Pandemi memaksa lahirnya beragam alternatif baru untuk menjaga keberlangsungan operasional bisnis. Berbagai adaptasi, mulai dalam tahap produksi, pemasaran, penjualan, logistik, dan lain-lain, dilakukan agar tetap bertahan di tengah terpaan tantangan. Bagaimana tidak, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah mematikan banyak akses untuk melaksanakan hal-hal tersebut.

Perubahan (shifting) ke ranah digital pun menjadi pilihan. Data Laporan Survei Internet dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, pada tahun 2019-2020 angka penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 73,7 persen. Walau masih didominasi oleh penduduk dari Pulau Jawa, angka ini dapat dinilai menjanjikan untuk melancarkan usaha-usaha pemasaran dan penjualan. Dalam survei tersebut, ditemukan bahwa 15 persen responden melakukan pembelian produk secara daring setidaknya sekali dalam sebulan.

Data tren pengguna media sosial di Indonesia pada tahun 2021 yang diterbitkan oleh Hootsuite (We Are Social) menunjukkan, terdapat 170 juta pengguna media sosial aktif di Indonesia. Facebook, situs media sosial yang kini umum digunakan untuk beriklan pun memiliki total 140 juta jumlah pengguna yang berpotensi menjadi audiens dari iklan-iklan yang dipasang.

Dilihat dari sisi positifnya, berbagai level usaha mulai dari mikro hingga besar kini memiliki ruang serta kesempatan yang sama untuk melakukan pemasaran dan penjualan. Bagi bisnis yang telah lama nyaman dengan metode pemasaran konvensional, pandemi menjadi momen yang tepat untuk mempelajari pemasaran digital. Seperti diketahui, tipe pemasaran ini memungkinkan bisnis untuk melakukan promosi tanpa harus bertemu dengan calon klien secara langsung.

Mempelajari teknik-teknik dalam pemasaran digital tidak akan selesai dalam satu waktu. Perubahan tren yang cepat di internet akan mempengaruhi relevansi dari suatu teknik. Lantas, bagaimana strategi yang tepat untuk melakukan pemasaran digital?

Ketahui Kebutuhan Bisnis

Model bisnis akan memengaruhi tipe pemasaran digital yang dibutuhkan. Tidak semua jenis bisnis memerlukan promosi di sebuah platform yang dianggap sedang menjadi tren. Contohnya adalah perusahaan Business to Business (B2B) yang umumnya mengandalkan pendekatan secara langsung ke calon klien sehingga bukan menjadi pilihan yang tepat baginya untuk menghabiskan anggaran di promosi media sosial atau pemasangan iklan mesin pencarian (search engine advertising).

Selain itu, klien yang dituju turut menjadi faktor penentu dari jenis promosi yang dibutuhkan. Dengan memahami latar belakang demografi, tingkah laku, hingga cara-cara klien ketika berkomunikasi, mengakses informasi, serta mengambil keputusan, maka perusahaan dapat meracik strategi yang lebih relevan untuk promosinya. Sebagai contoh, perusahaan yang menargetkan produknya kepada remaja dapat memilih beriklan di media sosial, seperti Instagram dan TikTok dengan menggencarkan konten-konten sesuai tren yang sedang viral. Tentu, semakin detail pemahaman perusahaan terhadap klien, maka akan lebih mudah untuk menemukan titik-titik untuk menyusupkan promosi.

Manfaatkan Tools

Said dalam publikasinya yang berjudul Manajemen Perilaku Konsumen dalam Digital Marketing menyatakan, perilaku konsumen saat ini telah berubah. Konsumen menjadi lebih kritis, skeptis, cerdas, terinformasi dengan baik dan proaktif dibandingkan perilaku konsumen beberapa tahun silam. Apa yang tertera dalam promosi perlu menunjukkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, sebab sangat mudah bagi mereka untuk melakukan perbandingan produk dari para kompetitor.

Para pelaku bisnis juga tidak bisa tinggal diam dengan satu jenis promosi digital. Setelah suatu promosi dilakukan, diperlukan evaluasi mengenai efektivitas promosi tersebut, salah satunya dengan melihat data analitik yang disediakan oleh platform promosi yang digunakan. Berbeda dari pemasaran secara langsung yang membutuhkan waktu yang signifikan untuk mengetahui respons konsumen, pada pemasaran digital perusahaan dapat langsung mengetahui umpan balik dari para konsumen. Apakah mereka tertarik sehingga langsung mengunjungi profil atau situs penjualan; menghubungi narahubung; atau justru memilih untuk mengabaikan promosi tersebut.

Dalam upaya untuk menjaga tingkat efektivitas promosi, perusahaan dapat memanfaatkan berbagai tools penyedia data tren dari para pengguna internet seperti Google Analytics, Google Trends, dan SocialMention, penyedia data performa akun media sosial para key opinion leader (KOL) seperti SociaBuzz, pembuat survei daring seperti Survey Monkey, penyedia konten visual seperti Unsplash dan Canva, serta berbagai bantuan pengelolaan SEO, newsletter, dan sebagainya.

Peroleh Bantuan

Apabila menghendaki transisi dan penggunaan pemasaran digital yang optimal sementara sumber daya dalam sebuah perusahaan belum menyanggupinya, tidak ada salahnya untuk mencoba menggunakan jasa yang disediakan agensi pemasaran digital. Saat ini, agensi digital semakin menjamur di Indonesia. Umumnya, unit ini akan membantu menghubungkan bisnis dengan klien melalui eksekusi social media marketing, content marketing, search engine marketing, key opinion leader (KOL) management, newsletter, situs web, dan lain-lain.

Untuk menemukan agensi yang terbaik, carilah yang mampu menunjukkan portofolionya secara jelas. Pelajari strategi apa yang banyak mereka lakukan serta bisnis apa yang umumnya menjadi klien mereka, kemudian temukan kecocokannya dengan perusahaan Anda. Perhatikan statistik keberhasilan kampanye-kampanye digital yang telah mereka lakukan. Jika perlu, baca atau mintalah testimoni dari perusahaan yang menjadi klien sebelumnya untuk mengetahui kepuasan mereka terhadap kinerja agensi yang dimaksud.

Di luar tren pemasaran digital, masih ada praktik pemasaran yang dapat menjadi opsi untuk menghubungkan bisnis dengan calon klien seperti perusahaan, yang memerlukan penjelasan komprehensif mengenai sebuah produk; maupun klien-klien individual yang tidak menjadikan internet sebagai sumber utama untuk memperoleh informasi. Praktik tersebut ialah pemasaran melalui telepon. Menjadi tantangan tersendiri untuk mempromosikan barang atau jasa hanya dengan kata-kata, akan tetapi upaya ini nyatanya dapat memangkas inefisiensi yang terjadi pada praktik pemasaran secara langsung.

James Gwee, pelatih di bidang pemasaran dan penjualan telah membahasnya dalam episode ke-34 Inspiration of Smart Bisnis di Spotify yang bertajuk Mengoptimalkan Komunikasi melalui Telepon untuk Meningkatkan Penjualan.

Dengarkan episode selengkapnya pada kanal Smart Inspiration di Spotify atau klik tautan berikut untuk mengaksesnya: https://bit.ly/SmartBusiness34.

Penulis: Intania Ayumirza