkau oleh ibunya. Banyak pula kasus tenaga kesehatan yang tetap melanjutkan bekerja setelah mendengar kabar orangtuanya meninggal dunia sekalipun.

Seorang tua di kota kecil Provinsi Shandong terekam kamera CCTV datang ke kantor kesehatan dan menaruh bungkusan berisi uang 12.000 renminbi dengan tulisan tangan: tolong secepatnya kirim ke pusat penanggulangan penyakit di Wuhan. Lalu dia pun keluar dengan cepat. Ketika dicari, ternyata dia seorang penyapu jalanan di Desa Yuanjia berusia 68 tahun bernama Yuan Zhaowen. Mulanya tidak mengakui tindakannya, tetapi setelah ditunjukkan bukti-buktinya, ia menjelaskan bahwa daripada tabungannya diboroskan, lebih baik dia gunakan untuk keperluan yang lebih penting. Setelah itu, dia melanjutkan menyapu jalan.

Dalam kondisi ketakutan akan penularan, beragam penelitian dan pencegahan ternyata masih ada orang-orang yang tidak memikirkan dirinya sendiri, malahan berupaya menolong mereka yang menderita. Para pejuang kesehatan seperti para perawat dan dokter juga terus mempertaruhkan nyawanya merawat para pasien meskipun mereka tahu risikonya. Ternyata kebaikan masih ada dan bahkan juga tersebar di mana-mana.

MLM-kan kebaikan

Pada tahun 2000, film Pay It Forward menggugah banyak penonton dan membuat banyak orang berpikir mengenai kebaikan. Film ini menceritakan bagaimana seorang anak 12 tahun bernama Trevor mendapatkan tugas dari Eugene, guru ilmu sosialnya, untuk melakukan 3 tindakan yang bisa mengubah dunia. Trevor memberi judul kegiatannya: Pay It Forward.

Pertama, ia ingin membuat kehidupan seorang gelandangan yang ditemui di jalan agar lebih baik. Ia membawa gelandangan itu ke rumah, dipersilakan mandi, makan, dan lainnya. Namun, ibu Trevor ternyata berkeberatan dengan aksi ini yang membuat Trevor berkonflik dengannya. Ia kemudian melarikan diri dan hanya atas bantuan gurunya, ibu anak ini bisa berdamai kembali.

Sementara itu, tiba-tiba seorang wartawan yang sangat membutuhkan mobil, mendapat pemberian mobil dari seorang yang tidak disangka-sangka. Setelah dirunut, orang tersebut ternyata juga telah menerima kebaikan dari orang lain juga. Pengusutan ini mempertemukan si wartawan dengan Trevor yang ternyata adalah asal-muasal tindakan kebaikan ini. Tidak seorang pun menyangka bahwa upaya “pay it forward” Trevor sudah menjalar demikian jauh. Tepat pada usianya ke-12, Trevor diwawancarai dan penayangan wawancaranya memberikan dampak ke banyak orang.

Sayang, Trevor meninggal karena tusukan dari anak-anak pem-bully ketika ia ingin membela temannya. Namun, proyek Trevor yang ingin menjodohkan ibunya yang selama hidup menderita dan alkoholik dengan gurunya yang dipenuhi cacat luka bakar berhasil tercapai. Sesudah kematian Trevor, orang baru menyadari kekuatan penularan kebaikan dan menyaksikan betapa orang berterima kasih karena terkena dampak kebaikan ini.

Film ini mengajarkan pada kita bahwa kita bisa memilih arah yang berbeda. Di tengah-tengah maraknya ujaran kebencian, kemarahan, tiba-tiba ada anak kecil yang bisa menyebarkan kebaikan bagai virus. Bukankah ini suatu moral beauty? Ternyata melalui hal-hal kecil kita bisa membuat perbedaan di dunia ini. The world just need a few drops of compassion.

Mengonkretkan kebaikan

Dengan dominannya media sosial sekarang ini, orang memang bisa lebih bebas mengekspresikan pendapat. Individu juga bisa bercerita, berdakwah, bahkan memengaruhi orang lain untuk menyebarkan kebaikan. Kita perlu ingat bahwa kebaikan hanya bisa terasa bila ada tindakan konkret. Tidak perlu sesuatu yang heboh dan besar-besaran. Kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan, asalkan konsisten dan tulus pasti akan berdampak besar.

Pertanyaan “how can i help you?” yang terlihat standar diucapkan oleh para pejuang servis bisa berdampak sangat besar dan berarti sekali bagi orang yang kebetulan membutuhkan. Tidak semua individu mempunyai sikap penolong seperti ini. Padahal, bila diperhatikan, memberi pertolongan kecil jarang sekali sampai membuat kita kekurangan atau merugi.

Seorang teman bercerita pernah ketika ia jajan di sebuah warung, pria di sebelahnya ketinggalan dompetnya dan tidak tahu bagaimana membayar makanannya. Tanpa harapan imbalan apa pun, ia menawarkan untuk membayarnya. Mereka kemudian bertukar nomor telepon. Suatu hari, datang undangan untuknya dari salah satu direktur perusahaan besar. Ternyata si pengundang adalah orang yang pernah ia bayari ini. “Kalau Anda ada kesulitan, silakan hubungi saya,” demikian ungkapan bapak direktur ini sebelum mereka berpisah.

Beragam hal kecil memang bisa memiliki dampak yang besar. Sepatah kata, sebentuk perhatian yang kita ucapkan pada mereka yang mengalami kehilangan, yang patah hati, bisa menenangkan, dan berarti sangat besar baginya, padahal bagi kita bukanlah apa-apa.

Kita juga bisa berbuat baik hanya dengan mendengar. Banyak sekali orang merasa kesepian dan merasa bahwa tidak seorang pun peduli padanya. Dengan memberikan perhatian dan waktu untuk mendengarkan keluhan curahan hatinya, bisa saja kita sudah berdampak besar pada hidupnya.

Mengajak orang lain mempunyai harapan dan bangkit kembali adalah pekerjaan yang baik. Apa lagi bila kita juga membantunya dengan sedikit membukakan jalan keluar. “Our actions are like ships which we may watch set out to sea, and not know when or with what cargo they will return to port.” Iris Murdoch, The Bell.

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 15 Februari 2020.