Dalam menjalin suatu hubungan, pastinya kita menginginkan rasa senang dan nyaman. Namun, tak jarang sebuah hubungan justru hanya melahirkan sakit hati bagi salah satu pasangan.
Toxic relationship atau hubungan toksik tak hanya terjadi pada pasangan yang sudah menikah, tapi juga pada pasangan kekasih. Awalnya, seseorang tidak menyadari jika hubungan itu ternyata beracun. Ini disebabkan karena ia akan terus mencari penyangkalan atas perasaan yang membuatnya tertekan.
Amelia,Teman Halo Jiwa Indonesia, membagikan kisahnya saat terjebak dalam hubungan yang kurang baik. Dirinya juga memberikan saran agar kita bisa keluar dari hubungan toksik yang seharusnya cepat diakhiri lewat siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Jika Kamu Berada di Toxic Relationship”.
“Awalnya, aku mikir dia pasanganku. Pada saat itu, sering atur-atur hidupku karena itu emang cara dia buat nunjukin kasih sayangnya. Sampai saat aku nggak nurutin apa maunya dia, aku dikata-katain dan dipukul,” ujar Amelia.
Semula Amelia berpikir jika apa yang ia dapatkan merupakan hukuman atas kesalahannya. Tapi, suatu hari ia tersadar jika selama ini hubungan yang dijalani tidak sehat. Amelia merasa lebih banyak sedihnya daripada senangnya.
Garis antara hubungan sehat dan tidak sehat dapat sangat sulit untuk diidentifikasi bagi korbannya. Namun, sering kali tanda-tanda tersebut mungkin tampak terlihat lebih jelas di kacamata orang lain.
Melansir Insider, berikut cara mengenali tanda hubungan toksik yang seharusnya ditinggalkan.
Kurangnya kepercayaan
Pasangan adalah seseorang yang bisa diandalkan, dijadikan sandaran, dan selalu berada di samping kita. Tanpa adanya kepercayaan, semua hal ini tidak mungkin terjadi.
Jeni Woodfin, terapis di San Jose, California mengatakan, “Tanpa kepercayaan dan bukan hanya percaya jika pasangannya akan setia, tetapi juga percaya jika pasangannya akan memberikan yang terbaik.” Hal ini lantas memudarkanrasa aman dalam hubungan.
Terus menerus berbohong
Ketika pasangan berbohong, itu pertanda jika mereka tidak menghormati kita. “Berbohong pada pasangan menunjukkan kesetiaan untuk dirimu sendiri, bukan untuk hubungan,” ujar Jeni Woodfin.
Merasa energi terkuras
Sabrina Romanoff, Psikolog Klinis Lenox Hospital New York City, mengatakan kalau waktu dan energi saat menjalani hubungan toksik sering dihabiskan untuk pasangan, baik secara langsung maupun tidak, karena perselisihan yang tak henti-hentinya.
Coba alihkan sebagian energi untuk fokus pada diri sendiri dan lihat bagaimana reaksi pasangan kita. Jika respons mereka negatif, artinya hubungan bersama pasangan memang toksik.
Bisakah kita keluar dari hubungan beracun?
Sangat memungkinkan jika memiliki keinginan memperbaiki dan masing-masing pasangan berkomitmen. Hubungan harus jadi lebih sehat dan menguntungkan jika tetap ingin dilanjutkan.
Jika masih belum bisa, temuilah seorang konselor untuk mengambil langkah yang tepat.
“Awalnya memang berat melepaskan orang yang kita sayang. Rasa kehilangan pasti ada, cuma kita harus sadar hal yang harus dilepas ketika pasangan justru ialah orang yang membawa racun. Kita gak bakal bahagia kalo terus menerus minum racun,” ujar Amelia.
Jika hubungan justru banyak sedihnya, segeralah keluar dari hubungan tersebut. Carilah kebahagiaan untuk diri sendiri. Jangan biarkan diri terjebak karena semakin lama menggenggam racun, hanya akan menghancurkan diri sendiri.
Bincang seru mengenai kesehatan mental, mulai dari area pekerjaan, hubungan percintaan, dan juga sebagai makhluk sosial, bisa Anda dengarkan melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Episode “Jika Kamu Berada di Toxic Relationship” atau bisa didengarkan melalui tautan berikut https://dik.si/anyaman_toxic
Oleh: Alifia Riski Monika dan Ikko Anata