Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Tiga kalimat tersebut bukanlah sekadar kalimat biasa, melainkan isi dari sebuah ikrar bersejarah bernama “Sumpah Pemuda”. Ikrar ini diputuskan dalam suatu kongres nasional bernama Kongres Pemuda II pada 27 Oktober 1928.
Kongres tersebut diprakarsai oleh para pemuda Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang. Meskipun begitu, mereka tetapi memiliki cita-cita yang sama, yaitu memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh kesatuan Indonesia.
Meskipun sudah 94 tahun lamanya, semangat para pemuda untuk membangun negeri tidak pernah meredup dan mati begitu saja. Mereka lantas memanifestasikan api gelora masa mudanya dengan merawat nafas intelektualitas serta menggagas inovasi-inovasi yang berguna bagi negeri.
Najwa Shihab, seorang jurnalis ternama sekaligus aktivis, melihat potensi besar yang dimiliki para pemuda ini. Ia lantas mendirikan Narasi.tv, sebuah media alternatif dan wadah kolektif bagi para pemuda untuk mengembangkan potensi-potensinya.
Merespons peristiwa ini, Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, berkesempatan untuk mengulas pergumulan kehidupan Najwa sekaligus latar belakang jurnalis perempuan tersebut dalam mendirikan Narasi.tv melalui siniar (podcast) Beginu episode “Menciptakan Narasi Sebagai Ruang Anak Muda”.
Gerakan Pemuda Setelah 1928
Tilaar dalam bukunya yang bertajuk Pemuda dan Perubahan Sosial mengungkapkan peribahasa khusus bagi para pemuda, “Barang siapa menguasai pemuda, maka akan menguasai masa depan”.
Tak ayal, peribahasa ini berusaha menjelaskan bahwa peran dan partisipasi pemuda sangat penting bagi pembangunan masyarakat dan negara. Ketika seseorang berhasil memahami pemuda dan ikut serta berada di dalamnya, maka ia akan terjerumus dalam mimpi-mimpi idealisme dan semangat perubahan yang menggelora.
Akan tetapi, para pemuda membutuhkan wadah untuk bersolidaritas sehingga agenda-agenda serta semangat perubahan dapat tersalurkan dengan matang. Hal ini dapat kita lihat pada fenomena Sumpah Pemuda.
Gerakan pemuda terus berkembang untuk menunjukkan kebolehannya. Misalnya, ketika era kemerdekaan, para pemuda yang dikenal sebagai golongan muda ikut serta dalam mendesak Soeharto dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda tersebut berisi tokoh-tokoh nasional, seperti Chaerul Saleh, Sukarni, dan Sayuti Melik.
Agar terhindar dari intervensi Jepang, golongan muda lantas membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Di sana, mereka meyakinkan kedua pahlawan proklamator tersebut untuk menyusun, menandatangani, serta mengumumkan kemerdekaan. Mereka pun berhasil.
Kemudian, memasuki masa Orde Baru, gerakan pemuda sempat direduksi akibat kekuasaan Soeharto yang militeristik. Meskipun demikian, eksistensi gerakan pemuda tetap mengalir sebagai pengawas dan pemerhati kebijakan pemerintahan. Pada akhirnya usaha mereka melahirkan peristiwa lengsernya Soeharto pada 1998.
Pada masa kini, gerakan pemuda dapat ditilik dalam sejumlah aksi-aksi turun ke lapangan, contohnya ketika mereka mendesak pengesahan RUU PKS.
Sejarah panjang serta semangat pergerakan dan kolektivitas pemuda ini lantas menginspirasi Najwa untuk mendirikan Narasi.tv sebagai wadah keberagaman anak muda Indonesia.
Najwa Shihab, Pemuda, dan Narasi.tv
Najwa Shihab bukanlah seseorang yang berusia muda lagi, sebab sudah 44 tahun lamanya ia menjalani hidup. Karier sebagai jurnalis telah membesarkan namanya yang dimulai saat dirinya bekerja menjadi reporter di Metro TV pada masa awal reformasi.
Meskipun begitu, Najwa tetap memegang semangat muda lewat keberaniannya dalam mengkritisi pemerintahan serta kepiawaiannya dalam beradu argumen.
Setelah dirinya memutuskan untuk berpisah dengan Metro TV pada 2017, ia bersama dua jurnalis veteran, Dahlia Citra dan Catharina Davy, memutuskan untuk mendirikan Narasi.tv di tahun yang sama.
Melansir laman resmi situs narasi.tv, Narasi merupakan ruang kerja dan karya anak bangsa yang mengajak kita untuk menyelami ragam suguhan melalui program-program perbincangan, reportase, kemasan dokumenter, opini dan ruang interaksi. Juga, mengelola komunitas, aktivasi dan event online dan offline melalui kanal digital, yaitu situs mereka.
Selain itu, ketika diwawancara oleh Wisnu Nugroho dalam podcast Beginu, Najwa mengungkapkan alasan Narasi dibentuk.
“Narasi semenjak awal menargetkan anak muda. Konten-konten kita rancang secara spesifik untuk menjawab kebutuhan anak muda. (Namun) Bukan hanya dari sisi konten, kita dari dulu percaya harus ada ruang atau wadah tempat mereka bergerak dan mengaktualisasikan diri,” ujar Najwa.
“Tidak hanya sebatas menikmati konten, tetapi juga bagaimana menerjemahkan konten itu dalam bentuk aksi-aksi atau tindakan nyata,” tambahnya.
Aksi-aksi atau tindakan nyata ini hadir dalam bentuk komunitas lokal yang telah tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Kegiatan mereka, menurut Najwa, misalnya adalah kegiatan literasi, kemahasiswaan, atau tolensi. Semua dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
Kisah lengkap dari pergumulan hidup Najwa Shihab, cita-cita Narasi.tv, serta kacamata dirinya dalam memandang anak muda dapat kamu dengarkan melalui episode podcast Beginu bertajuk “Menciptakan Narasi sebagai Ruang Anak Muda” di Spotify atau akses melalui tautan berikut dik.si/beginu_najwa3.
Penulis: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama