Selain menyelesaikan pekerjaan, kita juga perlu menjalin relasi yang baik dengan rekan dan atasan. Pasalnya, hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam mencapai target kerja.

Setiap tahunnya, kita menghabiskan rata-rata 2.080 hari untuk bekerja. Oleh karena itu, diperlukan kenyamanan relasi agar pekerjaan tetap berjalan lancar. Namun, terkadang banyak pekerja yang takut jika harus berhadapan dengan atasan.

Untuk mengatasinya Vicario Reinaldo, Co-Founder followyourflow.id, dalam siniar Obsesif musim keenam bertajuk “Managing Up, Berkomunikasi dengan Atasan” memberikan beberapa kiat yang bisa kita lakukan.

Cara Mendekatkan Diri dengan Atasan

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendekatkan diri dengan atasan. Namun, hal ini harus disesuaikan dengan masing-masing perusahaan. Terlebih, hierarki di perusahaan rintisan (startup) dan korporasi sangat berbeda.

Terkadang, atasan dari perusahaan rintisan cenderung lebih fleksibel dan mudah bergaul dengan banyak orang. Sementara itu, perusahaan korporasi masih banyak yang mengedepankan hierarki.

Meskipun begitu, bukan berarti kita tak bisa mencoba untuk berinteraksi dengan mereka. Vicario menyarankan agar kita saling membuka diri secara perlahan. 

Tak perlu merancang pembicaraan yang mendalam karena hal ini bisa dimulai dari percakapan-percakapan kecil. Kita bisa bertanya mengenai bagaimana kabar atau suasana hatinya.

Selain itu, agar percakapan bisa terus berlangsung dan tak dianggap terlalu kaku, tunjukkan antusiasme kita. Ini ditunjukkan dengan mencari persamaan dalam percakapan itu. Kemudian, hubungkan dengan hal-hal yang kita juga suka.

Namun, jika atasan termasuk orang yang sulit memulai percakapan, kita bisa memantiknya terlebih dahulu. Bisa juga kita yang mulai memantik percakapan itu. Berikanlah pertanyaan dan tanggapan yang berkesan agar tak terlihat transaksional saja. 

Atur Batasan dalam Hubungan dengan Atasan

Setelah bisa berkomunikasi dengan atasan, kita juga perlu menentukan batasan-batasan. Hal ini dilakukan agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalitas sehingga mampu memosisikan diri dengan tepat.

“Kalo menurut gue, hubungan dengan atasan itu kayak analoginya professional sport team. Ya, i like you, tapi gue tetep fokus sama performance-nya,” pungkas Vicario. 

Perlu dipahami bahwa jangan sampai kedekatan itu mentoleransi hal-hal buruk. Misalnya, masih berdiskusi tentang pekerjaan di luar jam kerja. Jika belum ada kesepakatan atau penolakan, artinya atasan harus paham akan hal itu.

Atasi Rasa Takut terhadap Atasan

Ada beberapa dari kita yang pernah punya pengalaman tak menyenangkan dengan atasan, khususnya dalam pemberian umpan balik soal pekerjaan. Karenanya, kita jadi sungkan untuk membuka percakapan.

Terdapat atasan yang senang jika bawahannya bertanya, namun ada pula yang tidak. Makanya, kita perlu memantau bagaimana sifat dan watak atasan serta pandangannya soal efektivitas.

Jadi, jika masih belum mengerti dengan kerjaan yang diberikan, kita bisa berdiskusi dan meluangkan waktu selama satu sampai dua hari untuk melakukan riset. Bahkan, kita juga bisa menanyakan hal itu ke rekan dari divisi lainnya.

Just take it one step at the time. Diterima dulu aja dan yang paling penting praktekkin satu hal sebagai bawahan,” tutupnya.

Dengarkan informasi lengkap seputar cara membangun hubungan dengan atasan hanya melalui siniar Obsesif bertajuk “Managing Up, Berkomunikasi dengan Atasan” di Spotify. Di sana, ada banyak informasi untuk para fresh graduate yang baru saja merintis karier.

Akses sekarang juga episode ini melalui tautan https://dik.si/obsesifS6E6

 

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion