Anak-anak memegang kunci masa depan. Jika menginginkan masyarakat yang berkelanjutan serta terkoneksi dengan lingkungan dan sumber makanan, kita mesti membesarkan generasi anak-anak yang mengerti bagaimana merawat bumi dan menumbuhkan makanan. Arsitektur bisa membantu mencapai tujuan itu.

Sejumlah sekolah di beberapa negara sudah mengintegrasikan pengetahuan dasar tentang pertanian di dalam kurikulum, bahkan rancang bangunan sekolah itu sendiri. Golden Bridge School, sekolah di San Francisco, Amerika Serikat, mengajarkan anak-anak prasekolah sampai siswa sekolah dasar untuk menerapkan pertanian ekologis. Saat ini, menjadi keseharian anak-anak tersebut untuk menanam dan merawat kale, zucchini, bawang bombay, dan bermacam sayuran di sekolah. Ada sekitar satu hektar lahan yang dipenuhi sayuran dan bahan makanan tersebut di sekolah.

Untuk mengembangkan konsep sekolah pertanian ini, Golden Bridges lantas bekerja sama dengan konsultan arsitektur Natoma Architects untuk membuat bangunan yang lebih bisa mengakomodasi tujuan terkait pertanian itu. Dengan tetap mempertahankan area hijau lahan pertanian yang sekarang telah ada dan meminimalkan dampak terhadap sekitar yang relatif tenang, Natoma membuat desain sekolah tersebut.

Mengambil inspirasi dari pola rumah-rumah yang berdiri terpisah satu sama lain (detached) dengan halaman depan dan belakang, gedung-gedung dalam sekolah ini dibuat terpisah-pisah. Setiap ruang kelas dikelilingi halaman. Pada semua struktur bangunan, akan ada taman atap untuk membantu penyerapan air, insulasi, dan menjadi rumah alami untuk serangga-serangga yang membantu penyerbukan. Selain itu, dengan taman atap gedung-gedung ini akan menjadi seolah bukit-bukit kecil yang menyatu dengan lingkungan sekitar.

Bagian dalam bangunan akan menggunakan material dominan kayu. Kaca ditempatkan pada sisi bangunan yang menghadap selatan untuk menciptakan pencahayaan alami yang memangkas kebutuhan untuk listrik sekaligus menciptakan atmosfer yang sehat untuk ruang kelas. Sekolah ini juga dilengkapi dengan perangkat-perangkat yang bisa menyaring air limbah dan air hujan atau badai untuk mengairi pertanian.

Lebih dari sekadar mengedepankan aspek akademis, sekolah ini memberi bekal lain untuk para siswanya, untuk bertahan hidup. Dengan memahami cara bertani dan merawat lingkungan, para siswa ini akan dapat memberi sumbangsih berharga untuk bumi dan kemanusiaan. [*/NOV]