Anda yang senang membuat kue tentu sangat paham bahwa mengikuti resep saja belum menjamin kue akan selezat yang dibayangkan. Kesuksesan membuat kue bukan sekadar mengikuti resep mengenai ukuran bahan-bahan yang digunakan ataupun langkah meramu bahan tersebut.

Ada teknik-teknik yang terlihat kecil, tetapi amat menentukan keberhasilan kue yang dibuat, seperti pemilihan kualitas bahan, teknik mengocok telur, mengaduk, ataupun mengatur besaran api untuk memanggangnya. Teknik-teknik yang dikuasai pembuat kue berpengalaman, tetapi tidak dipahami oleh para pemula memengaruhi kesempurnaan hasil.

Jam terbang tinggi pula yang bisa membuat seorang montir memahami penyebab masalah pada mesin hanya dengan mendengarkan suara mesin. Sementara itu, para yuniornya harus sibuk membuka secara manual, melakukan tes ini-itu untuk mencari masalahnya. Hal-hal seperti ini membuat kita menyadari bahwa tacit knowledge, pengetahuan yang tersimpan dalam pengalaman panjang seseorang adalah harta yang tak mudah diwariskan begitu saja.

“Kita tahu lebih banyak daripada yang bisa kita ceritakan,” begitu ungkapan klasik tentang tacit knowledge. Artinya, ada harta berharga yang hidup di dalam benak para senior, tetapi tidak semuanya dengan mudah diturunkan dalam prosedur tertulis, apalagi sampai menjadi ilmu.

Program mentoring, coaching, dan beragam pelatihan sering diupayakan sebagai media untuk mewariskan pengetahuan ini. Namun, tetap saja terasa ada jurang antara apa yang tertulis dalam SOP dan trik-trik kecil yang menentukan keberhasilan di lapangan.

Seorang konsultan knowledge management pernah menggambarkannya dengan sederhana. “Kita bisa saja menulis panduan mengganti ban sepeda, tetapi hanya yang pernah melakukannya yang tahu bahwa kita bisa merusak ban dalamnya kalau tidak berhati-hati.”

Tacit knowledge lahir dari ribuan jam pengalaman, dari pola-pola yang dikenali tanpa disadari, dan dari kesalahan-kesalahan kecil yang diperbaiki seiring waktu. Semua itu sulit ditransfer hanya dengan membaca prosedur atau mengikuti pelatihan formal.

Tantangan ini kian nyata pada era sekarang ketika perputaran karyawan meningkat dengan cepat. Banyak organisasi kehilangan talenta berpengalaman sebelum sempat mengekstraksi dan mengabadikan ilmu mereka. Di sisi lain, kesenjangan generasi memperlebar kesulitan ini. Anak-anak muda yang tumbuh dalam dunia serba digital sering kali tidak memiliki cukup ruang untuk melatih intuisi dan kepekaan dalam bekerja.

Terbiasa dengan dunia yang mengandalkan kecepatan, jawaban instan, dan bantuan komputer, anak-anak muda cenderung mengandalkan data dan sistem otomatis. Mereka pun tidak percaya tentang keberadaan “wisdom” tersebut dan mengharapkan hasil instan. Padahal, tacit knowledge justru terbentuk melalui proses lambat: mengamati detail, menangkap nuansa, membaca situasi dengan perasaan, bukan sekadar mengikuti petunjuk dari layar. Inilah yang membuat transfer pengetahuan antargenerasi semakin menantang.

Tanpa latihan membangun intuisi, sulit bagi generasi baru untuk menyerap kedalaman pengalaman para senior. Mempertahankan tacit knowledge adalah tentang bagaimana pemimpin mampu memotivasi, menghargai, dan menjaga orang-orang terbaiknya untuk berbagi dan terus belajar. Pada saat yang sama, generasi muda perlu diberi ruang untuk bertumbuh sambil menyerap kebijaksanaan senior, bukan sekadar menggantikan mereka.

Budaya berbagi cerita

Mentoring menjadi salah satu jembatan terbaik dalam proses ini. Namun, mentoring yang efektif tidak hanya soal memberikan arahan. Ia harus melibatkan pengalaman bersama, diskusi reflektif, dan peluang nyata untuk bertanya dan mencoba. Tidak semua pembelajaran bisa dibungkus dalam text book.

Banyak aspek penting pekerjaan hanya bisa dipelajari melalui interaksi nyata dengan para ahli. Inilah sebabnya menciptakan ruang untuk mentorship, shadowing, dan kolaborasi lintas generasi menjadi sangat krusial dalam mentransfer tacit knowledge.

Sejumlah perusahaan bisa menunjukkan tacit knowledge dapat dipertahankan jika dikelola dengan saksama. Sebuah perusahaan di bidang rekayasa teknik membangun komunitas internal, menghubungkan orang-orang dengan minat serupa untuk berdiskusi dan berbagi best practice sambil sarapan pagi.

Mereka juga memasangkan para pemimpin senior dengan profesional muda, mendorong perpindahan saluran pengetahuan dua arah. Kelompok ini secara rutin berdiskusi, bertukar tips, bahkan menyerahkan tugas-tugas secara bertahap. Dengan cara ini, tacit knowledge yang sebelumnya tersembunyi mulai mengalir bebas antar-individu. Tidak hanya transfer teknik, tetapi juga pemahaman tentang nilai-nilai kerja dan budaya organisasi juga masuk lebih mendalam.

Belajar dari berbagai pengalaman tersebut, ada beberapa kunci untuk menjaga dan mewariskan tacit knowledge.

Pertama, membangun budaya berbagi cerita. Storytelling adalah perantara alami bagi manusia untuk menyampaikan pengalaman dan intuisi. Melalui cerita, makna-makna kecil yang tak tertulis dalam prosedur bisa hidup dan menginspirasi.

Kedua, mendorong kolaborasi lintas generasi secara sengaja. Hal ini secara serius dilakukan di Amazon. Yunior diberi kesempatan untuk mengamati, mencoba, gagal, dan mendapatkan umpan balik dari para senior secara bertahap. Proses ini meskipun tidak instan, membentuk kepekaan profesional yang tak bisa didapat dari sekadar membaca.

Ketiga, mendokumentasikan pengetahuan tak kasatmata melalui rekaman video atau audio. Dengan merekam wawancara, praktik terbaik, atau bahkan cerita-cerita kecil, organisasi bisa menciptakan perpustakaan hidup yang dapat diakses kapan saja oleh generasi berikutnya. Platform digital dapat digunakan untuk memperluas jangkauan berbagi. Teknologi AI dapat mengindeks pengetahuan informal dari obrolan harian untuk memperkaya ekosistem pembelajaran tanpa menghilangkan sentuhan manusiawi.

Tacit knowledge ibarat mata air di kedalaman tanah. Tak terlihat di permukaan tapi menjadi sumber kehidupan organisasi. Tanpa upaya sadar untuk menimba, mengalirkan, dan melestarikannya, organisasi akan kehausan di tengah derasnya perubahan.

Namun, dengan menciptakan ruang berbagi, menghubungkan generasi, dan memanfaatkan teknologi sebagai pendukung, pengetahuan tersembunyi itu bisa terus menghidupi organisasi serta menjembatani masa lalu yang bijaksana dengan masa depan yang penuh kemungkinan.

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM

Eileen Rachman & Emilia Jakob

Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia.