Tidak dapat disangkal bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang sulit dilakukan, bahkan malah kerap menjadi masalah. Hal ini dapat menyebabkan rasa frustasi karena keluarga yang seharusnya menjadi rumah atau wadah, malah menimbulkan perasaan tertekan.
Novita Tandry, psikolog anak dan remaja dari NTO International, memaparkan pentingnya komunikasi dalam keluarga pada siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Saat Aku Sedang Hadapi Tekanan Keluarga”.
Komunikasi sangatlah berpengaruh dalam hubungan orangtua dan anak. Apabila komunikasi berjalan tanpa adanya afirmasi dan afeksi, bukan tidak mungkin anak akan menganggap orangtua bukanlah tempat yang aman untuk bercerita.
Untuk menyikapinya, orangtua harus bisa menjadi pendengar tanpa menghakimi. Apabila orangtua lebih suka menghiraukan atau bahkan memarahi, anak akan berpikir bahwa berkomunikasi dengan orangtua tidaklah bijak.
Dilansir dari unicef.org, orangtua harus memberikan pertanda bahwa dirinya aktif mendengarkan.
Orangtua bisa bertanya dan menggunakan bahasa yang dipahami anak sesuai usia tanpa menggunakan nada dan intonasi yang keras. Orangtua juga harus sadar atas perubahan wajah dan sikap di kala mereka mengekspresikan perasaan dan masalah.
Apabila orangtua tidak mampu memfasilitasi komunikasi dengan anak, tidaklah aneh bila anak akan merasa sendirian bahkan depresi. Dampaknya, anak akan cenderung melakukan perilaku negatif dari buruknya hubungan dalam keluarga.
Selain itu, identitas dan perilaku anak dibangun sebagaimana orangtuanya melakukan komunikasi dan berperilaku. Komunikasi yang buruk dicerminkan melalui saling berteriak terhadap satu sama lain, adanya masalah yang dirahasiakan, dan ketidakmauan untuk melakukan rekonsiliasi. Apabila komunikasi yang buruk tersebut tidak juga diatasi, anak akan memberikan reaksi dan respon yang buruk juga.
Bukan tidak mungkin juga anak akan mengidap anxiety, kepercayaan diri yang kian menurun, dan tidak percayanya anak terhadap keluarga.
Lantas, bagaimana mengatasinya? Orangtua bisa memulai dengan mengajak bicara perihal masalah yang sedang terjadi dan mulai memberikan afeksi.
Dengan begitu, anak juga akan mulai menghargai dan memberi penghormatan kepada setiap anggota keluarga.
Selain itu, orangtua juga wajib untuk dapat mengatasi konflik dan stres dengan bijak. Karena setiap penyelesaian konflik dan stres dilampiaskan dengan marah-marah bahkan memecahkan barang, maka bukan tidak mungkin akan mengikuti perilaku buruk tersebut di masa depan..
Apabila rumah dan keluarga tidak bisa membantu dalam mengatasi konflik dan stres, sangatlah bijak untuk meminta nasihat dari profesional.
Dengarkan informasi dan cerita kesehatan mental lainnya hanya melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Di sana, ada banyak cerita dari teman-teman yang mempunyai masalah hidup serupa sehingga kita tak akan merasa sendiri.
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru yang tayang tiap Rabu dan Jumat!
Penulis: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata