“Tell the story of the mountain you climbed. Your words could become a page in someone else’s survival guide.” — Morgan Harper Nichols
Berbagi cerita dan keluh kesah tampaknya selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Entah ke teman, orangtua, sahabat, atau pasangan.
Meskipun terdengar sepele, sesungguhnya berbagi cerita dan keluh kesah menyimpan segudang manfaat bagi kita di kemudian hari.
Berbagi cerita dan keluh kesah adalah salah satu cara untuk menjaga kewarasan. Mengapa demikian? Dengan berbagi, kita dapat mendefinisikan apa yang sesungguhnya dirasakan. Selain itu, kita juga dapat saling mendukung, peduli, dan memahami satu sama lain.
Walaupun terkadang muncul perbedaan, jika disikapi dengan bijak, berbagi cerita dapat menghasilkan sebuah elaborasi perspektif yang asyik untuk dipelajari, seperti yang dilakukan oleh Aiman Witjaksono dan Wisnu Nugroho.
Kedua Jurnalis Kompas ternama tersebut saling berbagi cerita seputar hidup yang mereka jalani lewat siniar (podcast) Aiman Witjaksono edisi Man To Man: BEGINU x Aiman Witjaksono episode “Sejarah, Bajakah, dan Formula E” di Spotify.
Ada hal unik yang sempat diungkapkan dalam episode siniar tersebut. Meskipun sama-sama bekerja untuk Kompas, Aiman dan Wisnu ternyata belum pernah berada di proyek yang sama.
Oleh sebab itu, segala perbincangan-perbincangan dalam episode siniar ini menjadi pelarut pemikiran dari keduanya. Bahkan, keduanya justru saling mencurahkan obrolan-obrolan yang ternyata belum pernah di buka di siniar mereka masing-masing.
Keterbukaan yang dialami oleh Aiman dan Wisnu ini adalah salah satu manfaat dari berbagi cerita dan keluh kesah. Lantas, apakah masih ada lagi manfaatnya selain itu?
Dirangkum dari Psychology Today, berikut adalah manfaat-manfaat dari berbagi cerita dan keluh kesah.
Menyadari Bahwa Berbagi Cerita dapat Membantu Orang Lain
Siapa bilang kalau bercerita hanya sekadar mengutarakan kata-kata belaka? Menurut Sherry Hamby, seorang profesor riset psikologi asal University of the South, bercerita ternyata bisa menjadi suatu obat ketahanan mental bagi seseorang.
Namun, untuk dapat mencapai kesana, Sherry mengatakan bahwa pertama-tama kita harus yakin untuk membagikan cerita ke orang lain.
Setelah itu, kita juga harus merespons cerita tersebut dengan bijak untuk memunculkan kekuatan positif.
Menemukan Suara Sesungguhnya dari Diri Kita
Dengan bercerita, kita belajar mengekspresikan diri dan berpikir secara rasional.
Meskipun terkadang mengalami kesulitan untuk bercerita, tetapi bukan berarti kita tidak bisa mencobanya sekali lagi.
Tenangkan diri dan runtutkan peristiwa yang ingin diceritakan terlebih dahulu di kepala. Jika perlu, cobalah untuk meminta bantuan dari orang lain.
Dari situ, kita juga jadi belajar untuk bercerita dan meminta bantuan orang lain.
Menulis apa yang ingin diceritakan juga sangat membantu kita memahami cerita. Peristiwa jadi mudah diidentifikasi, bahkan hingga detail-detailnya.
Menegaskan Kembali Nilai-Nilai yang Dipegang
Bercerita kerap memperjelas apa yang kita anggap penting. Kita jadi mengingat, mengidentifikasi, dan merefleksi lagi suatu peristiwa.
Sebagai seorang psikolog, Sherry mengungkapkan bahwa banyak klien merasa bercerita merupakan suatu pengingat yang baik tentang prioritas dan nilai-nilai penting dalam hidup mereka.
Salah satu klien Sherry mengungkapkan, “Ketika menulis atau bercerita, saya jadi berpikir tentang apa yang sesungguhnya tidak dimiliki, apa yang bisa dimiliki, atau yang seharusnya dimiliki. Dan itu membuat saya terbangun dan berpikir lagi.”
“Mungkin saya harus memasukkan kembali nilai-nilai yang pernah dipegang dalam hidup, mungkin itu lebih baik,” tambahnya.
Menemukan Kedamaian dan Secercah Harapan
Sebuah penelitian yang dipublikasi dalam jurnal Emotion Review pada 2009 mengatakan bahwa berbagi cerita adalah mekanisme pelepasan stres yang efektif.
Selain itu, menurut Sherry, ketika seseorang telah berhasil menemukan diri mereka lewat bercerita, biasanya akan muncul rasa damai dan tenang.
Namun, dari segala manfaat ini, perlu diingat bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat bercerita kepada orang lain. Sebab, ada kemungkinan peristiwa yang kita ceritakan dapat membebani mereka.
Jangan sampai mereka jadi cemas, khawatir, hingga stres akibat mendengar cerita kita.
Oleh karena itu, kita harus bisa pintar-pintar melihat situasi, kondisi, dan kepada siapa kita bercerita. Jika memang orang tersebut cocok dan situasi benar-benar memungkinkan, maka tidak ada salahnya untuk dijadikan tempat bercerita.
Siapa tahu, dari cerita yang diutarakan, muncul elaborasi-elaborasi perspektif layaknya perbincangan Aiman Witjaksono dan Wisnu Nugroho dalam siniar siniar (podcast) Aiman Witjaksono edisi Man To Man: BEGINU x Aiman Witjaksono episode “Sejarah, Bajakah, dan Formula E” di Spotify.
Episode ini adalah episode khusus dari siniar Aiman Witjaksono. Segera dengarkan dan ikuti siniarnya agar kalian tidak tertinggal episode-episode terbarunya!
Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama