Salah satu keputusan paling penting dalam menyusun keuangan adalah keputusan untuk mengambil pinjaman atau utang. Jika salah mengambil keputusan atau tidak sesuai tujuan, utang justru bisa memperburuk kondisi keuangan seseorang.
Definisi utang
Utang bisa dikatakan adalah bentuk pinjaman berupa dana tunai maupun surat berharga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, atau tujuan keuangan. Nah, dari sini sudah jelas kalau berutang itu tidak sembarang dan memang punya tujuan yang jelas.Dalam dunia perencanaan keuangan, utang dibagi menjadi dua yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Apakah bedanya?
Utang produktif adalah utang yang dipergunakan untuk membeli barang atau aset yang nilainya bisa naik dan menambah penghasilan. Dengan kata lain, utang ini bisa menciptakan nilai tambah di masa depan. Misalnya, kamu memilih untuk membeli rumah dengan sistem KPR. Tujuannya pembeliannya adalah untuk dikontrakkan kembali. Hal ini membuat kamu akan menerima dua keuntungan, yaitu uang dari sewa rumah dan kenaikan nilai rumah di masa depan.
Sementara itu, utang konsumtif adalah utang yang dilakukan untuk membeli barang untuk dikonsumsi dan nilainya akan turun terus. Jadi, utang ini biasanya dilakukan untuk memuaskan keinginan sendiri. Contohnya, kamu memilih untuk membeli Iphone 13 terbaru dengan maksud untuk memenuhi gaya hidup atau tren. Hal ini justru bisa menggerus tabungan.
Namun, utang konsumtif segera bisa diubah menjadi produktif. Misalnya, saat orang memilih untuk membeli mobil. Secara nilai, pasti akan mengalami penyusutan. Namun, orang itu menggunakan mobil tersebut untuk mencari nafkah dengan menjadi supir taksi daring. Secara tidak langsung hal itu bisa masuk ke utang produktif. Walaupun secara nilai aset turun.
Baca juga :Â
Menghitung rasio utang
Lalu, apakah berutang konsumtif itu tidak boleh. Tentu saja boleh karena itu adalah hak kamu. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau utang tersebut di masa depan tidak akan mengganggu atau membuat masalah pada keuanganmu.
Menurut ilmu perencanaan keuangan, persentase wajar Debt Service Ratio adalah 30 persen – 40 persen. Maka jika lebih dari ratio itu, hal itu menjadi alarm agar utang tersebut segera dikurangi.
Itu juga merupakan total utang baik produktif maupun konsumtif. Untuk itu, batasilah ratio utang konsumtif paling banyak 15 persen.
Nah, untuk itu ketahuilah rasio utangmu. Bagaimana caranya? Cobalah untuk menjumlahkan semua utang bulananmu, kemudian dibagi dengan pendapatan bulanan.
Debt Service Ratio = (Total cicilan utang per bulan : Pendapatan Bersih per Bulan) x 100 persen
Contoh perhitungan :
Pak Ardan yang bekerja sebagai karyawan memiliki penghasilan bersih per bulan Rp 9.500.000. Setiap bulannya, Pak Ardan memiliki cicilan yang harus dibayar adalah
- KPR Rp 400.000.000 dengan cicilan per bulan Rp 4 juta.
- Cicilan handphone Rp 1.500.000
- Cicilan paylater Rp 300.000
Maka debt service ratio pak Ardan adalah :
= [(Rp 4.000.000 + Rp 1.500.000 + Rp 300.000)/Rp Rp 9.500.000)] x 100 %
= 61 %
Dari sini bisa dilihat bahwa Pak Ardan memiliki Debt Service Ratio yang buruk. Pak Ardan rentan sekali untuk bisa mengalami gagal bayar. Oleh karena itu, sebaiknya rasio utang Pak Ardan segera dibenahi dengan memprioritaskan untuk segera melunasi salah satu utang terlebih dulu atau mencari tambahan penghasilan.
Tips berutang
Maka, sebelum memutuskan untuk berutang, baik itu utang produktif atau utang konsumtif, sebaiknya mulai lakukan hal ini terlebih dulu.- Tentukan tujuan kuat untuk berutang. Jika dirasa masih cukup mampu melalui menabung, tunda dulu dan menabunglah.
- Hindari utang untuk memenuhi gaya hidup atau sekadar bersenang-senang. Ingat, utang yang kamu fungsikan untuk healing malah bisa membuatmu hilang uang lebih banyak.
- Kelola aset dari utang untuk meningkatkan kegiatan produktifmu.
- Pilah pilih kredit, jangan asal. Carilah yang menawarkan bunga yang rendah.
- Carilah pendapatan tambahan atau naikan pendapatanmu setelah mengajukan utang agar kondisi keuanganmu tidak terganggu.
Yuk, mulai sadar keuangan. Tidak ada kata terlambat.