Kita tahu, salah satu kunci kesuksesan organisasi adalah rasa memiliki para karyawannya terhadap organisasi mereka. Bagaimana para karyawan ini berpikir dan bertindak layaknya si empunya bisnis.

Starbucks dan Amazon adalah beberapa perusahaan dunia yang menawarkan saham kepada karyawannya untuk membuat mereka menjadi bagian dari perusahaan.

We know our success will be largely affected by our ability to attract and retain a motivated employee base, each of whom must think like, and therefore must actually be, an owner,” tulis Ram Charan dalam bukunya, The Amazon Management System.

Sebuah grup perusahaan di Indonesia pun menjadikan rasa memiliki layaknya pemilik bisnis ini sebagai salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh jajaran manajemennya. Menurut mereka, pemimpin unit bisnis harus memiliki kepekaan terhadap ancaman apa pun juga dan mampu menggambarkan masa depan organisasinya, paling tidak untuk 5–10 tahun mendatang.

Ada beragam macam perilaku eksekutif dalam organisasi. Ada eksekutif yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada pimpinannya, tanpa sadar ataupun rasa bersalah melepaskan akuntabilitas pribadinya dengan alasan atasanlah penentu segalanya. Ini bahkan bisa terjadi pada perusahaan keluarga yang kita pikir semua anggota keluarga memiliki ownership yang sama terhadap perusahaan milik keluarganya ini.

Namun, kenyataannya bisa jadi hanya satu anak yang sibuk mengemban tanggung jawab membesarkan perusahaan, sementara yang lain memiliki orientasi ownership yang sama sekali berbeda kalau tidak bisa dibilang malah menjadi beban perusahaan.

Sebaliknya, ada juga eksekutif yang berjuang mati-matian dalam proses negosiasi, menyadari segala dampaknya terhadap keuntungan organisasi. Setiap pengeluaran ekstra yang harus dikeluarkan oleh organisasi terasa seperti keluar dari kantong pribadinya sendiri.

Rasa memilikinya demikian tinggi walaupun ia tidak memiliki saham apa pun di perusahaan tersebut. “The ownership mindset refers to psychological ownership of business outcomes and feeling empowered to make decisions that lead to those outcomes.

Bayangkan bila sikap seperti itu dimiliki oleh seluruh anggota tim. Setiap orang, apa pun posisinya, memperlakukan organisasi layaknya milik mereka sendiri. Ketika organisasi mengalami kesulitan, semua bahu-membahu mencari jalan keluar bagi organisasi, bukan jalan keluar masing-masing. Semua orang menyadari pentingnya kontribusinya bagi kesuksesan organisasi.

Bagaimana kita dapat menciptakan rasa memiliki seperti ini?

Kepemilikan psikologis

Bila kita tinjau secara lebih mendalam, kepemilikan tidak ada hubungannya dengan kepemilikan secara fisik. Apakah seorang pemilik gedung otomatis memiliki ownership atas gedung tersebut? Apakah mereka memikirkan nasib gedung ini 5–10 tahun mendatang?

Apakah mereka peduli terhadap hal-hal semacam prevensi kebakaran, perawatan gedung, efisiensi, dan lainnya atau sekadar menyerahkan hal yang mereka anggap remeh tersebut kepada pihak yang sudah mereka gaji?

Bila orang yang mengemban tugas ini memikirkan bagaimana ia dapat merawat gedung tersebut sehingga tetap terlihat selalu baru sampai tahun-tahun mendatang, aktif mencari cara ataupun metode baru untuk perawatannya, boleh dibilang inilah yang disebut kepemilikan psikologis.

Tim yang memiliki mindset ownership seperti ini akan secara otomatis merasa bahwa mereka bertanggung jawab terhadap kesuksesan organisasi sehingga inisiatif untuk bergerak extra mile kerap akan mereka upayakan.

Sebaliknya, tim yang tidak memiliki mindset ini merasa tanggung jawab adalah sesuatu yang harus ditugaskan terlebih dahulu kepada mereka dan implementasi usaha mereka sebatas tanggung jawab yang memang sudah diberikan kepada mereka saja.

Mengembangkan ownership

Kita perlu ingat bahwa menanamkan mindset ownership ini bukanlah seperti tindakan cuci otak ataupun operasi otak. Pengembangan ini perlu kita lakukan selangkah demi selangkah.

Rasa memiliki ini tumbuh melalui penghargaan yang kuat terhadap anggota tim. Sikap pemimpin di sini karenanya akan sangat berdampak dalam membangun rasa memiliki dari anggota timnya. Bilamana pemimpin terlalu dominan dan hanya berfokus pada dirinya sendiri, ini akan membuat anggota tim merasa keberadaannya tidak lagi diperlukan.

Rasa kurang dihargai ini akan menyurutkan rasa memiliki terhadap tim apalagi terhadap organisasi tempatnya berkarya. Setiap anggota kelompok harus merasa kontribusinya dibutuhkan.

Untuk itu, akuntabilitas perlu jelas dan terukur. Dalam tim, memang ada peranan yang berbeda-beda. Ada yang besar, ada yang lebih kecil, ada yang langsung jelas terlihat pada pendapatan organisasi, ada yang bersifat sebagai penunjang. Ukuran yang jelas terhadap kinerja, dengan target yang berbeda-beda perlu disusun. Lazimnya organisasi menyusun key performance indicator (KPI) untuk masing-masing individu. Individu yang sudah mencapai target KPI-nya akan merasa bahwa ia berkontribusi.

Rasa memiliki akan tumbuh pada orang-orang yang merasa bahwa mereka memang membuat “impact” pada organisasi. Ketika individu merasa dirinya penting ia dapat berpikir bebas dan terpancing kreativitasnya.

Ia pun akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil keseluruhan perusahaan dan berusaha memperbaiki kinerja pribadi dan anggota timnya. Keputusan-keputusan akan dibuat secara lebih tegas dan mandiri dengan adanya rasa tanggung jawab ini. Kolaborasi dengan sendirinya akan meningkat.

Ownership mindset berjangka panjang

Fokus pada KPI individual adakalanya membuat cakrawala menjadi terbatas. Pemegang jabatan berkonsentrasi pada pemenuhan KPI mereka dan melupakan gambaran yang lebih besar lagi dalam cakrawala organisasi.

Hal itu mungkin bisa untuk jangka pendek tapi kontinuitas bisnis dan organisasi sebenarnya perlu terus berada dalam benak setiap individu. Dengan ownership mindset, anggota tim menjadi lebih peduli terhadap kesuksesan organisasi dalam jangka panjang.

Sebagai pimpinan, kita perlu membuat statement tentang tujuan organisasi, ke mana organisasi akan kita bawa, serta harapan agar seluruh aset insan perusahaan menunjang cita-cita ini.

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING

Baca juga:

Sok Pintar

Pompa Semangat