Indonesia merupakan negeri dengan sejarah yang panjang. Hal ini membuat setiap tempat memiliki cerita dan sejarahnya masing-masing. Bahkan, beberapa tempat memiliki andil terhadap kehidupan tokoh besar di Indonesia.

Terletak di Surabaya, Stasiun Gubeng adalah salah satu tempat bersejarah yang kini masih aktif digunakan. Kisahnya pun diceritakan kembali dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Surat Kabar Asing & Gubeng Transport” yang dapat diakses melalui dik.si/TNGubeng.

Sejarah Stasiun Gubeng

Mengutip Wikipedia, Stasiun Gubeng yang kini dikenal sebagai Stasiun Surabaya Gubeng merupakan salah satu stasiun kereta api milik Staatsspoorwegen yang diresmikan pada 16 Mei 1878. Awalnya, stasiun ini dibangun di bagian barat rel sebagai bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api Surabaya–Pasuruan.

Pada awalnya pula, stasiun ini menggunakan sistem persinyalan yang digerakan secara mekanik. Mengutip Kementerian Perhubungan, sistem yang dimiliki 316 stasiun di Indonesia ini masih menggunakan papan atau lengan semapur yang dinaikan atau diturunkan untuk memberi perintah kepada masinis kereta api.

Kemudian, pada 1970–1980-an, stasiun ini mengalami perubahan sistem persinyalan menjadi elektrik. Pembaharuan stasiun pun berlangsung di sisi timur rel kereta pada 7 Juni 1996. Berbeda dengan sisi barat, bangunan baru ini memiliki arsitektur yang lebih modern dan lebih luas. Pembangunannya pun ditaksir menelan biaya sebesar Rp1,5 miliar.

Meski begitu, bangunan lama stasiun juga pernah dilakukan renovasi beberapa kali, di antaranya adalah renovasi kanopi peron pada tahun 1905 dan lobi bangunan utama pada tahun 1928. Dilansir Situs Budaya, gaya bangunan stasiun ini adalah ciri khas dari SS, yaitu bergaya Chalet, sebuah gaya arsitektur yang memiliki ciri khas tembok tinggi, terdapat ornamen sulur-suluran dari besi tempa di atapnya, serta jendela besar dengan jalusi besi.

Dengan adanya pembaharuan ini, bangunan lama Stasiun Gubeng telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan Berdasarkan SK Walikota Surabaya No. 188.45/251/402.1.04/1996,26-09-1996 dan SK Menbudpar No: PM. 23/PW.007/MKP/2007 pada 26 Maret 2007.

Tempat Kerja Pertama Soekarno

Dalam Melintasi Seribu Stasiun yang ditulis Osdar (2020) Stasiun Gubeng pernah menjadi stasiun tempat kerja presiden pertama Indonesia, Soekarno, saat ia mengenyam pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (yang sekarang adalah ITB). 

Ia bekerja sebagai juru tulis di bagian administrasi stasiun yang digaji Rp165 per bulan dan sebesar Rp125 diberikan kepada keluarga Cokroaminoto. Hal ini disebabkan HOS Cokroaminoto dijebloskan ke penjara. Namun, setelah dibebaskan pada April 1922, Soekarno kembali mengenyam pendidikan di THB.

Tak hanya bersejarah bagi Soekarno, pada masa perang kemerdekaan, daerah sekitar stasiun ini menjadi markas bagi puluhan anggota Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) sebanyak 30 orang yang dipimpin oleh Moh. Ali dan telah dipersenjatai.

Ingin mengetahui sejarah lengkap dari Stasiun Gubeng?

Dengarkan selengkapnya hanya melalui siniar Tinggal Nama bertajuk “Surat Kabar Asing & Gubeng Transport” di Spotify. Kini, siniar Tinggal Nama sudah memasuki musim keempat yang berisi reka ulang kisah hidup para  pahlawan nasional yang mampu membuatmu terpukau!

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut dik.si/TNGubeng.

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata