Sebagian orang percaya bahwa kesempatan tidak datang dua kali. Sementara itu, ada pula yang beranggapan setiap orang dapat menciptakan kesempatan, termasuk tentang pekerjaan. Apabila lapangan pekerjaan tak sesuai dengan impian, mengapa tidak membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan menjadi wirausaha?
Namun, memutuskan jalan hidup dengan membuka usaha mandiri bukanlah sesuatu yang mudah. Takut akan kegagalan kerap kali menjadi penghalang. Apabila hal tersebut terus dipelihara di dalam diri, langkah untuk menciptakan kesempatan tidak akan terwujud.
Seorang entrepreneur asal Malaysia, Effendy Zulkifly, mengatakan, jiwa wirausaha berawal dari mindset seseorang. Semua berawal dari apa yang dipikirkan. Berpikir dan bertindak.
Pola pikir menjadi kendali yang bisa memberikan sugesti kepada manusia. Oleh karena itu, seorang calon wirausaha membiasakan diri berpikir positif. Ketika ingin membuka usaha baru, hindari ketakutan-ketakutan yang berlebihan.
Risiko gagal dan rugi dalam dunia wirausaha tentulah ada. Namun, hal tersebut jangan ditakuti secara berlebihan. Bentengi diri dengan bekal yang cukup agar langkah untuk memperbaikinya begitu matang.
Jiwa-jiwa wirausaha juga bisa dibangun dengan formula RAS ala Effendy, yakni Rajin, Akal, dan Sabar. Karakter poin terakhir dianggap penting karena Anda kelak diajak untuk menikmati proses.
“Pada rentang 6 bulan pertama, barangkali keuntungan bisnis belum terlihat. Selanjutnya pada tahun pertama, Anda baru bisa balik modal. Setahun berikutnya, keuntungan pun mulai terasa,†tuturnya. Oleh karena itu, jangan pikirkan kegagalan, tetapi pikirkanlah cara bangkit dari kegagalan.
Setelah memenuhi pikiran dengan optimistis, kenali jenis-jenis usaha mandiri. Tipe usaha konvensional cenderung fokus pada satu jenis barang atau jasa. Ada juga tipe usaha yang mampu mengembangkan satu jenis barang atau jasa hingga melahirkan peluang bisnis lainnya. Pilihlah jenis usaha yang sesuai dengan kemampuan Anda, lalu tekuni.
Baca Juga: 5 Tahapan Design Thinking untuk Mulai Merintis Usaha
Seorang wirausaha dituntut untuk mendekatkan diri dengan ilmu pengetahuan. Mulailah menggali peluang bisnis di lingkungan sekitar dan mencari keunikan. Effendy mengenalkan MISTI yang meliputi mentor, ilmu, sistem dan strategi, tindakan, serta impian. Menurut Effendy, ilmu tidaklah berdiri tunggal, ada pula aspek emosi. Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) menjadi hal penting bagi seorang wirausaha. [GPW]