Pendanaan menjadi hal yang krusial dalam membangun bisnis, terutama bagi para perintis. Bagi bisnis yang telah cukup lama beroperasi, suntikan dana akan tetap dibutuhkan demi mewujudkan target-target tertentu. Ketika tidak dapat menghimpun dana secara mandiri, di sinilah peran para investor maupun pemodal ventura (venture capital) untuk dapat mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Namun, syaratnya, pebisnis harus mampu memikat hati investor melalui narasi bisnis yang jitu.

Istilah presentasi bisnis (pitching) adalah upaya untuk ‘menjual’ ide bisnis di hadapan para calon investor atau pemodal ventura. Setiap harinya, seorang investor dapat menghadapi puluhan, bahkan ratusan ide bisnis yang brilian. Tidak jarang, ide-ide tersebut mengandung kemiripan masalah, model bisnis, atau jenis teknologi yang diadopsi.

Agar dapat bersinar di antara ide-ide lainnya, pebisnis perlu menyiapkan materi dan teknik eksekusi yang tepat dalam melancarkan presentasi di hadapan investor. Untuk memahaminya, siniar OBSESIF telah mengundang Juvenco Pelupessy, selaku Principal Skystar Capital, di salah satu episodenya yang berjudul “How to Deliver A Killer Pitch Deck”.

Penguasaan ide bisnis

Ide bisnis dikenal sebagai hipotesis yang menggambarkan identifikasi sebuah masalah atau kebutuhan di suatu lingkungan (pasar atau masyarakat) dan solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikannya. Idealnya, masalah yang diangkat memiliki pengaruh serta relevansi yang signifikan bagi masyarakat luas.

Penting untuk diingat bahwa ide yang menarik tidak dapat berdiri sendiri tanpa strategi bisnis yang baik. Hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian bagi para pemilik bisnis, terutama bagi perusahaan rintisan teknologi yang belakangan semakin menjamur jumlahnya.

“Selalu diingat, ya, bahwasanya investor itu sebenarnya tidak pernah berinvestasi pada teknologi, namun selalu berinvestasi pada bisnis tersebut. Jadi, sebenarnya teknologi itu hadir untuk mengautomasi beberapa bagian dari bisnis tersebut sehingga ada bahasanya menjadi scalable,” terang Juvenco.

Kriteria perusahaan yang layak mendapatkan pendanaan

Lebih jauh, Juvenco juga berbagi caranya untuk menilai perusahaan yang dianggap layak mendapat pendanaan. Poin-poin ini sebaiknya tidak dilewatkan oleh pebisnis ketika melakukan presentasi kepada investor.

  1. Spesialisasi di bidang yang digeluti

Penjelasan mengenai profil perusahaan sering dilewati saat presentasi. Tak perlu panjang lebar, cukup sebutkan secara ringkas pengalaman dan bukti nyata bahwa perusahaan memiliki spesialisasi di bidang yang bersangkutan. Investor tentunya ingin memiliki kepercayaan penuh pada perusahaan terkait apa yang dikerjakannya, serta kemampuan pengorganisasian tim yang tepat untuk mengeksekusi setiap rencana.

  1. Solusi yang relevan

Selanjutnya adalah kemampuan untuk menyediakan solusi atas kebutuhan atau masalah yang belum terpecahkan. Dalam hal ini, pendiri perlu cekatan dalam memanfaatkan momen serta potensi besar yang mengiringinya. Carilah inti masalah yang belum dapat dipecahkan oleh kompetitor.

Solusi yang berbeda ini selayaknya didukung oleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperolehnya, dibutuhkan riset yang tepat sasaran. Pemilik bisnis perlu membuktikan kepada calon investor bahwa solusi yang ditawarkannya terbukti dapat membantu dan menyelesaikan masalah di lapangan, meskipun dalam skala yang masih terbilang kecil.

  1. Validasi konsumen

Kemampuan yang ketiga adalah validasi konsumen yang direalisasikan salah satunya melalui angka penjualan yang signifikan. Bagi perusahaan rintisan teknologi, validasi konsumen memiliki bentuk yang begitu beragam, bisa dengan angka pengguna aktif harian, jumlah pelanggan bulanan, dan hal lain yang menampakkan bahwa pengguna benar-benar membutuhkan produk tersebut.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Steve Blank, wirausaha yang juga profesor di Stanford University. Seperti dilansir TechCrunch, Blank menyebutkan bahwa untuk membangun produk yang berguna bagi banyak orang, pendiri bisnis perlu memvalidasi masalah atau kebutuhan mereka. Kemudian pahami apakah solusi yang ditawarkan dapat menyelesaikan masalah tersebut.

  1. Hubungan yang cocok

Cara membentuk hubungan berawal dari presentasi perusahaan kepada investor. Mengutip dari Harvard Business Review, sebuah presentasi yang baik dapat dilihat dari bagaimana pebisnis mampu menyesuaikan diri dengan situasi. Tidak hanya soal penguasaan terhadap materi presentasi, melainkan juga cara menarasikannya yang akan menarik investor. Selain itu, menurut survei HBR, presentasi yang dilakukan kepada audiens senior cenderung memberikan suasana presentasi yang lebih natural.

Di luar itu, penting untuk dicatat saat sesi bersama investor, pebisnis juga perlu tahu kapan waktu terbaik untuk berbicara dan mendengarkan. Pada akhirnya, kecocokan antara kedua pihak—yang akan saling bertukar nilai atau value ini—yang akan turut menentukan langkah ke depan. “Kita ngobrolnya cocok enggak. Kita merasa bahwasanya duit yang kita kasih itu sesuai enggak dengan tesis yang kita mau; yang kita purposing, ya,” ucap Juvenco.

Ingin mendapatkan wawasan lebih dalam terkait topik ini? Dengarkan bincang-bincang bersama Juvenco di episode ke-5 season tiga OBSESIF yang bertajuk “Juvenco Pelupessy: How to Deliver A Killer Pitch Deck”. Kalian dapat mendengarkannya di Spotify atau dengan mengakses tautan https://bit.ly/S3E5Obsesif.

 

Penulis: Intania Ayumirza Farrahani & Brigitta Valencia Bellion