Bulat, hijau, bertabur kelapa, dan berisi gula merah cair. Itulah klepon, makanan tradisional yang cukup digemari oleh banyak orang. Dalam kelompok jajanan pasar, klepon cukup populer sebab rasanya yang manis, harganya murah, dan mudah dicari di pasar-pasar tradisional.
Namun, tahukah kamu kalau Klepon juga bersejarah? Berdasarkan catatan sejarah, mengutip dari Tirto.id, bangsa Belanda juga telah menyebut kue klepon untuk penganan dari Jawa ini. Dalam buku Indisch leven in Nederland (2006) milik JM Meulenhoff, klepon telah diperkenalkan imigran Indonesia ke Belanda sejak 1950-an.
Klepon ini kemudian mulai tersedia di berbagai restoran belanda. Bahkan, distribusinya sudah masuk ke toko dan supermarket di seluruh negeri. Sedangkan berdasarkan Taste Atlas, klepon memang berasal dari Jawa, tetapi juga tersedia di Sumatera dan Sulawesi dengan nama onde-onde atau buah melaka di Malaysia.
Baca juga :Â
Filosofi klepon
Berdasarkan buku Belajar dari Makanan Tradisional Jawa (2017) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, klepon merupakan lambang kesederhanaan. Berdasarkan proses pembuatan dan isiannya, makanan ini juga dimaknai sebagai proses perjuangan yang tidak selalu mudah. Tapi, akan berbuah hasil yang manis pada waktunya.
Hal ini karena semua bahan klepon sangat mudah didapat dan tidak membutuhkan bahan yang njlimet. Cara membuatnya pun tidak membutuhkan keahlian khusus. Jika dikaitkan dengan kehidupan, kesederhanaan berarti menghindarkan seseorang dari menghamburkan harta.
Baca Juga: 5 Resep Olahan Tepung Ketang yang Mudah Dibuat di Rumah Â
Rasa manis di dalam klepon melambangkan kebaikan hati seseorang walaupun tidak terlihat dari luar. Sementara itu, baluran kelapa pada klepon mengingatkan adanya tahapan untuk mencapai kebahagiaan.
Maksudnya, untuk mendapatkan kelapa, kamu harus membersihkan kulit luar kelapa, sabutnya, hingga batoknya. Dan, membuat klepon pun membutuhkan kesabaran.
Warna hijau pada klepon yang berasal dari daun pandan juga memiliki makna tersendiri yaitu kesejahteraan dan kesuburan. Tak heran, klepon zaman dulu juga kerap dihadirkan sebagai penganan dalam setiap acara syukuran.
Tidak berhenti di situ klepon juga mengajarkan etika ketika makan, yaitu makan harus mingkem atau mulut tertutup, jangan sambil berbicara. Sebab, jika kita makan klepon dengan mulut terbuka, isi klepon yang cair bisa muncrat keluar dari mulut.